Dote.

1.3K 133 6
                                    

Pasu dari marmer cantik bertuliskan nama Lee Yongbok itu bergerak gerak disuatu sudut rumah abu yaitu tempat penghormatan bagi orang meninggal yang telah dikremasi.

Kota metropolitan Seoul sedang diguyur hujan yang amat deras pagi ini. Mendung tak terkira jadi semuanya gelap gulita karena cahaya tidak ada dari matahari yang harusnya bertugas menyinari.

Tepat pada guntur ke tiga setelah kilat terjadi di atas sana. Sebuah asap mengebul dari bagian atas nama Lee Yongbok.

Sampai empunya ber gerak meregangkan tubuh seraya mengeluh "yah hujan"

"Kau datang datang dari alam sana sudah mengeluh begitu saja"

"Ishh— Eric! Kau mengagetkan ku!" Protes Yongbok pada teman se per arwahannya.

"Apa agendamu hari ini? Tidak mengikuti sahabatmu kan?"

Tersenyum simpul sebagai balasan atas pertanyaan Eric barusan. Yongbok menggeleng.

"Tidak—" kemudian berjalan ke arah luar rumah penghormatan sambil dada dada sama sahabatnya Eric si arwah penasaran "kali ini mengikuti saudara ku hahahaha~"

Tawa itu membahana di rumah penghormatan yang sunyi sepi karena masih pagi. Akibat dari itu para hantu yang lain memprotes karena Yongbok seperti yang selalu tetap ceria meski tragis sekali hidupnya. Kecelakaan beruntun saat menyetir pulang setelah perjalanan kerja— koma— hidup lagi cuman 7 hari setelah itu pamit pergi.

"Ish! Hujan. Bagaimana bisa aku balik ke rumah" keluah dari bibir peach itu terdengar lagi.

"Kau tidak perlu payung Yongbok"

Kejutan yang kedua pagi ini. Renjun "teman" Yongbok yang lain memprotes sikapnya yang sudah mengeluh karena hujan yang tak kunjung reda.

"Air itu akan menembus badanmu Yongbok, bajumu tidak mungkin basah"

Merasa tertampar kenyataan karena diberitahu Renjun Huang barusan Yongbok merengut.

"Ih injun mah diingatin mulu"

"Lagian kamu bisa terbang, kenapa pakai pusing segala nyari kendaraan"

"Oiya deng" tertawa karena kebodohannya. Yongbok baru mengingat spesialnya jadi arwah gentayangan.

"Tapi terbang gak asik. Mending naik bus"

Lambaian tangan akan ucapan selamat tinggal pada Renjun. Yongbok lakukan untuk terus berlari cepat ke halte bus terdekat.

"Hari ini— huaaaa gak sabar— kurang tujuh hari lagi Hyunjin nikah. Semoga dia bahagia" seraya berdoa untuk Sahabatnya tatapan Yongbok melamun di dalam Bus yang membawa ke pusat kota.

Pada pemberhentian terkhir akhirnya Yongbok Turun dengan semangat menggebu gebu.

"Felix Lee Im Coming~" ucap riang Yongbok berjalan kesana kemari melewati toko roti. Pura pura Mencium aroma kue padahal tidak bisa. Mencoba memegang ice cream tidak juga bisa. Yang bisa dilakukan hanya mengerjai anak kecil yang dapat melihatnya

"Adik manis— halooo. Wlee~"

Kemudian Yongbok menghilang. Berlari cepat sambil tertawa tawa. Menikmati harinya yang sebentar lagi mungkin akan dijemput kereta ke surga.

Yongbok menikmati waktunya dengan baik, tapi belum bisa jalan ke kehidupan selajutnya dengan tenang— ada satu hal yang membuatnya mati penasaran.

Permintaan itu semata mata memang mungkin menyulitkan kakak kembarnya sendiri yang susah peka dari pandangan Yongbok. Tapi Untuk yang terakhir kali sebelum Yongbok pergi jauh.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang