Nyasar ketemu cinta

1K 123 21
                                    

Judulnya kayak ftv di sctv wkwkkw
Ini ada tiga ribu kata
Selamat membaca 😝

Felix selesai dengan beberapa kerjaan di Wina setelah menetap tiga bulan disana, perkerjaan yang menyenangkan untuk seorang konsultan keuangan. Kembalinya ia keperusahaan utama dan rumah pasti akan penuh kerinduan pada Berlin. Tidak sabar untuk bercerita pada Eric sahabat dan tetangga abadi dari ia masa kecil.

Jadi, Felix sudah bertekat untuk menaiki kereta agar menambah kesan bahwa menyenangkan untuk keliling Eropa. Wina ke Berlin menempun perjalanan yang lumayan lama— delapan jam tujuh belas menit. Perjalanan malam yang asik penuh kerlap kerlip, rencananya seperti itu sebelum keluar dari Austria Felix sudah terlelap dengan damai dan selimut tebal, kenyang selepas makan malam.

Tanpa tau kalau setiba di ujung stasiun paling luar dari negara dengan julukan ibu kota musik dunia, gerbong gerbong ditukar sesuai tujuan dan Felix terjebak dengan mimpi yang melayang menuju Paris, Prancis tanpa sadar.

Ada sekitar seratus sambungan kereta api malam lintas batas di Eropa dan Felix tidak bangun untuk berpindah. Perjalanan menyenangkan saat Felix terbangun saat hari sudah siang— papan papan tanda jalan selintas terlihat bukan tulisan Jerman, Felix masih mengenali sebagian yang berbahasa inggris. Sebelum tulisan berganti menjadi le français, dan kereta memasuki wilayah kota bergenti tepat distasiun tersibuk di Paris. Stasiun yang terletak di tepi kiri sungai Seine tenggara kota Prancis.

"Felix, stupid" membeo pada dirinya sendiri setelah keluar dari gerbong dan mengambil bagasi kabin. Koper Felix sudah ada di Berlin, ia tidak memiliki apapun kecuali tas berisi paspor, kartu debit, dan ponsel. Bahkan charger nya pun terikut di koper yang sekarang pasti sudah diambil Eric.

Setelah Felix sibuk untuk menghubungi si sahabat kecil dan berakhir di omelin.

"Jesus..." Felix mengusak rambutnya kasar. Matahari ada diujung kepala saat ia keluar stasiun yang padat.

Semua orang tampak memiliki tujuan, rumah untuk pulang. Dan Felix tersesat, Paris itu kota romantis, sayang untuk Ia singgahi sebentar. Rencana ialah rencana— saat Eric mengadu pada Jaemin yang sekarang ada di Lille, kota yang terletak di sebelah utara Prancis. Kota yang terletak di wilayah Nord Pas de Calais dan berdekatan dengan perbatasan Belgia. Terlalu jauh untuk Felix kesana, tapi aduan itu berbuah manis— Felix tidak menjadi gelandangan dan luntang lantung ditengah jalan.

Salah satu Apartement milik si Na dipinjamkan, maklum saja yang manis itu seorang pebisnis di pasar properi dengan omset gila-gilaan.

"Hemm iyaa, aku bisa kesana sendiri... yaa dengan taksi... dijemput... dengan taksi ajaa... nggak nggak kesasar lagi... Jaemin ayolah aku bukan anak kecil... temanmu.... Tidak aku sendiri aja kesana!!"

Terdengar dengusan sebal dari ujung panggilan yang masih khawatir, sedangkan Felix bersikukuh untuk berjalan sendiri.

"Iya, setelah sampai aku kabari..."

Selesai berdebat dengan sabahat nya, Felix memanggil taksi Online untuk menjemputnya disisa baterai persen terakhir ponselnya.

Apartement yang ditadatangi tidak ditengah kota tidak juga terlalu pinggir hingga memakan banyak biaya, masih terlihat jalanan khas kota paris dengan bata tua disetiap gedungnya atau aroma kopi dan sobekan roti. Maka Felix naik ke lantai lima, dengan tangga karena gedung tua dan lift masih mati serta ada tulisan diperbaiki.

"Nomor lima puluh dua, lima puluh dua, lima puluh dua..." gema suara itu memantul di lorong lumayan sempit, namum tidak lembab seperti gambaran film film jaman dahulu ketika tiba di Apartement Paris.

"Kamu penghuni baru?" Seorang menyembul dari balik kanvas besar yang dibawa, tergupuh gupuh karena bingung hendak memegang dibagian mana.

Felix melihat mata sipit dengan tanda disebelah mata kanan yang manis, laki-laki tinggi putih dengan tangan terbalut penyangga.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang