Our's page epilogue

1.2K 147 19
                                    

Hyunjin sudah tidak terhitung menghembuskan nafas disetiap lima menit sekali di saat saat rapat begini dan Sunwoo menyikutnya pelan disisi.

"You okay?"

Hyunjin harus jawab apa, jelas sekali terlihat ia tidak baik baik saja. Bagaimana mungkin kamu baik dalam kurun waktu setelah dua minggu kematian tunanganmu? Nggak mungkin, dan itu pula yang terjadi sama Hyunjin sekarang dengan keadaan yang masih terbayang bayang.

"Ikhlas" bisik Jeno disamping kiri.

Notifikasi ponsel di meja juga menampakkan pesan dari Jaemin yang duduk disebrang.

Bunyinya "jangan sedih, lu tambah jelek. Felix gak bakal suka"

Jadi Hyunjin menatap Jaemin yang memelet diujung meja. Kemudian si Nanitu mengepalkan tangan diudara sambil berujar lewat mulut tanpa suara. Kalau Hyunjin tak salah baca Jaemin mengatakan "semangat" untuknya.

Semua sahabatnya ada dari mulai si A sampai Z tak terhingga menyemangati, tapi sekali lagi yang Hyunjin butuh cuman Felix kembali.

"Oke ada yang ditanyakan lagi?"

Lamunan Hyunjin buyar. Chief Bang kepala STZ Megazine selesai memimpin rapat.

Semua kompak menjawab tidak, dan kembali ke divisi masing masing.

Yang tersisa cuma Suwnoo dan Jeno yang masih asik bercengkrama—Jaemin sudah ngacir duluan karena disuruh ke pabrik lihat All In Hand majalah terbaru yang mau terbit.

"Bagian design mau rekrut anak baru kan ya?" Ini pertanyaan Sunwoo yang beralih ke Hyunjin.

Sebelum keluar dari ruang rapat itu, Hyunjin mengangguk. Ia juga mendapat instruksi dari Eric untuk sekalian nyelesiksi Artist baru nanti.

"Itu Eric bilang sama gua— kalau datanya udah masuk udah dikirim ke lo?"

Hyunjin menyergit, untuk apa Eric repot repot kirim data anak design baru ke Sunwoo si Art design?

"Lah ngapa dikirim ke lu?" Tanya Jeno yang malah keheranan.

"Kagak tau gua mah—" jawab Sunwoo tak kalah heran.

"Oke— gua duluan ya" potong Hyunjin tidak mau berlarut larut. Kerjaannya sudah menumpuk setelah cuti dua minggu.

Masuk ke ruang divisinya yang penuh warna. Duduk di kubikelnya lagi. Hyunjin melihat foto Felix yang terpanjang di desktop komputer, pigura di samping pulpen, bahkan gantungan kunci laci. Semua serba serbi Felix Lee.

Tuhan, Hyunjin terkekeh sebentar.
Tapi, Nyeri di ulu hati.
Ternyata, Ia memang bucin sekali.

"Hyun"

"Ya?" Hyunjin menoleh saat Eric memanggilnya dari belakang. Kubikel mereka saling bersebelahan.

"Kalau lu mau, gak papa gak usah ikut nge rekrut anak baru— gua bisa handle sama anak yang lain"

"Udah gak papa ric, gua ngerepotin lu dua minggu. Gak lagi lagi— ini juga kerjaan gua gak lu aja"

"Kuat kan ya?" Eric berujar demikian.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang