Tempat judul

868 123 10
                                    

Ditulis tanpa revisi. Sebelum kisah peri 😆🫶

Bagi Hyunjin merasa bahagia adalah ketika membantu Felix bangkit dari duduk, membantu membuat brownies, atau hal sederhana seperti mengambilkan sesuatu yang sulit digapai si kecil.

"Agak tinggian..." Felix berkata padahal kaki sudah menaiki undakan guna sampai pada lemari paling tinggi punya asrama.

"Okay, bentar..." Hyunjin menjawab memegang pinggang, agar yang lebih muda bisa meregang lebih banyak biar sampai.

Sudah dikatakan Hyunjin akan mengambilkan tapi Felix keras kepala hendak meraihnya sendiri dan mengatakan bahwa pasti akan bisa. Jelas kalah telak seorang Hwang dengan muka cemberut Felix yang mirip anak ayam, tersinggung karena tinggi badan sepuluh senti dibawah dengan gaya yang sagat membuat gemas bukan kepalang.

"Udah dapat lilinnya?" Semakin naik Hyunjin mengangkat Felix, si anak Lee tidak menapak pada undakan lagi.

"Atasan lagi..." sekali lagi Felix meminta maka Hyunjin melakukannya walau tangan kiri sudah mati rasa.

Dan Hup!

Felix tertawa ketika dapat benda apa yang dimau dan turun secara tidak langsung dari gendongan Hyunjin dengan mata berbinar menggelikan begitu lucu.

"Udah?"

"Udah!" Balas Felix semangat. Berjalan meninggalkan Hyunjin yang menaruh undakan kembali ke tempat dan ikut masuk menyusul Felix ke dalam kamar.

Felix dalam rangka menginap di asrama Hyunjin dan 3RACHA karena mau belajar melukis sekaligus membuat brownies. Bikinan kue enak penuh lumer cokelat itu sudah habis sore tadi, tinggal ajaran melukis dari Hyunjin yang masih ditunda-tunda Felix.

"Udah ada lilin aromatherapy... sekarang mulai belajar lukisnya ai?"

Selesai menyalakan lilin dengan pematik api, lampu temaram kamar Hyunjin berubah jadi cerah dipukul sepuluh malam yang terlihat di jam dinding kamar.

Panggilan Hyunjin pada Felix sudah berubah, lebih lembut dari biasanya— julukan kata sayang dari bahasa Jepang agar Felix fokus menaruh perhatian pada yang punya marga Hwang.

"Tadi bilang sebelum buat brownies, Han datang jadi buat brownies duluan, selanjutnya setelah makan malam, mandi dulu pas selesai, ngerapikan kamar aku yang sebenarnya gak berantakan, dan mengelak kalau mau mengambil lilin punya kak Chan— jadi kita mulai belajar kapan?"

Lompatan cepat, Felix menyusul ke arah Hyunjin yang baru selesai menutup pintu. Dengan langsung bergelendot manja, melompat begitu saja sampai Hyunjin terhuyung-huyung terkantuk punggung pada pintu.

"Hati hati, punggung kamu belum pulih..."

"Hihihihi..." yang tertuduh cuman bisa nyengir manis.

"Lagian kamu alasan banget kalau mau nginep sampai repot repot buat brownies padahal lagi sakit..."

Bibir Hyunjin berjarak dekat dekat hidung Felix yang bernafas teratur. Kemudian siLee berjinjit sebentar dan mengecup kilat. Hyunjin keheranan karena tidak biasanya Felix yang notabene pacar suka hal manja manjaan kalau bukan hari spesial.

"Kangen aja..."

Cup.

Ciuman pertama untuk pipi kanan Hyunjin.

Cup

Kecup kecua untuk pipi kiri dengan akhir Felix terkikik geli.

Belum sempat Felix maju untuk yang ketiga kali.

Hyunjin mendorong tubuh ringkih itu ke arah ranjang yang kini sudah berantakan karena Felix kegelian ketika Hyunjin tiba tiba mengendus bagian kelenjar keringat dipeleheran sebelah kanan.

"Hihihi iya ampun ampun... geli..."

Belum puas Hyunjin mencium, bibir Felix yang terbuka dijadikan sasaran untuk lumatan yang dalam. Benar benar seperti anak koala dan induknya, Hyunjin rapat di peluk Felix yang bergelayut ria.

"Udah udah udah.. ampunnn..." Felix melepas kontak bibir. Tertawa karena terus digelitik Hyunjin.

"Yang lain lagi tidur kamu ini....hahahaha" masih ada sisa tawa. Hyunjin terengah engah setelah mengerjai pacarnya.

"Kamu cari alasan buat menginap biar gak balik ke asrama sebelah kan?"

"Ketahuan! Hehehehe" cekikikan dengan senyum mengembang.

Hyunjin mengendong Felix agar mereka sampin sampingan di atas ranjang.

"Ai kan tinggal bilang kalau mau nginap, ngapain susah payah buat brownies dan beresin kamar... alasan mau belajar lukis?"

"Nggak tau, ngide aja gitu biar ngabisin waktu sama kamu—"

Hyunjin mendapat senyum Felix yang bergitu tulus, berubah jadi sendu. "Oh begitu..." lanjutan kata setelahnya malah membuat Felix memunggungi Hyunjin yang berbicara fakta "Kalau ketahuan manajer sama yang lain gimana?"

Ini yang ditakutkan si anak ayam, bahwa mereka akan ketahuan. Tidak ada yang tahu mereka pacaran, atau mungkin yang lain sudah paham tapi pura-pura saja tidak kelihatan.

"Ai kita kan sudah sepakat..."

Hyunjin berkata tentang menjaga jarak.

Felix mengangguk diatas bantal, kemudian menggeleng sebentar dan mengangguk kembali dengan nafas lemah sedikit terdengar.

"Ai..." Hyunjin memanggil.

Felix bangkit.

"Aku harus pulang..."

Sinyal bahaya berputar diotak Hyunjin ketika suasana hati Felix berubah.

"Udah malam..."

Yang lebih muda berbalik memaksa tersenyum dengan getir. "Nggak papa, kan asramanya dekat cuman beda lantai doang" Tega sekali kalau Hyunjin membiarkan Felix pulang sendirian.

"Emang disana kamu sama siapa aja?"

"Cuman adek, makanya bosan"

Alasan Felix yang dipaparkan ke Hyunjin masuk akal, adek yang dimaksud adalah Jeongin yang mungkin sekarang bermain seorangan tanpa teman.

"Aku balik" putus kecewa Felix.

Hyunjin tersenyum sebentar, mengambil jaket dan ponsel mengikuti sikecil yang berjalan lunglai keluar. Tidak punya tenaga hanya sekedar untuk bertanya kenapa yang lebih tua ikut berjalan bersama.

Penuh keterdiaman dari mulai keluar asrama sampai masuk asrama satunya. Hyunjin membiarkan Felix memasuki kamar sedangkan ia berjalan ke arah lain untuk bertemu Jeongin.

Ketukan ketiga, orang yang mirip rubah memunculkan muka segar sehabis mandi malam.

"Dek put your headset on, turn the volume up okay"

Jeongin mengangguk tanpa bertanya kenapa harus melakukan hal tersebut dimalam yang begitu suntuk.

Kemudian Hyunjin baru berjalan menyusul Felix yang sudah berganti baju dengan piyama sadtin buat tidur.

"Kenapa pintunya dikunci?"

Felix menyerngit heran dan Hyunjin tersenyum menakutkan, cukup membuat Felix mundur perlahan.

"its hot right here right, Ai?"

Membuka hoodienya perlahan, kaus tipis yang kebesaran. Hyunjin berjalan menggantung baju di lemari Felix yang dibuka perlahan.

"Suhunya sekarang enambelas derajat Hyunjin..."

Hyunjin tertawa, kemudian menggeleng tanda tidak setuju dengan Felix yang bengong bolak balik melihat tanda cuaca. "Nggak kok, beneran gak panas"

"Tapi aku gerah" Hyunjin benar-benar bertelanjang dada, ketika menghampiri Felix yang sudah tertawa.

"Terlalu malam untuk melakukannya!" Seru Felix seraya mendorong bahu Hyunjin agar menjauh sedikit.

Malu-malu kucing seperti anak kecil.

"Melakukan apa? Aku mau tidur kok..." jawaban enteng bersama kendik tanpa rasa bersalah tipis. Kecup kiri untuk pertama kali, Hyunjin menggoda Felix yang sudah memerah muka pada pipi.

Dasar Hwang Hyunjin jahil.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang