FYI - 1

2.1K 166 12
                                    

Felix Yang Istimewa

Bob Marley pernah berkata Hal-hal terindah tidaklah sempurna, mereka istimewa. Hyunjin setuju demikian adanya. Seperti kehadiran anak angkat Bibi May, sepupu Jauh Ibunya. Bernama Lee Felix.

Telahir Istimewa.

Awal ketemu Felix saat berusia Lima tahun dan sekarang Dua puluh delapan tahun tidak bisa dibayangkan Hyunjin berbagai macam jenis cara yang ia coba agar bisa mendekatkan dirinya ke Felix yang sangat amat pemalu dan tertutup.

Bibi May mengangkat Felix dari bayi hingga bisa bekerja dan kuliah sendiri. Setelah Bibi May pergi maka segala wasiat berupa toko kue dan beberapa usaha lain serta rumah sederhana Bibi May jatuh ke tangan Felix yang merupakan satu satunya ada pada surat peninggalan yang tertera. Karena Bibi May memang tidak menikah.

"Sampai kapan rumah itu akan direnovasi"

Kata Hyunjin dengan gesture tangannya yang ikut bergerak.

Felix sendiri sudah tersenyum didepannya dengan manis dan mendudukkan diri setelah menyajikan brownie beserta coffe pagi.

"Sampai sekitar 3 bulan"

Sedikit dikit. Hyunjin paham apa yang tergerak di tangan Felix barusan. Sebuah bahasa isyarat untuk orang yang tak bisa mendengar.

"Lama banget" gumam Hyunjin.

Tapi jelas Felix menampilkan muka terheran heran.

"Ada apa memangnya?"

"Kamu tinggal dimana— mulai besok?"

Tanya Hyunjin blak blakan. Bukan tanpa alasan Hyunjin datang ke toko kue merangkap kafe kepunyaan Almarhum Bibi May ini. Apalagi kalau bukan untuk bertemu Lee Felix.

"Ada sebuah kamar kosong diatas— mungkin akan tinggal di toko selama itu" setiap akhir pergerakan tangannya Felix selalu tersenyum.

Dan Hyunjin cuman bisa terenyuh. Awalnya ia Hanya ingin bertanya Felix akan tinggal dimana karena disuruh Ibunya. Kalau begini jadi mana tega.

"Tapi disini terlalu sempit"

Jelas Hyunjin lagi. Dan Felix menjawab masih dengan bahasa isyarat "tidak apa apa"

"Kamu bisa tinggal di Apartementku selama rumah Bibi di renov, Fel"

Felix tampak terkejut atas tawaran yang Hyunjin berikan barusan.

"Aku tidak memaksa, hanya menawarkannya" lanjut Hyunjin demikian.

Malam akhirnya Felix dan Hyunjin benar benar berangkat ke apartement Hyunjin dengan beberapa koper Felix di bagasi.

Keadaan mobil sangat sunyi, hanya alunan lagu klasik terputar di dashboard dan gantungan foto di kaca atas terayun ayun.

Felix yang seperti terlihat menyesali keputusannya melihat ke jalan raya. Tanpa tahu Hyunjin sangat amat gugup dibuatnya.

Sampai pada apartement lenggang milik si Hwang.

Hyunjin menepuk pundak Felix agar yang muda itu menoleh padanya.

"Kamu bisa menggunakan kamar yang itu— untuk makan eumm...juga bisa masak sendiri— tidak apa apa, anggap saja rumah sendiri"

Felix mengangguk mengerti atas penjabaran Hyunjin yang dirasa sudah cukup jelas karena dilantangkan keras keras dan penjelasan bahasa isyarat yang terbata bata tapi membantu juga.

"Kalau Felix mencariku, atau kesusahan langsung telpon saja ya— akhir akhir ini aku sering lembur dan pulang malam" jelas Hyunjin sudah panjang lebar.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang