Dua puluh sembilan - Rumah baru

469 50 20
                                    

Playlist : Ade Govinda feat Fadly - Tanpa Batas Waktu

Sore hari yang cerah terlihat orang-orang masih sibuk keluar masuk dari sebuah gedung berlantai dua. Cakra sengaja menunggu Annisa keluar dari rumah sakit untuk mengajaknya bicara secara langsung. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore tanda jam pulang kerja telah tiba.

Dia mengamati dari dalam mobil orang-orang yang keluar dari pintu rumah sakit. Dan ketika Cakra melihat Annisa dia langsung keluar dari mobil dan menghampiri Annisa yang berjalan menuju mobilnya.

"Nisa tunggu"

Annisa menoleh melihat Cakra yang melangkah cepat kearahnya

"Kak Cakra. Ada apa yah?" Tanya Annisa yang merasa heran dengan kedatangan Cakra padahal sebelumnya pria itu mengabaikannya

"Bisa kita bicara sebentar tapi tidak disini"

Annisa mengangguk tanda setuju
"Bisa tapi aku tidak bisa lama. Alya sudah menungguku dirumah"

Cakra lalu mengambil kunci mobil Annisa dan mereka berdua menuju sebuah cafe terdekat. Annisa masih bingung apa yang akan dibicarakan Cakra tapi melihat raut wajah serius dari pria itu, Annisa yakin pembicaraan mereka serius

-0-

"Kenapa kamu nggak beritahu aku apapun"
Tanya Cakra to the point ketika mereka telah sampai di tempat tujuan

"Soal apa"

"Selama ini aku salah, aku berpikir kamu benar-benar hidup bahagia tapi ternyata..."

"Maksud kak Cakra apa. Aku tidak mengerti"

"Kamu dengan Lingga. Kalian sudah bercerai tapi kamu tidak mengatakan apapun ketika pertama kali kita bertemu, kamu bohong Nisa dan aku bodoh karna percaya begitu saja" ucap Cakra

Mereka berdua saling tatap dengan pikiran masing-masing

Annisa berusaha menjaga ekspersinya agar tetap tenang. Jadi Cakra baru tahu, apa itu artinya dia masih mencintaiku?. Sadar Annisa, pria ini sudah punya istri jangan mengharapkan apapun sekarang

"Apa itu penting sekarang. Untuk apa kak Cakra mengurusi kehidupanku" balas Annisa yang tersirat nada sedih diucapannya

"Aku melepaskan kamu tiga tahu lalu karna ingin kamu hidup bahagia Nis, meskipun kita tidak lagi bersama. Tapi kabar yang kudengar tentang perceraianmu itu menimbulkan penyesalan yang besar untukku"

"Kak Cakra tidak perlu merasa menyesal karna aku lah yang memilih untuk menikah dengan Lingga dan memutuskan hubungan kita secara sepihak. Jadi hapus rasa penyesalan itu Kak"

"..." Cakra tidak membalas ucapa Annisa tapi pria itu meraih tangan Annisa, mengenggamnya hanya untuk beberapa detik karna Annisa melepaskan genggaman tangan Cakra

"Tidak sepantasnya kita bertemu berdua saja seperti ini. Ingat, Kak Cakra sudah punya istri sekarang. Lagi pula tanpa kehadiran Kak Cakra, aku pun tetap bisa baik-baik saja. Kalau hanya ini yang ingin Kak Cakra bicarakan kita sudahi sampai disini"

Cakra menunduk lalu dengan putus asa berucap
"Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka dihatiku Nisa. Untuk jalan hidupku saja tak pernah aku pilih sendiri. Lalu sekarang aku harus bagaimana"

Perkataan Cakra memuat arti bahwa banyak hal yang sudah dikorbankan oleh pria itu, pikir Annisa. Maafkan aku Kak Cakra, tidak ada yang bisa kulakukan untukmu

"Aku pun tidak tahu. Tapi aku ingin Kak Cakra berlapang dada untuk jalan hidup Kak Cakra yang sekarang"

Berdiri dan mengambil tasnya, Annisa bersiap untuk pergi. Cakra ikut berdiri melihat wanita itu yang hendak pergi dan mncoba menghentikannya

"Jangan pergi dulu Nis. Aku butuh penjelasan tentang keputusan kamu yang meninggalkan aku Nisa. Nis..Nisa"

Annisa tidak memperdulikan perkataan Cakra dan tetap pergi meninggalkan tempat itu. Jika dia masih disana maka segalanya akan semakin rumit diantara mereka.

Cakra hanya bisa mengepalkan tangannya, kenapa begitu sulit baginya mendapatkan hal yang diinginkannya. Kepergian Annisa menjadi pertanda baginya bahwa wanita itu sudah tidak mencintainya lagi.

-0-

Rumah baru yang akan menjadi hunian bagi Cakra dan Lyra telah selesai. Rumah baru tersebut terletak di Pangkep kota yang dibangun dilahan yang memiliki banyak pohon disekitaran rumah namun area masih mudah diakses karna berada dipinggir jalan. Rumah itu sangat terlihat nyaman, asri, dan memiliki halaman yang luas. Rumah kayu dengan desain modern dan eksotik.

Persiapan untuk syukuran rumah juga telah siap. Acara syukuran rumah baru tersebut dihadiri oleh beberapa kerabat dari keluarga Cakra maupun Lyra.

Orang-orang menjelajahi setiap sudut rumah yang membuat mereka kagum. 

"Beruntung na di Anaknya Puang Abdul. Barusan sudah nikah sudah bisa punya rumah sebagus ini" komentar beberapa ibu-ibu yang merasa iri dengan Lyra

"Dalle na tau e (rezeki nya orang). Semoga matu anakku (nanti anakku) ada juga na dapat suami seperti nak Lyra atau mengello pa na yahede (lebih bagus dari ini)" komentar ibu-ibu yang lain

Selepas pertemuan Cakra dengan Annisa beberapa hari yang lalu membuat pria itu sadar tidak seharusnya dia berniat berhubungan dengan Annisa dibelakang Lyra, dia tanpa sadar melupakan janji yang diucapkannya. Dia memang masih ingin kembali pada Annisa tapi setelah dirinya dan Lyra berpisah nantinya.Tapi mau bagaimana lagi kadang hati dan pikirannya tidak sejalan membuat dirinya plin plan dalam mengambil keputusan.

Pria itu mengigat beberapa hari ini, Lyra bersikap hangat padanya. Melayani nya dengan baik seperti menyetrika dan menyiapkan setelan atau baju yang akan dipakai Cakra, memasak, dan menunggu Cakra pulang dengan tidak tidur duluan meskipun kadang wanita itu masih agak canggung dengan perlakuannya pada Cakra

"Kenapa belum tidur"

"Aku lagi baca jurnal yang mau direview. Ehm, kamu barusan datang?" Bohong, Lyra sebenarnya sengaja menunggu Cakra pulang. Wanita itu belajar dari mama nya yang selalu menunggu Bapaknya ketika belum pulang

"Iya baru aja. Aku kekamar mandi dulu"

Atau ketika Cakra menghabiskan masakan yang Lyra buat

"Tanta Salma, ayam rica-rica nya kok rasanya beda dari biasanya"

"Enak yah. Itu nak Lyra yang masak"

"Jadi kamu yang masak. Kenapa gak bilang"
Tanpa sadar Cakra mengakui masakan Lyra enak terbukti dari lauk yang habis dimakannya, pria itu agak gengsi mengakui masakan istrinya enak.

"Untuk makan siang ini semua menunya aku yang masak karna Tanta Salma ada urusan sama anaknya tadi. Kenapa emangnya. Nggak enak"

Lyra pintar memasak ketika dirinya masih menetap di Jogja, hidup jauh dari orang tua membuatnya mau tidak mau harus memasak sendri meskipun nggak jago-jago amat.

Cakra tersentak dari lamunannya ketika tiba-tiba Cendra datang.

"Widih, rumahnya cantik banget bang"
Kata Cendra menatap kagum interior rumah baru Kakaknya.

"Tumben lo masih sore udah dateng"
Tanya Cakra

"Lagi malas tinggal dikantor lama-lama. Dari tadi gue perhatiin, Lo natap Lyra terus. Nggak sabar mau berduaan kan dirumah baru?"

"..." Cakra menatap sinis kearah adiknya

"Kenapa, pasti udah mulai baper kan"

"Nggak usah banyak urusan. Bantu gue sekarang pindahin ini barang, acara sebentar lagi mau dimulai"

Cendra tersenyum penuh arti pada Cakra. Ngaku aja susah amat, ucap Cendra dalam hati.


Bersambung...

Jangan lupa vote and comment

Maaf kalau tulisan ini makin gak jelas guys

LOVE & CHOICEWhere stories live. Discover now