Dua belas - Latar belakang

355 51 6
                                    

Playlist: Krispati - Demi Cinta



Hari telah sore, saatnya Lyra pulang. setelah mengajar dikampus dari jam delapan pagi hingga jam dua siang membuat tenggorokannya agak sakit karna harus menjelaskan untuk 4 kelas. Jadwalnya hari ini sangat padat dikarnakan mengganti kelasnya yang kosong kemarin.

Sampainya Lyra dirumahnya, dia melihat mobil Annisa terpakir dihalaman rumahnya. Lyra kemudian masuk dalam rumah dan melihat Alya keponakannya beramain bersama Sekar dengan Annisa dan pengasuh Aliya duduk mengamati bocah berumur 2 tahun tersebut. Annisa yang pertama kali melihatnya datang tersenyum kepada Lyra. Lyra mengabaikan Annisa kemudian menghampiri Alya yang sibuk bermain melempar boneka nya.

Annisa tahu bahwa sedari dulu Lyra sudah tidak menyukainya dan sekarang rasa tidak suka Lyra padanya menjadi rasa benci setelah dirinya dan Lingga bercerai.

"Alya...Aunty kangen" ucap Lyra kemudian menggendong keponakannya sambil mencium kedua pipinya. Gadis kecil itu tersenyum karna digendong

"Aunty ternyata udah pulang" ucap Sekar

"Makin gembul aja ini pipi, gemes banget" Lyra mencoel kedua pipi Alya

"Maka nya cepet nikah biar punya baby kayak Alya, iya kan nak" ucap Sekar lalu mengambil Alya dari gendongan Lyra

"Mama mulai lagi nih, merusak mood aja" ucap Lyra cemberut

"Yang mama katakan benar kan. Kamu itu udah mau kepala tiga tapi calon suami aja belum punya"

Annisa ikut menimpali omongan Sekar
"Ma, Lyra mungkin baru cari pasangan. Jangan menekan dia terus Ma" ucap Annisa membela Lyra

"Iya Nis, tapi kapan. Kalau dia dilakahin sama Lara gimana"

"Ma!, udah. Lyra lagi progres cari pasangan kok, jadi mama nggak perlu khawtir"

Mamanya yang mendengar ucapan Lyra menggeleng tak percaya.

"Udah mau magrib Ma, Aku dan Ayla harus pulang sekarang" sela Annisa

"Bisa tidak Alya bermalam saja, kamu saja yang balik" ucap Lyra

"Kamu kok ngomong gitu Ly" Sekar melotot kearah Lyra lalu beralih menatap Annisa

"Nisa, kalian bermalam saja disini, Mama masih mau main sama Alya" tambah Sekar

"Maaf ma, mungkin lain kali saja" ucap Annisa.
Kemudian Annisa melangkah mengambil Alya dari gendongan Sekar. Sekar yang mengerti keadaan pasrah dengan penolakan Annisa, Sekar bahkan menawarkan agar mereka makan malam sebelum pulang namun Annisa tetap menolak dengan alasan sibuk. Pengasuh Alya lalu merapikan mainan Alya. Setelah selesai Annisa dan Alya pulang.

Lyra duduk memikirkan kemungkinan Cakra dan Annisa kembali bersama. Pikiran negatif memenuhi kepalanya, kenapa baru sekarang Cakra terlihat bertepatan dengan berpisahnya Lingga dan Annisa, apa mungkin Annisa dan Cakra sudah merencanakan ini sebelumnya, jika memang seperti itu mereka benar-benar jahat, pikir Lyra.
Sekar yang melihay Lyra melamun memanggil anaknya berkali-kali

"Lyra!" mendengar suara Sekar, Lyra tersadar dan menyahut

"Ah, ya Ma"

"Kamu kenapa bengong?" Tanya Sekar
Lyra lalu berdiri

"Enggak kok ma, aku naik dulu. Mau mandi, gerah"

Lyra berjalan meninggalkan Mamanya. Sekar bingung dengan tingkah Lyra lalu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam "Kenapa anak itu"

-0-

Diruang kerja Andi Azis, Cakra duduk berhadapan dengan Ayahnya untuk membicarakan perihal keputusannya

"Kamu menginjakkan kaki kembali dirumah ini. Apa itu artinya kamu sudah mengambil keputusan?" Tanya Andi Azis pada Cakra

"Benar, Aku sudah memutuskan untuk kembali kerumah ini. Semua ini kulakukan karna Ibu, Aku tidak bisa melihatnya bersedih dan juga sakit. Jadi ku mohon, Ayah mau memaafkan diriku karna sikapku yang selalu membangkang pada perintah Ayah" balas Cakra

"Baik, Ayah memaafkanmu. Tapi kamu ingat kan perkataan ku tempo hari?"

"Tentu. Jadi syarat apa yang ingin Ayah ajukan untukku"

Mendengar ucapan Cakra, Andi Azis refleks tersenyum
"Jujur Ayah sangat menyayagimu Cakra. Kau dan Cendra adalah kebanggaan bagi Ayah. Jika sikapku padamu yang keras, itu juga karna Ayah ingin melihat mu hidup dengan baik tidak kurang sesuatu apapun"

Ya, tapi Ayah melakukannya dengan cara yang salah, ucap Cakra dalam hati

"Keluarlah dari dunia militer Cakra dan jadilah Kepala daerah tahun depan, itu syarat Ayah"

Ucapan Ayahnya tidak membuat Cakra kaget, pria itu tahu pasti apa yang diinginkan Ayahnya selama ini. Dengan berbagai pertimbangan dia akan memenuhi syarat itu, meskipun harus meninggalkan separuh dari dunia selama dia hidup.

"Akan Cakra lakukan" ucap Cakra mantap dengan menatap mata Ayahnya. Andi Azis lalu memeluk Cakra tanda dia sangat senang dengan keputusan anak sulungnya

"Terima kasih Cakra. Akan Ayah buat kau tidak akan menyesali dimasa depan keputusanmu itu"

"Aku mengharapkan hal yang sama"

Dalam hati dan pikirannya ini sangat sulit bagi Cakra. Pria itu telah berada didunia militer selama 12 tahun, kenangan dan pengalamannya sangat berarti. Tapi seperti 3 tahun lalu, saat cintanya direnggut dia akan berusaha juga kali ini. Berusaha ikhlas untuk kedua kalinya.

"Ayah sudah menantikan hal ini sejak lama. Ayah ingin sekali kamu bisa jadi kepala daerah seperti Om mu pada masanya"

Sepertinya Andi Azis belum bisa melupakan Kakaknya yang meninggal dan ingin melihat sosok itu kembali dalam diri Cakra

"Cakra akan usahakan"
Pembicaraan itu kemudian berakhir.

-0-

Satu bulan telah berakhir. Cakra telah mengudurkan diri menjadi kapten TNI AD dan fokus untuk menjadi bakal calon bupati Pangkep. Sehingga disinilah dia sekarang di sebuah ruangan yang di isi oleh dirinya dan beberapa rekan tim suksesnya. Penasehat pemenang nya yang bernama Dimas membicarakan tentang hal-hal yang menjadi kendala bagi Cakra dalam memenangkan pemilu.

"Tiga hal yang harus kamu miliki Pak Cakra agar kita bisa menang dalam Pilkada ini yaitu modal sosial, modal politik, dan modal finansial"

Cakra sebenarnya malas mengikuti rapat tapi dia sudah terlanjur basah sekalian nyemplung aja. Selama 2 minggu ini dia berusaha untuk beradaptasi dengan dunia barunya

"Silahkan dilanjutkan" ucap Cakra

"Modal finansial sudah terjamin. Tapi modal politik dan modal sosial yang menjadi masalah. Benarkan, kalian setuju"Tanya Dimas pada anggota tim

"Lalu apa solusinya agar masalah itu bisa teratasi" tanya Cakra kemudian

"Untuk modal politik. Anda sama sekali tidak punya pengalaman tapi kita bisa menggaet wakil yang punya pengalaman didunia politik. Selain itu bisa juga dengan mengambil Parpol yang punya pengaruh besar. Bagaimana menurut Pak Cakra"
Cakra mengangguk tanda setuju. Dimas lalu melanjutkan kembali

"Sedangkan untuk modal sosial ini mungkin cukup sulit"

"Kenapa, keluarga Samratulagi dikenal oleh masyarakat"

"Ya saya tahu itu. Ini tentang Anda. Masyarakat cenderung punya midset bahwa orang yang sudah berkeluarga lebih bisa memimpin daerah, sedangkan anda belum menikah"

Cakra kaget mendengarnya, pria itu kemudian bangkit dari sandaran kursi "Jadi saya harus menikah" ucap Cakra tak percaya

"Benar Pak. Jika ingin kita memenangkan pemilu ini" ucap salah satu anggota tim

"Apa harus begitu Pak Dimas" tanya Cakra

"Tentu Pak Cakra. Semuanya akan berjalan lebih mudah jika anda sudah berkeluarga" ucap Dimas

Cakra pusing dengan perihal dia yang harus menikah. Siapa yang akan di nikahinya sedangkan dia tidak lagi dekat dengan wanita manapun. Sial, ucap Cakra dalam hati.



Bersambung...


LOVE & CHOICEWhere stories live. Discover now