Empat Puluh Satu

313 20 1
                                    

Playlist : IVE - After Like

Ketika membuka mata disubuh hari, Lyra selalu menemukan punggung Cakra yang tidur membelakanginya tapi kali ini berbeda, dibawah cahaya lampu tidur yang temeram yang dilihat Lyra adalah wajah pria itu karna tidur menghadapnya.
Bohong jika wanita itu tidak bahagia, dihadapannya dia bisa melihat wajah pria yang disukainya sekaligus halal untuknya

Cakra terlihat begitu damai dalam tidurnya dan wajah itu tetap tampan meskipun dia tidur sekalipun. Lyra menatapnya lama dan dia kembali yakin bahwa dia memang menyukai Cakra atau mungkin sudah pada tahap mencintai pria itu, hingga refleks menutup matanya ketika tubuh Cakra bergerak

Seperti biasa, Cakra akan terbangun ketika mendengar murottal masjid sudah bergemah. Pria itu selalu shalat berjamaah dimesjid sedangkan Lyra hanya shalat dirumah. Sebelum menuju masjid, Cakra selalu berpamitan padanya dan dibalas Lyra dengan anggukan

Wanita itu memang sudah menegaskan kepada Cakra bahwa Cakra tidak boleh melewati guling yang pembatas diranjang dan pria itu menghormati keputusannya

-0-

Dipagi hari, Cakra tiba-tiba menghampiri Lyra yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka

"Masak apa, Andi Lyra" ucap Cakra tepat disampingnya "Seperti biasa tuan, Nasgor" balas Lyra

"Mau dibantu" tanya Cakra meskipun dia tak yakin bisa membantu
"Emangnya bisa. Kalau bisa silahkan"
Lyra lalu menyerahkan telur beserta sosis yang sudah diris kepada Cakra

Cakra lalu memecah telur itu kemudian memasukannya kedalam wadah, hanya saja cara Cakra dalam memecah telur itu belepotan dan pada akhirnya Lyra mengambil alih
"Kamu gak becus mencahin telurnya. Caranya tuh begini" Lyra mempraktikkan cara memecahkan telur dan menyuruh Cakra memperhatikannya. Alih-alih fokus pada telur, ada yang lebih menarik untuk dia perhatikan yaitu wajah istrinya. Lyra terlihat sangat fokus mencampur telur, sosis, serta bumbu penyedap lalu mengaduknya menjadi satu. Perhatian Cakra tak terahlikan hingga Lyra telah memasak telur dadar itu kedalam teflon

Setelah itu, Lyra menoleh kesamping dan bertanya kepada sang suami "udah ngerti kan, Andi Cakra. Cara membuat telur dadar dengan benar"

"Ya, Aku mengerti. Biar aku yang menatanya di meja" ucap Cakra sambil tersenyum padahal pria itu sama sekali tak memperhatikan telurnya tadi

Lyra cukup bingung dengan kelakuan suaminya, tiba-tiba datang dan ingin membantunya memasak. Sepertinya pria itu mencoba dekat dengannya, pikir Lyra dan itu merupakan suatu hal yang positif

Selesai sarapan, Lyra mengecek ponsel yang ditinggalkannya dikamar dan melihat ada notifikasi panggilan tak terjawab dari sang mama. Akhirnya Lyra melakukan panggilan balik

"Halo, Ma. Ada apa nelpon Lyra pagi-pagi" tanya Lyra pada sang mama

"Ini, mama mau ajaki keluar bareng hari ini. Bisa ji?" Kata sekar

Kebetulan sekali dia memang berniat untuk keluar rumah berjalan-jalan "Bisa dong. Apasih yang tidak bisa kalau mama yang minta" ucapnya tersenyum

"Kalau gitu kita tunggu dirumah saja. Biar mama kesitu yang jemput. Siap-siap ma ki sekarang"

"Magello pa si kalo dijemput" mamanya memang sangat mengerti dirinya, pikir Lyra

"Itu,,apa Cakra bisa ikut, Ly. Usahakan kita bujuk ya, mama tunggu kabar baiknya sayang"

Mana mungkin Cakra bisa ikut, pria itu pasti sudah punya jadwal kegiatan hari ini yang tidak bisa di cancel

"Tapi kayaknya Cakra..." tut..tut
Belum sempat Lyra menyelesaikan pembicaraannya sang mama lebih dulu menutup panggilan tersebut

Apa yang harus Lyra lakukan, Sekar sangat berharap Cakra ikut. Ada baiknya dia menyampaikan pesan mamanya pada Cakra tapi Lyra sudah yakin Cakra pasti akan menolak dan sang mama harus siap kecewa. Namun apa salahnya mencoba bertanya dahulu

Waktu yang pas karna tepat saat itu Cakra memasuki kamar mereka "Ada yang mau aku sampaikan" Kata Lyra dihadapan Cakra

Terlihat ekspersi Cakra yang bertanya-tanya melihat istrinya seperti kebingungan "Apaan? Langsung aja. Kamu serius banget"

Lyra kemudian menyampaikannya
"Aku tahu kamu bakal menolak, tapi tetap akan aku sampaiin. Mama Sekar minta kamu ikut bareng kami wisata hari ini tapi aku tahu kamu pasti tidak bisa ikut kan"

Bisa Cakra lihat kalau Lyra menunggu jawabannya "Kayaknya kamu deh yang berharap aku nggak ikut"

"Aku tuh cuman berusaha mengerti situasi, kamu sibuk dan pasti nggak punyak waktu buat..." belum selesai perkataan istrinya, Cakra langsung menyelahnya "Aku mau ikut"

Jawaban Cakra cukup membuat Lyra terkejut "Hah?, aku tidak salah dengar kan. Tidak perlu memaksakan diri kalau memang nggak bisa. Nanti aku kasih penjelasan ke mama"

"Tuh kan, kamu berharap aku nolak. Aku mau ikut, apalagi mama kamu yang minta nggak baik kalau aku nolak. Jadi sampaiin ke mama agar ada space juga buat aku di wisata kalian" kata Cakra serius. Dia memang merasa tidak merasa terpaksa, sesekali santai dan bergabung dengan keluarga istrinya mungkin akan menyegarkan pikirannya

"Baik. Tapi aku nggak maksa loh, ini keputusan ta sendiri, nanti kalau ada masalah jangan nyalahin aku" ucap Lyra yang tidak menyangkan Cakra mau ikut. Dia lalu mengirim pesan kepada mamanya

"Bawel banget sih. Aku siap-siap duluan ya" Sebelum berlalu kekamar mandi tak lupa Cakra mengacak-acak rambut sang istri

Jujur saja, Lyra bersyukur Cakra mau ikut sehingga mamanya pasti akan senang

-0-

Sekar menelpon putrinya untuk mengabari bahwa sebentar lagi mereka akan datang didepan rumah mereka. Lyra kemudian memeriksa barang yang akan dibawanya dan tak lupa penampilannya

Suaminya sendiri sudah menunggunya dilantai bawah ruang tamu. Samar-samar Lyra mendengar Cakra yang sedang berbicara lewat telpon mungkin dengan sekertarisnya. Pria itu menegaskan bahwa jadwal kegiatannya hari ini dibatalkan saja jika ternyata Ayahnya ataupun orang lain tidak ada yang bisa menggantikannya

Setelah pembicaraan Cakra berakhir, Lyra pun mendekat kearahnya. Ada sedikit penyesalan karna harus memberitahu Cakra keinginan mamanya untuk ikut jalan bersama mereka. Jadwal Cakra akhirnya harus berantakan karna hal tersebut

"Masih belum terlambat kalau kamu berubah pikiran untuk nggak jadi pergi sama aku. Aku bisa jelasin sama mama nanti"

"Sudah kupikirkan dan kuputuskan untuk tetap jadi pergi dengan kalian"

"Baiklah, kalau gitu kita keluar sekarang. Mobil mama udah dekat katanya"

"Ayo" Cakra berdiri lalu meraih tangan Lyra kemudian menariknya untuk berjalan keluar rumah

Masih dengan berpegangan tangan keduanya berdiri ditepi jalan menunggu jemputan mereka

Lyra tersenyum kemudian berkata "Makasih sudah bersedia pergi bersama keluargaku" Cakra membalas perkataan istrinya "Aku yang seharusnya bersyukur karna diajak"

Tak lama datang sebuah bus mini yang berhenti tepat dihadapan mereka. Pintu bus tersebut terbuka dan senyuman diwajah Lyra pupus seketika saat melihat orang yang membuka pintu adalah Annisa

Andai Lyra tahu wanita itu juga akan ikut dengan mereka, Lyra pasti tidak akan mengiyakan ajakan mamanya

Bersambung...

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA GUYS...

THANKYOU❤

LOVE & CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang