Empat belas - Rencana

325 49 6
                                    

Playlist: Ardiansyah Martin - Bukan salah jodoh


Cakra duduk di sofa sambil menikmati minumannya. Tiba-tiba pria itu ingat kejadian tadi yang melihat Lyra memandangnya. Tapi wanita itu seperti sangat tidak menyukainya terbukti dengan dia yang langsung menutup kaca mobilnya seakan-akan Cakra sangat berbahaya.
Tapi wanita itukan memang tidak menyukaimu, jadi kenapa kau harus memikirkannya, pikir Cakra kembali.

Lalu Cakra mendengar bel rumah yang berbunyi. Dia membuka pintu dan melihat orang yang berkunjung adalah Andi Azis, Ayahnya.

Cakra dan Ayahnya lalu duduk diruang tamu. Sepertinya Ayahnya sudah tahu mengenai dirinya yang harus menikah sehingga hari ini Ayahnya berkunjung.

"Ayah mau minum apa. Akan aku ambilkan"

"Tidak usah. Ada hal yang harus Ayah bicarakan denganmu"

"Ayah sudah dengar dari Pak Dimas" tanya Cakra

"Benar. Ini tentang statusmu yang belum menikah yang menjadi kendala dalam pemilihanmu nantinya"

Cakra terdiam, sampai detik ini dia belum menemukan wanita yang siap untuk di nikahinya

"Aku akan mengikuti saran Ayah saja. Pilihan terbaik untuk kedepannya"

Benar, Cakra pasrah. Jika ternyata Andi Azis sudah menemukan wanita yang cocok untuknya dia akan menerima saja.

"Kamu bisa mencari calon istri sendiri. Tapi ingat calon istri yang harus kamu pilih berasal dari keluarga terpandang atau dikenal di masyarakat. Itu point pentingnya"

Wow, Ayahnya memang luar biasa. Kenapa tidak sekalian saja Ayahnya memilihkannya calon istri karna itu akan lebih mudah dibandingkan harus cari sendiri calon istri tapi dengan dalih harus berasal dari keluarga terpandang.

"Cakra mengerti maksud Ayah. Akan aku usahakan untuk segera menemukan calon istri seperti yang Ayah katakan"

"Bagus kalau begitu. Kamu sudah putuskan akan memilih wakil yang mana"

"Untuk hal itu. Tim masih mencari wakil yang potensial tapi sudah ada beberapa kandidat"

Cakra dan Andi Azis masih terus berdiskusi tentang berbagai hal persiapan pemilu nantinya. Hingga Andi Azis ingin pulang.

"Oh iya, kunjungi Ibu mu besok. Itu pesannya tadi pada Ayah"

"Ibu juga sudah menelepon tadi untuk mengunjunginya besok"

"Ibumu semakin pulih dan sudah tampak sehat. Ini semua berkat dirimu"

Andi Azis menepuk-nepuk pundak Cakra. Lalu berbalik meninggalkan rumah Cakra.

-0-

Annisa yang sedang melakukan sesi konsultasi pada pasiennya tiba-tiba menerima kabar dari pengasuh anaknya, bahwa Alya sakit. Sekarang wanita itu tidak bisa fokus tapi akan tetap menyelesaikan jam kerjanya pagi ini mengigat banyak pasien yang antri dari tadi.

"Berapa pasien lagi sus"

"Masih ada 3 orang dokter"

Annisa mengelah napas. Tinggal 3 orang berarti dia bisa meminta izin pulang setelahnya.

Sesampainya dirumah, Annisa melihat Alya yang terus menangis dalam gendongan pengasuhnya.

"Alya, kamu kenapa sayang"

Anak itu terus menangis bahkan setelah digendong oleh Annisa

"Tadi Alya main diluar Kak. Setelah itu didada nya muncul ruam merah kemudian badannya panas"

Mendengar penjelasan pengasuh anaknya. Annisa menyimpulkan kemungkinan Alya terserang alergi panas. Ruam kemerahan itu gatal dan bertambah perih karna Alya terus menggaruknya

"Sepertinya Alya terserang alergi panas karna cuaca yang terik tadi"

"Maaf Kak. Saya tidak bermaksud membuat Alya sakit tapi tadi Alya nya terlihat senang main diluar"

"Tidak apa apa. Saya tahu kamu juga khawatir"

Annisa lalu berusaha membuat Alya tenang dengan mengoleskan losion pada ruamnya untuk mengurangi sensasi gatalnya dan memberinya obat penurun panas. Karna lelah menangis Alya akhirnya tidur.

Apakah dia harus menghubungi Lingga, pikir Annisa. Lingga pernah berpesan bahwa jika sesuatu terjadi pada putri mereka Annisa harus menghubunginya. Tapi Annisa takut itu malah mengganggu pekerjaan Lingga. Mungkin dia akan menghubungi Lingga setelah jam kerja berakhir.

-0-

Mungkin ini terdengar gila. Tapi Cakra yang putus asa mencari calon istri, meski sudah dipikirkannya berulang kali, Cakra hanya memikirkan satu orang yang sesuai dengan kriteria yang Ayahnya inginkan dan dirinya inginkan yaitu Andi Lyra Binaraja.

Pasalnya Cakra berniat agar pernikahannya hanya bersifat sementara murni karna tujuan politik. Dia tidak mungkin bisa menemukan wanita yang disukainya sekarang karna waktu yang singkat, terlebih harus dari keluarga terpandang. Jika dia memilih wanita lain dari keluarga terpandang, dia yakin wanita itu tidak akan melepaskannya atau menyetujui negosiasi pernikahan. Berbeda halnya dengan Lyra.

Meski Cakra yakin bahwa Lyra tidak mungkin mau menikah dengannya. Tapi pria itu punya rencana. Setelah memeriksa keluarga Binaraja, pria itu akan melakukan pendekatan terhadap kakek Lyra, Andi Ilyas Binaraja yang menurut informasi yang didapatkannya bahwa orang tua itu sangat disegani dilingkup keluarganya.

Jika Kakek Lyra setuju kemungkinan besar Lyra juga akan setuju mengikuti keinginan Kakeknya. Tidak ada salahnya mencoba, gagal pun itu urusan belakang.

Setelah akhirnya Lyra setuju, dia akan melakukan negosiasi dengan wanita itu tentang pernikahan mereka, Lyra mungkin tidak akan keberatan terlebih wanita itu juga tidak menyukainya, sempurna pikir Cakra.

Cakra siap menyampaikan rencana gila nya ini pada Ayahnya. Cakra yang telah berada di ruang kerja Andi Azis mengutarakan keputusannya

"Aku sudah mendapatkan pilihan wanita untuk ku jadikan calon istri"

"Benarkah, siapa itu mungkinkah Ayah mengenalnya" tanya Ayahnya penasaran

"Ya, Ayah mengenalnya. Wanita itu adalah Andi Lyra Binaraja. Wanita yang Ayah mau jodohkan denganku 3 tahun lalu"

"Apa?!, Andi Lyra Binaraja. Ayah tidak salah dengarkan" ucap Andi Azis tak percaya.
Cakra mengangguk lalu Andi Azis melanjutkan kembali

"Itu memang pilihan yang tepat tapi keluarga kita punya kesan buruk pada keluargannya. Tidak mungkin lamaranmu akan diterima lagi setelah 3 tahun lalu kamu menolak anak mereka. Sepantasnya kamu pikirkan itu dulu Cakra, jadi lebih baik cari pilihan lainnya"

"Aku akan mencobanya, untuk melamar Andi Lyra lagi. Ayah tenang saja aku punya rencana"

Cakra lalu menjelaskan rencananya pada Andi Azis

"Sekarang aku hanya ingin bantuan Ayah agar bisa memperkenalkan aku dengan Andi Ilyas, Kakek Andi Lyra"

"Baik akan Ayah bantu. Tapi kenapa harus Andi Lyra yang kamu pilih padahal masih banyak pilihan lainnya yang tidak harus melewati jalan seperti ini. Apa alasanmu Cakra, Apakah kamu menyukai Andi Lyra?"

"Tidak. Aku hanya yakin saja kepadanya"
Pilihanku, Andi Lyra Binarja, sambung Cakra dalam hati.


Bersambung...







LOVE & CHOICEWhere stories live. Discover now