Tiga puluh satu - Kecewa

610 59 16
                                    

Playlist: Mahalini - Melawan Restu


Pagi yang cerah, dihabiskan pasangan itu dengan minum teh dibalkon. Menikmati suasana pagi yang sejuk. Pertama kali nya mereka duduk santai berdua saja di akhir pekan. Seperti biasanya Lyra maupun Cakra lebih banyak diam ketika berdua saja. Mereka tidak tahu harus membahas apa sebenarnya.

Lyra menoleh ke samping melihat Cakra yang memainkan ponselnya sesekali menyeruput teh nya.

Aku di cuekin nih...positif thinking mungkin dia ada kerjaan, pikir Lyra.

Wanita itu merasa di abaikan selain karna Cakra yang sibuk dengan ponselnya, Lyra juga tidak membawa ponselnya. Jadilah sekarang dia hanya diam saja.

Tidak tahan akhirnya Lyra buka suara
"Gimana,, progeres kerja mu sekarang"

Perkataan Lyra mengalihkan fokus Cakra dari ponselnya

"Progres?..."

"Aku tidak tahu banyak karna Ayah dan manajemen yang atur. Hanya saja saat ini sudah ada prediksi suara disetiap daerah"

"Oh gitu. Hasil prediksinya gimana, bagus" tanya Lyra lalu kemudian meminum teh nya

"Bisa dibilang begitu. Tapi kamu tahu kan pada akhirnya kekuatan uang yang akan memenangkan pemilihan ini. Jadi aku tidak terlalu memikirkan hasil prediksi yang ada"

Apa yang disampaikan Cakra seolah dia tidak mau pusing dengan pemilu yang akan berlangsung dan juga dia begitu percaya diri akan memenangkan pemilu karna keluarganya yang kaya raya

"Benar uang memang bisa membalikkan keadaan. Tapi ada yang lebih berkuasa dari uang yaitu Tuhan. Jika Tuhan tidak menghendaki maka hal yang kamu katakan tadi tidak belum tentu terjadi"

"Aku bicara realita yang ada Andi Lyra. Sebenarnya aku juga tidak akan begitu bahagia jika ternyata aku terpilih. Aku menjalani ini sesuai alur yang dibuat ayahku"

Lyra bisa mendengar nada getir diakhir ucapan Cakra. Sekarang Lyra tahu bukan Cakra yang menginginkan posisi menjadi bupati tapi Ayahnya, mungkin

"Baik aku mengerti sekarang... Kalau begitu kamu keluar dari dunia militer karna perintah, maksudku permintaan Ayahmu juga"

Cakra tidak membalas ucapan Lyra. Kediaman Cakra berarti jawaban iya untuk pertanyaannya. Seketika wanita itu merasa kasihan dengan Cakra, pasti berat menjalani hal yang tidak diinginkan. Sama seperti dirinya juga yang harus menikah dengan pria itu.

Apa yang aku pikirkan dia pria ini layak mendapatkannya karna sudah menyeretmu dalam hidupnya. Tapi tunggu apa itu artinya...

"Apa kamu menikahiku juga karna aku pilihan ayahmu" tanya Lyra kembali dengan serius. Mereka berdua saling tatap

"Tidak aku sendiri yang memilih kamu, Andi Lyra" jawab Cakra sambil menatap intens istrinya

Bolehkah Lyra berharap jika Cakra memilihnya karna pria itu punya rasa dengannya. Lyra menertawakan pikirannya sendiri
Apa yang kamu harapkan Lyra, jelas-jelas kamu sudah mendengar alasan Cakra hari itu. Mengigatnya membuat wanita itu merasa sakit hati kembali dan kesal kepada Cakra.

"Aku punya pertanyaan" kali ini Cakra yang bertanya kepada Lyra

"Tentu. Silahkan"

"Alasan sebenarnya kamu setuju menikah denganku"

"Sepertinya aku sudah mengatakannya ketika kita bertemu direstoran siang itu... Simpelnya Kakekku menginginkan aku menikah denganmu karna kamu berasal dari keluarga kaya. Yah...Menurut beliau aku sangat bodoh jika tidak menerima kamu. Jadi sebagai cucu yang baik aku mengabulkan permintaannya. Kenapa menanyakan hal ini sekarang. Apa itu penting?"

LOVE & CHOICEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora