Sebelas - Keputusan

367 50 3
                                    

Playlist: Virzha - Seperti Yang Kau Minta

Saat ini Lyra sedang berada di sebuah restoran menunggu sahabat sekaligus teman kerja nya dulu ketika di Yogya, Haikal.  Lyra sudah lama mengenal Haikal, mereka juga satu jurusan di UGM dan juga kebetulan dapat bekerja diperusahaan yang sama.

Haikal adalah tipe pria yang jauh dari kesan populer seperti setiap dia lewat gadis-gadis akan melihatnya, tapi jika sudah mengenalnya kamu akan sadar bahwa Haikal adalah pria yang Gantle dan selalu melindungi Lyra. Istilahnya Good boy. Haikal datang ke Makassar karna dia punya urusan kerjaan dan memanfaatkan waktunya itu untuk dapat bertemu dengab Lyra.
Lyra melihat kedatangan pria itu dipintu masuk. Lyra melambaikan tangannya dan Haikal akhirnya melihatnya.

"Gue kira lo bohong Kal ternyata beneran disini" ucap Lyra bersemangat

"Sempetin-sempetin waktu nih gue ketemu lo, besok gue kembali ke Yogja"

"Baru 2 hari kan lo disini. Kenapa cepet banget baliknya"

"Gue kan kerja bukan liburan Ly. Gimana sih lo"

"Yes, I know Sir"

Setelahnya mereka tertawa bersama. Menurut Lyra, Haikal adalah teman yang membuat dia nyaman dan aman jika berada didekatnya. Hubungan mereka murni berteman setidaknya itu menurut Lyra. Karna sebenarnya Haikal menyimpan rasa suka pada Lyra tapi gadis itu tidak mengetahuinya. Haikal tidak berani menyampaikan perasaannya takut hubungan mereka akan renggang dan menjadi canggung meskipun Haikal sering menunjukkan perasaannya lewat tindakan tapi Lyra tidak peka dengan semua yang dilakukannya.

"Orang tua lo gimana kabarnya" tanya Haikal

"Bapak dan Mama, Alhamdulillah baik. Ngapai nanya mereka" ucap Lyra setelah itu memakan makanannya kembali

"Emang nggak boleh tanya kabar calon mertua" ucap Haikal dengan nada datar. Mendengar itu Lyra tersendak

"Tunggu..., calon mertua...hahaha, bisa aja lo Kal. Memangnya lo sudah punya uang panai buat lamar gue"

"Sekarang gue lagi prepare sih ngumpulin uang panai nya" Lyra menganggap apa yang diucapkan Haikal adalah sekedar candaan belaka.

Setelah selesai makan mereka berpisah diparkiran. Lyra dan Haikal berdiri didepan pintu mobil sewaan Haikal.

"Hati-hati dijalan Kal jangan ngebut"

"Iya, lo juga jaga diri , jaga kesehatan juga. Salam gue sama orang tua lo"

"Idih, ngapai pake nitip salam ke Mama sama Bapak"

"Cari perhatian aja. Gue balik yah"

Setelah mengucapkan itu Haikal mengusap puncak kepala Lyra. Lyra mengangguk dan tersenyum. Pria itu lalu masuk kedalam mobilnya meninggalkan Lyra.

Ketika Lyra berbalik menuju tempat mobilnya diparkir, dia kaget melihat Cakra yang berjalan melintas disampingnya seakan Cakra tidak mengenalnya. Gadis itu otomatis memutar diri. Cakra terlihat bersama seorang pria dimana pria itu berbalik menatap Lyra. Merasa bodoh dengan tindakannya Lyra melanjutkan langkahnya menuju mobilnya. Pria itu tidak terlihat setidaknya 3 tahun bagi Lyra. Dan ketika mereka berpapasan Cakra bahkan tidak mau meliriknya, sombong sekali pikir Lyra. Lyra lalu melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu

-0-

"Eh Cak, itu tadi Andi Lyra kan. Lo nggak lihat atau pura-pura nggak lihat? Gue baru sadar pas lewatin dia. Bahkan dia balik lo lihatin kita jalan masuk" ucap Cendra. Mereka telah duduk dimeja sudut yang lebih sepi.

"Terus? Lo ngajakin ketemu buat ngomongin dia" balas Cakra ketus

"Bukan lah. Cuman Sadar nggak sih sikap lo kayak nggak kenal Andi Lyra"

"Berhenti bahas dia Cen, apa sebenarnya yang mau lo bahas"

"Ini soal Ibu. Kemarin kata tanta Salma, Ibu cari lo tapi ternyata lo udah balik. Ibu sepertinya kecewa banget bang berharap lo bisa temanin dia dan nggak pergi lagi"Ucap Cendra.

Cakra kemudian menjelaskan alasanya pergi kemarin tanpa pamit pada Ibu mereka. Tentang Ayah mereka yang tidak mengizinkan Cakra untuk menemui Andi Harmia lagi atau pulang kembali kerumah jika tidak memenuhi syarat yang Andi Azis inginkan.

"Sekarang keputusan ada ditangan lo Cak. Gue ucapin ini karna Ibu, gini,  lebih baiknya sekarang lo ikutin mau Ayah, kasian Ibu. Sadar nggak sih Ibu sakit karna lihat lo pergi dari rumah dan hubungan lo dengan Ayah yang buruk. Itu jadi beban buat Ibu" ucap Cendra panjang lebar. Apa yang diucapkan adiknya memang benar, pikir Cakra

"Gue bakal pikirin kembali keputusan apa yang akan gue ambil. Setidaknya beri gue kabar soal kondisi Ibu sekarang Cendra" ucap Cakra

"Pasti. Tapi gue berharap lo bisa kembali dan hubungan lo dengan Ayah bisa membaik. Itu semua bisa menjadi obat yang paling ampuh buat kesembuhan Ibu Bang" ucap Cendra dengan tatapan berharap pada Kakaknya.

-0-

Esoknya Cakra memutuskan untuk berdamai dengan Andi Azis setelah memikirkannya dengan segala jenis pertimbangan akibat keputusannya. Pria itu akan mengikuti perintah Ayahnya jika masih bisa ditolerir oleh Cakra. Cakra melajukan mobilnya turun menuju Pangkep. Sesampainya dirumah dia tidak melihat Andi Azis dirumah, sepertinya Ayahnya kembali masuk kantor, pikirnya. Cakra terus berjalan hingga sampai dihalaman belakang. Disana dia melihat Andi harmia duduk sambil menikmati teh. Terlihat kondisi Ibunya mulai membaik lalu Cakra menghampiri Andi Harmia.

"Assalamualaikum" Cakra memberi salam

"Waalaikumusalam, Cakra kamu datang" wajah Andi harmia berbinar melihat kedatangan Cakra. Cakra lalu duduk disamping Ibunya

"Ya Cakra datang bahkan akan tinggal beberapa hari menemani Ibu"

"Benarkah? Makasih mau kembali kerumah. Sebenarnya Ibu sempat berpikir kamu sudah pergi, kembali bertugas"

"Maaf tidak sempat pamit pada Ibu. Cakra ada urusan jadi tidak bisa pamit sama Ibu juga tidak tega membangunkan Ibu"

"Sudah bertemu dengan Ayahmu?" tanya Andi harmia cemas

"Sudah. Ibu jangan khawatir karna Ayah menerimaku kembali dengan tangan terbuka" jawab Cakra

"Jangan berbohong Cakra, Ibu tahu Ayahmu tidak akan semudah itu menerimamu kembali. Aku sangat megenal dirinya"

"Aku mengatakan yang sebenarnya Bu. Lebih baik sekarang Ibu istirahat kembali agar kondisi kesehatan Ibu membaik kembali"

"Ibu merasa lebih sehat sekarang, jadi jangan mengalihkan pembicaraan. Cakra dengar sebisa mungkin jangan menyerah dengan apa yang kamu inginkan. Semuanya harus berdasarkan keputusanmu, jangan berkorban demi Ibu, Ayah, maupun orang lain. kebahagiaanmu merupakan hal yang harus kamu prioritaskan. Ibu sadar bahwa sudah egois selama ini"

Cakra mengangguk tanda mengerti. Tapi perkataan Ibunya tidak membuatnya mengubah keputusannya untuk bisa berdamai dengan Ayahnya meskipun harus dengan jalan mengorbankan kebahagiaannya sekalipun.

Bersambung...







LOVE & CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang