Delapan - Putus

393 57 3
                                    

Playlist : Ryan D'Masiv feat Rossa - Pernah Memiliki

3 tahun lalu...

Cakra meninggalkan rumah Lyra dengan perasaan yang kacau dan langsung menuju rumah Annisa. Cakra baru bisa tenang setelah mendegar dari mulut Annisa sendiri bahwa dia tidak akan menikah dengan orang lain. Tidak lama kemudian dia sampai didepan rumah Annisa dan melihat kekasihnya itu sudah berdiri didepan gerbang.

Annisa yang melihat Cakra yang telah tiba langsung merasakan perasaan yang gelisah. Pasalnya setelah Cakra menelpon, Annisa tahu bahwa Cakra sedang marah terdegar dari suaranya. Tangannya pun berkeringat dingin. Apa yang ingin Cakra katakan kepadanya sampai harus kerumahnya malam ini. Cakra keluar dari mobilnya dan menghampiri Annisa.

"H..hai" sapa Annisa sambil tersenyum kikuk. Annisa melihat wajah Cakra yang terlihat resah, bahkan tidak ada balasan senyum darinya.

"Ada apa yah kak. Sepertinya pembicaraan ini sangat penting sehingga tidak bisa dibicarakan ditelepon" lanjut Annisa

"Jujur aku ingin mendegar kamu mengatakan bahwa ini tidak benar, Nis" ucap Cakra serius. Annisa merasa semakin gugup ketika Cakra menatapnya lebih intens.

"Aku mendegar bahwa kamu akan menikah dengan Lingga Binaraja"

Annisa kaget, kenapa Cakra harus tahu dari orang lain. Ini menjadikan dirinya lebih bersalah dihadapan Cakra. Tapi mau Cakra tahu dari dirinya maupun orang lain itu tidak akan mengubah apapun pandangan Cakra.

"Kak, ak..aku"

"Jawab Nisa, Ya atau tidak" Cakra menyelah

"Ya. Itu benar aku akan menikah dengan Lingga" jawab Annisa dengan menunduk.

"Kenapa Nis, hubungan kita sudah bertahan lama banyak hal yang kita lalui bersama. Kenapa kamu tega melakukan ini"

Annisa rasanya ingin teriak bahwa dia menginginkan hal yang sama tapi jika dia melakukannya semuanya akan lebih sulit. Cakra pasti tidak akan menjauhi nya jika dia mengatakan yang sebenarnya. Annisa menarik napas sebisa mungkin untuk berekspresi datar ketika dia membalas ucapan Cakra

"Aku bosan harus berhubungan jarak jauh dengan kamu Kak. Terlebih tidak ada progres didalam hubungan kita. Kakak tahu kan orang tua Kakak tidak menyukaiku sama sekali"

"Aku kenal kamu Nis. Kamu juga terpaksa kan menerima perjodohan ini. Semua yang kamu katakan bohong. Aku tidak percaya"

"Tapi itu memang kenyataannya Kak. Aku...aku bisa dikatakan selingkuh dengan Lingga. Terima kasih untuk 10 tahun ini Kak, hubungan kita cukup sampai disini karna sekarang aku berstatus calon istri orang lain"

"Nisa, jangan kayak gini. kemarin hubungan kita baik-baik saja. Tolong"

"Maaf aku gak bisa meneruskan hubungan kita. Kalau tidak ada lagi yang ingin Kakak bicarakan. aku akan masuk"

Cakra dia ditempatnya tidak merespon lalu kemudian Annisa masuk kembali kedalam rumahnya. Saat ini Cakra merasa sangat hancur. Pria itu sungguh tidak sanggup, hatinya terasa nyeri memikirkan gadis yang dicintainya berakhir menjadi istri orang lain. Disisi lain Annisa menagis dalam diam dikamarnya. Hatinya juga sangat sakit harus berpisah dengan Cakra tapi takdir tidak pernah mendukung mereka untuk hidup bersama.

-0-

Selepas kepergian Cakra dan kedua orangtuanya. Lyra merasa seperti direndahkan oleh Cakra. Seharusnya aku yang menolak, dia pikir aku juga mau menikah dengannya, pikir Lyra.

"Ly, kamu nggak papa kan nak" Tanya Andi Abdul

"Yes, of course, Bapak. Lyra baik-baik saja. Sepertinya pria itu... maksudku Cakra punya kekasih sehingga menolak perjodohan ini" ucap Lyra sambil mengerakkan kedua bahunya. Ibunya kemudian memeluk dan menciumnya dari belakang

"Pa, anak kita ini cantik, masih banyak laki-laki lain yang akan mengantri untuk mendapatkannya" ucap Sekar

"Papa yakin akan hal itu ma. Ly, maafkan Bapak yang salah memilih pria untukmu. Sebenarnya Bapak ingin melihat kamu dan Lingga bisa menikah bersamaan sehingga hal seperti ini bisa terjadi"

"Bapak, jangan minta maaf. Yang terjadi bukan salah Bapak, karna...sebenarnya Lyra juga sudah merencanakan akan menolak perjodohan ini" ucap Lyra

"Mama yakin, Cakra pasti akan menyesal karna telah menolak anak mama yang cantik ini" tambah Sekar

"Apaan sih ma. Udah, lupakan. Lyra mau kekamar ganti baju. Gak cocok aku nya pakai baju begini" ucap Lyra lalu melangkah menuju kamarnya.

-0-

Cakra kembali kerumah nya ketika pagi menjelang. Semalam dia tidak pulang kerumah memilih pergi ke club dengan minum untuk melupakan masalahnya. Tidak ada dari rencananya yang berjalan dengan lancar. Sekarang ibu nya pasti kecewa dengannya dan Ayahnya tentu sangat marah melihat tingkahnya semalam yang meninggalkan rumah Lyra begitu saja. Penampilan Cakra saat ini sangat kacau dengan raut muka putus asa. Cakra memutuskan untuk segera kembali bertugas dengan begitu dia akan melupakan masalahnya seiring berjalanbya waktu, tapi dalam benaknya apa dia bisa melupakan Annisa dan merelakan kekasihnya jatuh pelukan pria lain.

Cakra melangkah masuk. Diruang tamu dia melihat Ayahnya duduk dengan keadaan sudah rapi, siap pergi kekantor sambil menikmati secangkir kopi. Perhatian Andi Azis langsung teralihkan dari ponselnya ketika melihat Cakra

"Dari mana saja kamu semalam?" Ucap Andi Azis dengan tegas. Mendengar ucapan Ayahnya langkah Cakra terhenti namun dia urungkan untuk menjawab dan melanjutkan langkahnya. Di ujung tangga Cakra melihat Ibu nya yang berjalan dari dapur dengan raut wajah khawatir

"Cakra!, dimana sopan santunmu, Ayah bertanya tapi kau hanya diam saja" ucap Andi Azis dengan membentak. Dia lalu menghampiri Cakra

"Cukup Pa', Cakra baru tiba. Dia pasti akan menjelaskannya nanti" Ucap Andi harmia

"Jangan membelanya Mia, sekarang jelaskan kenapa kau pergi begitu saja semalam. Tidak kah kau berpikir Aku dan Ibumu malu karna kelakuanmu. Lebih baik sejak awal kau tidak datang saja"

Cakra berbalik menghadap Ayahnya

"Sejak awal sudah kukatakan aku tidak akan menyetujui keinginan Ayah. Dan aku ikut kalian semalam karna ingin memperjelas keputusan ku didepan kalian dan keluarga Binaraja"

Plak.., tamparan keras dilayangkan Andi Azis. Membuat sudut bibir Cakra berdarah. Ya, dia pantas mendapatkannya. Tapi kenapa rasanya tidak sakit, ini aneh, pikir Cakra

"Jangan menyakiti Cakra, seharusnya kau terima saja keputusannya" ucap Andi harmia kemudian berdiri didepan Cakra

"Diam Mia. Anak ini tidak bisa melakukan apapun untuk kita. Yang dia lakukan hanya selalu memberontak padahal yang kulakukan juga untuk kebaikannya sendiri"

"Ya tuhan, kau berdarah" Andi harmia menyentuh sudut bibir Cakra kemudian tangannya ditepis.

"Maafkan aku jika tidak bisa menjadi anak yang baik bagi kalian"

"Kau sadar tapi tidak bisa merubah diri. Sekarang pergi dari rumah ini. Aku tidak mau melihat wajahmu lagi" ucap Andi Azis kemudian meninggalkan Cakra dan istrinya

"Jangan dengarkan Ayahmu, dia sedang marah jadi berucap seperti itu. Sekarang kamu kekamar istirahat. Soal Ayahmu ibu akan bicara dengannya"

"Ibu masih membelaku. Tidakkah ibu juga marah dengan sikap ku semalam. Seharusnya ibu juga marah agar aku tidak tambah bersalah" ucap Cakra putus asa

"Ibu tahu kamu pasti ada masalah, katakan pada Ibu ada apa" ucap Andi harmia sedih

"Tidak ada Bu. Maaf karna tidak bisa menjaga hubungan baik dengan Ayah"

Cakra naik kekamarnya, berkemas, siap untuk kembali bertugas. Hari ini juga dia akan pergi dari rumah seperti kata Ayahnya.



Bersambung...



LOVE & CHOICEWhere stories live. Discover now