Penyelamat - Takata Mashiho

3.4K 540 56
                                    

Hi Teume~~

Hari ini aku double update balik bawa Mashiho, sangat tidak menyangka untuk yang kesekian kalinya work yang aku buat secara iseng ternyata bisa dinikmati oleh banyak pembaca💖

Aku berterima kasih untuk semua dukungan kalian berupa vote, komentar bahkan saran yang membangun, bener-bener aku sayang kalian❤




.





"Kamu tidur di apart aku aja ya?"

"Nggak usah, aku gak papa kok." Kataku sambil membuka seatbelt yang sebelumnya dipakaikan Mashiho.

"Aku khawatir sama kamu." Aku membelai wajahnya yang terlihat lelah.

Wajah laki-laki di depanku ini tak pernah berubah. Entah harus kusebut apa dia, pelindung, penolong atau penyelamat.

Takata Mashiho, laki-laki yang menarikku dari insting gilaku yang mencoba bunuh diri. Sungguh hidupku tak pernah baik-baik saja.

Sejak kecil ayahku sudah masuk penjara karena penggelapan uang, setelah masa tahanannya selesai, ia tetap seperti itu.

Kini umurku 26 tahun, Ibuku meninggal karena penyakit jantungnya. Setelah tamat kuliah aku pikir aku bisa sedikit lega dan bisa bekerja untuk membahagiakan Ibuku. Tapi sayang, Tuhan lebih menyayanginya.

"Kalo orang-orang Ayah kamu nagih uang dan bersikap kasar sama kamu gimana?"

"Aku udah gede, lagian rumahku kecil, aku teriak juga tetangga pada denger kok." Aku tahu, Mashiho bukan tanpa alasan mengkhawatirkanku.

Terakhir kali penagih hutang datang ke rumahku dengan sikap acuh mereka. Entah untuk apa uang yang ayahku pinjam, hingga sampai saat ini penagih itu selalu meminta uang 61 juta cash.

Bahkan uang gajiku tak bisa menutupi semua hutang Ayahku. Kalau Mashiho akan dengan mudah memberikan uang itu, tapi sangat sulit untukku menerimanya. Dia sudah terlalu baik padaku.

"Aku turun ya, kamu hati-hati pulangnya." Aku melihat tatapannya yang sedikit sendu, seperti tak rela.

"Kalo ada apa-apa langsung telfon aku ya?"

"Iya." Aku mengagguk sambil membuka pintu mobil. Setelahnya Mashiho melajukan mobilnya dan aku masuk ke dalam rumah.

Sungguh rumah kecil ini selali kacau balau saat aku pulang. Botol minuman keras, kaleng dan putung rokok selalu menjadi hal yang tak pernah absen dari pandanganku.

"Duit!" Ayahku bangkit dan tiba-tiba mendorongku meminta uang, lagi.

"Aku gak ada uang Yah, ini buat kebutuhan makan kita sampe minggu depan." Kataku sambil merebut dompetku yang sudah lolos dari tasku.

"Kamu anak kecil tau apa! Harusnya kamu hutang budi sama Ayah! Dari kecil Ayah ngerawat kamu, beliin kamu ini-itu. Sekarang Ayah mau minta uang kamu nolak! Dasar anak durhaka!" Ayah berteriak sambil terus merogoh dompetku.

Tak banyak isi uang dalam dompetku, karena aku selalu membawa uang cash seperlunya, sisanya aku tabung di bank, karena tempat itu paling aman dari jangkauan Ayah.

"Mau sampe kapan Ayah kayak gini? Ibu pasti sedih liat Ayah kayak gini terus!"

"Ibu kamu itu udah mati! Gausah ngurusin orang yang sudah mati!" Setelah selesai mendapatkan uangku, Ayah keluar rumah sambil sempoyongan, dia mabuk.

"Ibu." Aku memanggil Ibu lirih. Sungguh aku ingin marah lada Tuhan, kenapa dia memanggil Ibuku. Tapi jika Tuhan terlalu lama membiarkan Ibuku hidup, Ayah akan terus menyiksa batin Ibuku.

Halu 1.0 || Treasure & You ✔Where stories live. Discover now