CHAPTER 3

2.7K 148 0
                                    

splash

Ara membasuh wajahnya, pagi yang cerah untuk memulai hari. Embun sejuk berhembus dan suara kicauan burung terdengar merdu, sayangnya...

"Ya ampun kantong mataku..." ucap Ara sambil menatap bayangan wajahnya di cermin.

Kejadian di depan toilet selalu terulang di otak Ara, seperti rekaman kaset yang terus berulang-ulang. Bagaimana bisa seseorang yang tidak terlalu kenal dan baru berinteraksi untuk pertama kali dengan first impression yang buruk tiba-tiba mengajak pacaran dan mencium pipi seorang gadis? Di depan toilet? Ara ingin tertawa terbahak-bahak tapi ia merasa itu bukan hal yang lucu, tapi...memalukan.

"Ugh...Bagaimana aku bisa ke sekolah? Aku tidak mau bertemu dengannya." ucapnya lagi.

Apa aku izin saja? Tiak-tidak terlalu sepele untuk izin dengan alasan memalukan itu. Tapi bagaimana nanti kalau aku bertemu dengannya? Ara menutup wajahnya, kejadian itu terlintas lagi membuat wajahnya kembali merona. Marah, kesal, dan malu bercampur aduk, pipinya sudah tidak suci lagi, pipi Ara tidak pernah dicium orang lain, selain keluarganya dan Aya. Ketenangan Ara mulai terusik dan tidak pada tempatnya.

Setelah berkelut dengan pikirannya Ara memutuskan untuk tetap pergi ke sekolah dan menghindari bertemu dengan Aarav.

Namun seperti yang kalian tahu, semakin dihindari malah kebalikannya terus bertemu. Seperti sekarang, karena Ara hampir telat karena terlalu lama berpikir, dia berpas-pasan dengan anggota osis yang berjaga mencek siswa yang tidak memakai seragam lengkap, biasanya hanya pengurus khusus bagian kesiswaan yang mencek hal tersebut tapi kenapa tiba si ketua osis ikutan berdiri di sana dan memiliki antrian panjang yang diisi oleh siswi-siswi yang ingin di cek oleh ketua osis?

"Aku akan mengawasimu," Tiba-tiba ucapan Aarav saat di ruang seni terlintas di benak Ara.

Jadi ini yang di sebut mengawasi, ha? batin Ara. Ara memicingkan matanya ke arah Aarav, dan Aarav yang tersadar membalasnya dengan senyuman lembut lalu kembali fokus kepada tugasnya.

Ara terdiam, Ada apa lagi ini? Kenapa berbeda lagi? batinnya, ekspetasinya Aarav akan membalas dengan seringaian lagi tapi kali ini hanya senyuman lembut.

Ara tak menghiraukannya dan kembali fokus untuk mencoba menghindari Aarav setelah gilirannya diperiksa.

Di kelas...

"Teman-teman! Ada kabar baik!" ucap seorang siswi dengan semangat di depan kelas, anak-anak yang penasaran dengan kabar baik apa nampak memperhatikan siswi tersebut.

"Aarav akan ke kelas kita untuk meminta sumbangan untuk Bu Rara yang akan segera lahiran! Ayo bersiap dandan yang cantik guys."

Seketika siswi-siswi di kelas XI IPA 3, bersorak kegirangan dan beberapa siswa yang sudah terbiasa hanya menghela napas. Ara yang tertidur karena terlalu mengantuk tidak tahu akan kabar tersebut. Aya yang biasanya bersamanya tidak ada karena harus ikut meminta sumbangan di kelas lain.

Aarav dan anggota osis lain akhirnya memasuki kelas XI IPA 3. Dan memulai menjelaskan tujuan mereka memasuki kelas lalu membagi anggota untuk berjalan meminta sumbangan. Aarav yang sengaja mendatangi barisan Ara mengeluarkan secarik kertas dari sakunya tanpa diketahui orang lain.

Tuk tuk

Aarav mengetuk pelan meja Ara, membuat Ara terbangun dan mendongakkan kepalanya, saat sadar siapa yang berada di hadapannya Ara segera duduk tegap dan kebingungan. Namun saat Aarav menyodorkan kotak sumbangan Ara segera paham dan menyumbangkan uangnya. Saat akan berlalu Aarav memberikan kertas yang di pegangnya tadi kepada Ara.

Ara menerimanya dengan kebingungan. Setelah Aarav dan anggota osis lain pamit, Ara membaca surat yang di beri Aarav.

Istirahat kedua, Ruang Seni.

INARA AND THEM(END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora