CHAPTER 48

1.1K 103 15
                                    

Besoknya...

Enzi datang pagi hari ini, karena mulai pagi OSIS akan sibuk untuk mengatur ruang outdoor dan indoor perpisahan sekaligus pembagian rapot, lalu siang hari mereka akan melakukan gladi tugas lapangan masing-masing agar siap saat hari H acara.

Lorong masih sepi, saat dia membuka pintu kelasnya dia segera menutup kembali. Alasannya dia mendapati Aarav sedang duduk sambil membaca sesuatu.

Merasa payah kalau harus menghindar, akhirnya dia tetap masuk kelas lalu menyapa Aarav dengan canggung.

"Pagi," sapanya sambil duduk di kursinya yang bersebelahan dengan Aarav.

Aarav yang sebenarnya sudah menyadari kehadiran Enzi, juga saat sahabatnya itu hampir tidak jadi memasuki kelas. Aarav sempat mengira Enzi akan menjauhinya.

"Pagi," jawabnya berusaha agar terlihat seperti biasanya.

Hening...

Enzi hanya duduk diam, biasanya dia akan menceritakan banyak hal kepada Aarav, tapi Aarav yakin Enzi masih harus mencerna kejadian kemarin, oleh karenanya dia hanya memaklumi dan memilih fokus dengan kertas laporan di tangannya.

Tidak lama anak-anak kelas IPS 1 mulai berdatangan, baik Enzi maupun Aarav bersyukur kecanggungan mereka jadi mereda karena kedatangan teman sekelas.
.
.
.
Waktu berlalu, seharian ini Aarav dan Enzi benar-benar berbeda dari biasanya, interaksi mereka sangat terlihat jelas seperti ada batas. Untungnya mereka disibukkan dengan tugas masing-masing selama menyiapkan acara sebelum hari H besok.

Sekarang sudah hampir jam 1 siang, jam untuk makan siang hampir terlewat.

Ara mencari Aarav sejak tadi, kekasihnya itu sangat sibuk, pasti tidak sempat memikirkan untuk makan, oleh karenanya dia akan mengajaknya makan, sesuai niat ibunya kemarin, dia membawa bekal dari rumah.

"Ara!"

Suara yang sangat Ara kenal menginterupsinya, "Aya!" Ara segera berlari kecil mendekati sahabatnya, "Aya, apa kamu melihat Aarav?"

"Dia tadi ke kantor guru, katanya ada yang mau di serahkan. Hm? Apa itu?" Aya bertanya sambil menunjuk bekal yang terbungkus tote bag.

"Bekal, aku mau makan siang dengannya."

"Hm...bekal? Enak banget Aarav, apa seharusnya aku juga ngasih Enzi bekal?"   tanya Aya pada dirinya sendiri, "Ah! Omong-omong soal Enzi dan Aarav, Ra! Kamu tahu tidak? Mereka benar-benar seperti orang yang baru kenal! Selama melakukan persiapan tadi, mereka bicara seadanya, gak ada saling bercanda juga, terlebih Enzi lebih pendiam! Aku tidak habis pikir dengan Enzi! Dia seperti membatasi interaksi dengan Aarav!"

Ara menjadi khawatir sekarang, dia hanya berpikir apakah selama di sana Aarav baik-baik saja?

"Bagaimana dengan keadaan Aarav?" tanya Ara.

"Hm...Dia terlihat baik-baik saja, walau dia agak lebih gimana, ya? Auranya sangat tenang, bahkan saat Lauren melakukan kesalahan, Aarav hanya tersenyum lalu kembali mengarahkannta, padahal Aarav biasanya yang perfectionist itu akan menegur dengan sedikit sarkas lalu menjadi ramah kembali. Apa itu salah satu kembarannya yang lain?" tanya Aya memelankan suaranya.

Ara berpikir sebentar, "Mungkin itu Aciel," benar, siapa lagi yang memiliki kepribadian yang tenang selain Aciel? Mungkin ini pertama kali Aciel membantu urusan sekolah semenjak dia keluar, jadi Aya dan yang lain baru bertemu kembaran yang satu itu.

"Oh? Mereka punya nama?"

"Iya, nanti akan ku jelaskan, sekarang aku harus bertemu Aarav."

"Oke. Eh Ara!" Aya kembali memanggil Ara yang hendak berlalu. Ara kembali berbalik, "Hm?"

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now