SPECIAL CHAPTER, The Last

1.5K 112 16
                                    

"Huwaaa, selamat atas pernikahannya, Ara..." Aya kembali menangis sambil memeluk Ara.

Ara hanya tertawa, karena sejak mengetahui Ara yang telah dilamar Aarav dan akhirnya menikah, dia terlihat lebih parah menangisinya dibanding mamanya sendiri.

Pernikahan megah.

Memang tidak sesuai ekspektasi Ara yang dulu berpikir akan menikah dengan sederhana. Tapi, pernikahan di taman indah adalah impiannya dan orang yang dicintainyalah yang merealisasikan mimpinya itu.

 Tapi, pernikahan di taman indah adalah impiannya dan orang yang dicintainyalah yang merealisasikan mimpinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan gaun putih tulang yang membalut tubuh idealnya dan tiara di kepalanya. Membuat siapapun yang melihat akan terpesona dengan kecantikan dan keanggunannya.

 Membuat siapapun yang melihat akan terpesona dengan kecantikan dan keanggunannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu baik-baik saja?"

Suara lembut itu membuyarkan lamunan Ara, dia manatap Aarav yang berada di sampingnya sekarang.

"Masih gugup?" tanya Aarav lagi lalu menggenggam tangan Ara.

Ara tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Terima kasih."

Ara tidak henti mendengar kata terima kasih dari suaminya ini, membuat Ara mengetahui kalau mereka sangat bersyukur bisa berada ditahap sekarang.

"Tarima kasih kembali," ucap Ara sambil tersenyum lalu menutup mata membiarkan Aarav menciumnya, seakan melupakan kalau semua orang memperhatikan mereka.

"Hey, bro. Sabar sedikit, kalian masih di tengah acara," celetuk Enzi.

Membuat Ara malu dan Aarav hanya tersenyum serta undangan yang tergelak.

Ara terdiam, dia kembali gugup. Benar, selain gugup karena tekanan pesta pernikahan yang megah, dia tidak henti memikirkan honeymoon mereka sejak kemarin-kemarin. Wajahnya memerah.

"Apa yang kamu pikirkan, hm?" bisikan itu membuat Ara mengangkat kepalanya menatap wajah yang menampilkan seringai menggoda itu.

"Elios..." gumamnya.

.

.

.

"Wah! Indahnya..."

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang