CHAPTER 47

1.1K 90 8
                                    

Nathan terbangun karena merasa sesak, saat menyadari ternyata ada seseorang yang memeluknya sangat erat sambil tertidur. Siapa lagi kalau bukan Ara.

Nathan menatap Ara yang tertidur. Dia jadi mengingat waktu lalu dia juga pernah terbangun dengan Ara di sampingnya. Bedanya, kalau dulu Nathan terbangun dengan kesal karena masih belum menyukai Ara, sekarang setelah menyukai gadis ini, Nathan sepertinya akan betah berlama-lama mengagumi wajah tidur sang kekasih.

Wajah kecil oval, bulu mata panjang nan lentik, alis yang tidak terlalu tebal tapi rapi, hidungnya tidak terlalu mancung, tapi bagaimana mengatakannya? Hidung itu sangat pas untuk wajah Ara, serta bibir tipis berwarna peach yang membuatnya candu. Nathan menggelengkan kepalanya, dia teringat sudah berjanji untuk tidak melakukan apa-apa.

Tunggu, tapi yang berjanji Aciel, bukan aku, batin Nathan. Nathan menyeringai, lalu tanpa ba bi bu lagi, Nathan mengecup singkat bibir Ara, membuat sang empu bibir terusik dan sepertinya akan terbangun.

Ah...aku ingin menciumnya lagi, batin Nathan lagi. Namun, Ara sepertinya terbangun, membuat Nathan segera menutup matanya lagi, pura-pura tidur.

"Hm?" Ara mulai tersadar, dia melepaskan pelukannya pada Nathan, menatap Nathan yang masih pura-pura tidur. "Jam berapa?" gumam Ara, sambil menatap jam di dinding kamar Nathan.

"Jam 5 lewat, berarti sekitar 2 jam tidur," gumamnya lagi, lalu menatap Nathan lagi, wajahnya memerah malu, lalu diiringi senyum, dia merasa lega Nathan sudah baik-baik saja, karena sepertinya tertidur pulas. Ara menyampingkan rambut Nathan yang menutup matanya.

"Gantengnya..." tanpa sadar Ara berucap demikian.

"Benarkah?"

Ara terkesiap, lalu hendak bangkit namun di tahan Nathan, membuat Ara kembali berbaring. Ara bertanya-tanya siapa yang mengambil alih sekarang. Karena untuk kesekian kalinya Ara mengingatkan, saat Aarav bangun tidur adalah hal yang sangat sulit untuk mengetahui siapa yang mengambil alih. Melihat tingkahnya sekarang Ara hanya memiliki dua tebakan, Elios atau Nathan.

"Kenapa diam?" Nathan bertanya karena Ara tidak merespon tindakannya, misalnya menonjoknya.

"Nathan?" Ara mulai yakin, sekarang yang ada di sampingnya adalah Nathan.

"Hm?"

Ara Benar.

"Uh...Sekarang sudah jam 5 lewat, aku harus pulang, ibuku pasti khawatir," ucapnya sambil berusaha bangkit berharap Nathan tidak menariknya lagi. Nathan ikut bangkit, lalu berucap, "Aku akan mengantarmu."

"Tidak perlu, kamu harus istirahat lagi."

"Tidak ada penolakan."

Ara hanya menghembuskan napas, Nathan memang sulit dilawan. "Tunggu, aku ke kamar mandi dulu," ucap Nathan sambil berlalu pergi.

Ara mengangguk lalu merapikan kasur, mengangkat nampan berisi gelas kosong dan piring bekas roti lalu membawanya ke wastafel untuk dicuci.

Ara membilas tangannya yang telah selesai mencuci piring, namun tiba-tiba terkesiap ketika mendapatkan kecupan singkat di pipinya.

"Ayo," ajak Nathan sambil berjalan ke arah pintu apartemen. Membuat Ara yang sempat terdiam karena malu, segera berjalan mengikuti Nathan sesudah mengambil tasnya di sofa.

.

.

.

Di mobil...

"Kamu, besok sekolah, kan?" tanya Ara.

"Hm."

"Apa yang akan kamu lakukan nanti?"

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now