CHAPTER 55

1K 89 19
                                    

"Kamu berhenti berhubungan dengannya," ucap Rezan Ivander, ayah Elios.

Elios hanya terdiam, dadanya sakit. Dia tahu, sangat tahu. Ayah dan bundanya tidak akan pernah menerima seorangpun yang dekat dengannya selama mereka menganggap kondisinya masih seperti ini, kalian tahu, kan? Kepribadian ganda. Berapa kali pun Elios dan kembaran lainnya menjelaskan, orang tuanya tidak akan memahaminya, alasan dia tidak akan pernah dijodohkan adalah ketika hal itu terjadi, perempuan yang dijodohkan dengannya akan mengetahui kondisinya kemudian menjadikannya sebagai kelemahannya dan mengancamnya untuk kepentingan pribadi mereka, oleh karenanya orang tuanya tidak akan melakukan apapun sebelum Elios benar-benar sembuh. Namun apalah daya, semakin orang tuanya menekan, Elios hanya akan semakin kesulitan mengontrol emosinya.

"Kalau kamu tidak menurut, kamu akan tahu akibatnya, kan?"

Brak!

"Sialan..." gumamnya dengan penuh penekanan, "Ayah selalu merusak kebahagiaanku."

"Ketika bundamu tahu kelakuanmu sekarang, dia akan mengurungmu."

"Tidak mau," ucapnya dengan menatap tajam ayahnya yang hanya menatapnya datar.

"Pelayan!" Rezan memanggil pelayan.

"AKU BILANG TIDAK MAU!"

PLAK!

Elios terduduk, memegang pipinya yang ditampar kencang sampai membuat telinganya berdengung.

Rezan yang berdiri ketika melayangkan tamparan itu sempat menampilkan wajah terkejut, namun egonya lebih tinggi dari rasa kasihan kepada anaknya sekarang.

"Berani sekali! Kapan kamu akan dewasa?! Selalu berlaku seperti ini memangnya akan membuat orang tuamu bangga, hah?!"

"..."

Telepon Rezan berbunyi, membuatnya kesal karena berbunyi di waktu yang tidak tepat, walaupub begitu dia tetap mengangkatnya.

"Apa?"

Ada seorang gadis yang tidak di
kenal ingin bertemu dengan tuan muda Aarav.

Elios yang sejak tadi terdiam ketika mendengar jawaban dari telepon itu terkejut. Sedangkan, Rezan tersenyum sambil menatap Elios yang kini menatapnya tajam.

"Biarkan masuk dan suruh menunggu di ruang tamu khusus."

Baik, tuan.

"Sepertinya ayah tidak perlu susah payah untuk menemuinya, dia datang dengan sendirinya. Untuk apa? Tentunya untuk memeras keluarga kita."

"Ara tidak akan begitu."

"Kita lihat saja. Sekarang pergi ke ruanganmu."

"Tidak mau, biarkan aku menemuinya."

"Sekarang."

Pelayan yang sebenarnya sudah berada di dalam ruangan akibat panggilan beberapa waktu lalu, segera meringkus Elios yang memberontak di bawa ke kamarnya.

"Lepaskan! Sialan!"

4 bodyguard berbadan besar dan dilatih ketat untuk menjaga ayahnya tidak akan mampu Elios lawan seorang diri walaupun dia belajar bela diri. Akhirnya dia di bawa paksa.

.

.

.

Ara yang sebenarnya sangat gugup dengan jantung yang berdegup kencang berusaha tenang ketika untuk pertama kalinya dia berhadapan dengan ayah Aarav.

Dulu, dia berkhayal akan di kenalkan orang yang dia cintai kepada orang tuanya dengan sambutan dan percakapan hangat, itu adalah khayalan yang normal. Namun, kekasihnya bukanlah seseorang yang normal, maka khayalannya hanya akan menjadi khayalan. Walaupun begitu, dia tidak pernah membayangkan akan semengerikan ini. Namun, dia harus segera menemui Aarav dan menjelaskan keadaan sekarang yang mana dia takut kondisi Aarav akan menurun tatkala tahu kalau tiba-tiba ibunya tidak menyetujui hubungan mereka, dia sudah beberapa kali menelpon tapi tidak di angkat, hal itu membuatnya semakin khawatir, akhirnya dia memutuskan langsung menemui Aarav yang kata tantenya sedang pergi menemui ayahnya, Ara bertanya kepada Enzi alamat rumah Aarav dan di sinilah dia sekarang. Duduk berhadapan dengan Rezan Ivander.

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang