CHAPTER 21

1.7K 103 3
                                    

"Kurasa kalian ini terlalu berlebihan," ucap Ara yang merasa malu saat melihat Aya dan Enzi yang berada di kedua sisinya dengan kacamata hitam bertingkah seperti mereka adalah seorang bodyguard.

Sepanjang hari ini di sekolah.

"Apanya yang berlebihan?" tanya Aya sambil mengawasi sekitar dan menatap tajam dengan menurunkan kacamata hitamnya ke arah siswa maupun siswi yang memperhatikan mereka.

"Yang kamu dan Enzi lakukan sekarang," ucap Ara lagi masih menahan malu, "Yang kalian lakukan malah membuatku semakin menjadi pusat perhatian."

"Gue setia kawan," ucap Enzi, "Dan Aarav meminta gue menjaga lo selama dia libur sekolah hari ini," ucap Enzi sambil melakukan hal yang sama dengan Aya.

"Hah..." Ara menghela napas. Iya, Aarav memang izin dari sekolah hari ini, karena proyek yang sedang dia lakukan. Sepertinya semua orang tahu kalau Aarav selalu mendapatkan beberapa proyek yang ayahnya berikan, walau Aarav menolak untuk muncul di tv, namun beberapa sosial media memberitakan kegeniusan Aarav di bidang perbisnisan di usia mudanya. Tentu saja semua itu karena Aarav adalah satu-satunya penerus perusahaan terkemuka di negeri mereka.

"Bisakah kita hanya berjalan bersama dengan biasa saja?" pinta Ara sambil menghentikan langkahnya.

Membuat Aya dan Enzi juga ikut berhenti, lalu melepas kacamata mereka dan membuangnya entah ke mana, membuat Ara geleng-geleng kepala, sultan memang beda.

"Kalau begitu, ayo ke kantin!" ucap Aya sambil menggandeng Ara dan Enzi.

Sesampainya di kantin, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka terlebih lagi kepada Ara, kebanyakan dari mereka penasaran, seperti apa cewek yang Aarav pacari, karena semenjak kedatangan Aarav ke sekolah mereka saat semester 2 kelas X waktu itu, banyak yang penasaran dan terpesona dengan sosok Aarav tersebut. Selain pintar dan tampan juga berduit dan dari keluarga yang terpandang, Aarav yang mereka kenal juga merupakan sosok yang supel, ramah, bijaksana.

Ara dan Aya duduk di kursi kantin selagi Enzi memesan menu pilihan mereka.

"Entah kenapa banyak sekali yang menatapku," ucap Ara.

"Jelas, dong! Ara pacar Aarav, yang notabenenya, ketua OSIS yang menjadi incaran banyak kakel dan adkel. Yang tidak pernah terlihat dekat dengan siapa pun, karena walaupun Aarav supel pada siapa pun, namun dia tidak berniat dekat dengan cewek mana pun kecuali dengan Ara yang bahkan tidak terlihat pernah dekat tapi malah jadian," ucap Aya panjang lebar dalam satu kali tarikan napas, "How?" lanjutnya, "How Ara? Kamu pakai pelet, ya?"

Ara rasanya mau menampar mulut Aya, "Pelet apanya?" gumam Ara sedikit kesal.

"Aku saja yang sahabat kamu baru tahu kalian dekat, dan tidak lama setelah aku tahu kalian dekat malah jadian, katakan Ara apa yang terjadi dengan kalian berdua," tuntut Aya.

Ara terdiam, dia hanya memikirkan pertemuan mereka yang singkat namun terasa banyak hal yang tidak terduga, sehingga mereka berakhir seperti ini, bahkan pertemuan dan cara mereka berkenalan bukanlah hal yang biasa menurutnya.

"Ara?" panggil Aya, membuat Ara tersadar dari lamunannya.

"Ya, itu... Rahasia."

Ekspresi Aya berubah menjadi datar, "Yaudah gak papa, asal nanti Ara bahagia bersama Aarav, Aya akan dukung terus, hihi."

Ara tersenyum.

"Ini dia minuman dan makanan Anda nona-nona cantik," ucap Enzi setiba di meja mereka.

"Terima kasih, Enzi."

"Thank you, sayang... Lho? Kok cuma 1 mie ayamnya?" tanya Aya.

"Semangkok berdua, biar romantis," ucap Enzi sambil duduk.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now