CHAPTER 36

1.4K 94 0
                                    

Saat ini Aarav, alias Aciel yang telah mengambil alih sedang bersama Raka di ruang tamu sambil menonton tv, sedangkan Mama Ara dan Ara sedang mencuci piring.

"Jadi, alasan Kak Aarav mau dengan kakakku kenapa?" tanya Raka blak-blakan menanyakannya pada Aciel.

Aciel menatap Raka, lalu tersenyum, membuat Raka sedikit bingung namun juga mengagumi ketampanan pacar Ara, namun bukan berarti dia menyukai laki-laki, ya. Dia jarang bertemu laki-laki yang setampan pacar Ara ini.

"Tidak ada alasan, aku mencintainya apa adanya."

Raka mendengus, "Mana mungkin, Kak Ara selalu di dekati cowok pandang fisik. Bagaimana bisa Kakak tidak?"

"Senang mendengarmu mengkhawatirkan kakakmu seperti itu, itu artinya tidak hanya aku yang menjaganya, bagaimana kalau kita bekerja sama menjaga Ara dari buaya-buaya itu?"

"Uuu.." Raka jadi terkagum dengan sahutan Aciel, "Bagaimana bisa aku percaya dengan omongan itu? Kak Aarav pernah melakukan apa saja dengan Kak Ara? Jujur!" tanya Raka lugas. Dia bahkan tidak terkesan malu menanyakan hal itu pada Aciel.

"menciumnya, tentu saja," jawab Aciel lebih lugas lagi, sepertinya kalian lupa Aarav sedang diambil alih oleh Aciel yang suka berkata apa adanya dengan wajah yang tenang.

Raka membelalakkan matanya, "Kak Ara mau saja?!"

"Dia tidak akan bisa menolak pesonaku, hm," ucap Aciel sambil bersedekap dan mengangguk-anggukkan kepalanya bangga.

Raka terdiam sebentar, kemudian menatap dapur yang tidak ada tanda-tanda seseorang akan keluar, masih terdengar suara air mengalir di wastafel.

"Terus bagaimana rasanya?" tanya Raka dengan berbisik sambil mendekatkan badanya ke arah Aciel agar percakapan mereka tidak terdengar oleh Mamanya maupun Ara.

Aciel menatap Raka, "Hei, dia kakakmu, kamu tidak boleh melakukannya dengannya."

Raka memutar bola matanya, "Bukan itu! Ya mana mungkin aku melakukannya dengan kakak sendiri."

"Terus? Kamu ingin tahu rasa berciuman?" tanya Aciel benar-benar sangat blak-blakan, membuat Raka menjadi salting, wajah bahkan sampai telinganya memerah.

"Kamu masih 15 tahun, jangan melakukannya," pesan Aciel sambil mengacak-acak rambut Raka. Raka yang gengsian menepis tangan Aciel di kepalanya, "Bukan itu! Aku juga gak di izinkan mama melakukan hal macam-macam sebelum 18 tahun!"

"He..." Aciel menampilkan seringainya menggoda Raka, "Benar-benar anak yang penurut."

"Tentu saja!" ucap Raka dengan bangga melakukan aksi yang sama dengan Aciel saat merasa bangga tadi.

"Tentu saja apa?" tanya Mama Ara yang tiba-tiba muncul sambil membawakan 3 gelas susu cokelat hangat dan kue kering, serta beberapa permen.

Aciel tersenyum melihat Raka yang berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Sepertinya kalian mulai akrab?" tanya Ara sambil ikut duduk di sofa di samping Aciel.

"Mana ada!" elak Raka, Aciel hanya tersenyum melihat aksi Raka.

"Aarav ini di minum dulu, cuaca akhir-akhir ini agak dingin, sebelum pulang lebih baik menghangatkan badan dulu," tawar mama Ara.

"Terima kasih tante, sepertinya hari ini saya banyak mengisi perut, hehe."

"Tante senang kalau tamu kenyang," ucap Mama Ara, namun tiba-tiba telepon di dalam kamarnya berbunyi, "Ah, maafkan tante, ya. Angkat telepon dulu, kalian baik-baik ya."

Aciel mengangguk, sedangkan Raka setelah meminum susu cokelatnya, kemudian duduk di karpet mengambil permen favorite ayahnya yang ada di meja dalam sebuah toples transparan, permen itu memiliki berbagai macam rasa, jika kamu beruntung kamu akan mendapatkan rasa yang benar-benar manis, namun jika tidak beruntung rasa yang sangat asam sampai membuat wajahmu berkerut akan kamu rasakan, karena bungkus permen yang benar-benar sama, dan warna permen yang sama membuatnya tidak bisa dibedakan kecuali sudah memakan permen itu.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now