CHAPTER 38

1.2K 88 0
                                    

Ara bukanlah seseorang yang lekas marah, bahkan dia biasanya bisa dengan mudah mengontrol emosinya, karena Ara tahu, saat marah seseorang tidak bisa berpikir secara logis lagi, terlebih lagi amarah yang tertimbun lama dan akhirnya meledak akan sangat berbahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang akan terkena imbasnya, itu adalah mindset yang di tanamkan tantenya yang notabenenya seorang psikolog.

Namun, bukan berarti Ara tidak pernah marah sekalipun, Ara juga masih seorang manusia, yang mana amarah adalah salah satu emosi yang dimiliki manusia. Perlukah diingatkan, ketika Ara merasa marah saat Nathan menyakitinya dengan tuduhannya yang tidak benar saat di mobil waktu lalu? Itu merupakan versi marah Ara dengan verbal. Namun untuk satu hal ini...

Byur!

"Haaa?!"

Ara menyiram Nayra dengan air minumnya, wajahnya memerah karena menahan amarah, suasana kantin yang sudah tegang sejak tadi menjadi tambah mencekam.

Aya yang berdiri di samping Ara tercengang begitu pula dengan Enzi yang berdiri di belakang Ara, serta Elios yang dengan santainya duduk di bangku kantin sambil bersedekap bersiul pelan kemudian menyeringai dan berucap, "That's my girl."

"Nay, kamu hampir melewati batas," ucap Ara dengan penekanan di setiap kata yang dikeluarkannya.

Jika kalian bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Mari kita kembali ke waktu 5 hari yang lalu...

Flashback

5 hari sebelum kejadian...

"Pagi.."

Ara terkesiap saat seseorang menyapanya sambil mengusap kepalanya, setelah mengetahui siapa yang melakukan aksi tersebut Ara balas tersenyum dan menyapa balik.

"Pagi Aarav."

Aarav melebarkan senyumnya, kemudian berjalan bersisian dengan Ara menuju kelas.

"Aarav?" panggil Ara.

"Hm?" Aarav menyahut sambil menolehkan wajahnya ke arah Ara.

"Kelasmu ada di lantai 3, kenapa mengikutiku di lorong kelasku di lantai 2?" tanya Ara.

"Aku ingin mengantar Ara," jawab Aarav dengan senyumnya yang berkilauan, bolehkan Ara memakai kacamata hitam? Terlalu silau...(Bercanda)

Ara memalingkan wajahnya ke sisi berlawanan dengan Aarav, merasa malu, entah kenapa Aarav terlihat bahagia sekali hari ini. Ara mengerlingkan matanya melihat Aarav yang berjalan dengan senyumnya yang masih terpampang di wajah tampannya, Ara menyipitkan matanya merasa gemas, dia terlihat seperti anjing lucu sambil berjalan dengan ekor dan telinganya yang bergerak-gerak.

Tidakkah sekarang dia sadar, dia terlihat mirip Arvin? Batin Ara.

"Sudah sampai," Aarav berhenti, membuat Ara ikut berhenti juga dan segera mengenyahkan pemikirannya tadi.

"Oke," Ara segera memasuki kelasnya, namun di tahan Aarav dengan menarik tangan Ara.

"Eh?"

"Istirahat pertama," ucap Aarav, dia terdiam sebentar, sebenarnya dia tahu sejak tadi teman sekelas Ara yang sudah datang lebih dulu memperhatikan mereka.

"Aarav?" tanya Ara yang penasaran dengan ucapan Aarav yang gantung.

Ugh, aku mau memeluk Ara, batin Aarav. Namun, Aarav harus menahannya, mereka di sekolah dan sedang ada beberapa pasang mata yang memperhatikan, sebagai gantinya Aarav mendekatkan wajahnya ke samping wajah Ara dan membisikkan sesuatu.

"Istirahat pertama ayo study date di perpustakaan."

Ara terdiam lalu wajahnya mulai memerah, saat dia akan menyahut, tiba-tiba Ara di tarik oleh seseorang.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now