CHAPTER 33

1.3K 100 3
                                    

"Kita lihat saja dulu. Dengar Aya, aku tidak mau ada kesalahpahaman nantinya, jangan gegabah dengan bertindak lebih dahulu," jelas Ara, walaupun sebenarnya dia semakin overthinking, namun dia masih harus sabar.

Aarav...Apa yang kamu lakukan? Batin Ara sambil menatap sendu ke arah Aarav dan perempuan yang bersamanya.

Di sisi lain...

Saat ini Nathan sedang melihat-lihat parfum di depannya, kemudian lengannya di sentuh pelan, dia menoleh dan mendapati seorang gadis yang bersamanya sejak tadi.

"Aarav, bagaimana dengan parfum yang ini?" tanya gadis itu.

"Hm, baunya enak."

"Kalau begitu aku mau beli yang ini saja," ucap gadis itu lagi kemudian berjalan ke kasir.

Nathan melihat sebuah parfum yang bertuliskan wangi vanilla, dia mencium testimoni parfum itu, tiba-tiba saja dia tersenyum tipis, sekarang dia tengah membayangkan sedang memeluk Ara dan menghirup wangi tubuh gadis itu.

Hah...Nathan jadi merindukan gadisnya. Benar-benar mirip baunya, batin Nathan.

Kemudian Nathan melamun, dia belum mengabari gadis itu sampai detik ini, dia tidak tahu mau mengatakan apa, dilihatnya gadis yang bersamanya sudah kembali dengan kantong belanja sambil tersenyum ke arahnya.

Karena gadis ini datang, setelah pergi sekian lama.

.

.

.

Beginilah akhirnya sekarang, Aya dan Ara (dengan paksaan Aya) mengikuti Nathan dengan gadis itu, dengan lihai Aya memandu Ara agar bisa mengintai dengan profesional.

Pertama, setelah dari toko parfum, kedua orang itu pergi untuk makan malam, Aya dan Ara juga ikut makan malam namun dengan jarak yang cukup jauh dan tertutup. Setelah beberapa menit makan, Ara hampir tersedak dan Aya menunjukkan wajah tidak percaya serta ingin segera mendatangi meja Nathan, namun lagi-lagi ditahan Ara, di sana si gadis menyuapi Nathan dan Nathan walau awalnya terlihat enggan ternyata menerima saja suapan tersebut. Ara menjadi tidak selera makan, wajahnya sedikit cemberut.

Kedua, ini adalah hal yang paling mengejutkan, gadis itu menerima boneka pemberian Nathan yang di dapat dari mesin pencapit boneka, kemudian gadis itu mengecup pipi Nathan. Walaupun Nathan menunjukkan ekspresi tidak senang namun dia tidak marah atau berkata apa pun, dan gadis itu hanya terkekeh pelan mendapat reaksi Nathan yang seperti itu.

Aya seketika menatap Ara, dan benar saja wajah gadis itu menjadi murung dan mulai menundukkan kepalanya. Ara tidak tahu harus apa sekarang, pengalamannya tentang pacaran benar-benar kurang, dia memang pernah membaca buku romantis, tetapi ternyata tidak sesuai realitanya.

"Aya, kita pulang saja," Ara menaikkan kepalanya, namun dia tidak mendapati Aya di sisinya, dengan cepat dia mencari sosok sahabatnya, matanya membulat ketika dia menemukan kalau Aya tengah berjalan dengan amarah menuju Nathan berada, Ara segera berlari mengejar, dia berhasil menangkap Aya, namun sayang, Nathan sudah melihat mereka.

"Ara?" tanya Nathan bingung.

Ara terdiam, tidak tahu harus berkata apa, dia masih harus menenangkan Aya yang sepertinya siap untuk menampar Nathan, bisa gawat karena saat ini mereka sedang di tempat umum, Ara tidak mau ada berita 'pengusaha muda di gampar oleh sahabat pacarnya karena selingkuh' bukankah itu sangat tidak lucu?

"Aya tenang," Ara berusaha menenangkan dirinya, setelah Ara menatap Aya dengan penuh keyakinan, akhirnya Aya pasrah, namun dia segera bersedekap dan kakinya mengetuk-ngetuk lantai.

"Lo perlu menjelaskan sesuatu dengan Ara," ucap Aya sambil mengerlingkan matanya ke arah gadis di samping Aarav yang hanya diam dengan senyum tipis di bibirnya.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now