CHAPTER 35

1.4K 105 3
                                    

Menjadi serba bisa membuatmu selalu bisa mengatasi segala hal dengan mandiri, semuanya bisa kamu lakukan sendiri, kamu hebat dalam segala hal dan membuat semua orang iri dengan hal itu dan membuat mereka ingin menjadi sepertimu. Namun, mereka hanya melihat kehebatan itu, mereka tidak tahu betapa sulitnya untuk melakukan semuanya sendirian, mengatakan "Aku bisa sendiri." Namun dalam hati berkata, "Tolong bantu aku."

Itulah yang selalu Aarav rasakan, title 'sempurna' di mata orang melekat pada dirinya, namun sekali lagi mereka tidak pernah melihat Aarav dalam kondisi terpuruk, seandainya mereka tahu, mungkin mereka akan lebih mensyukuri kehidupan mereka.

Tapi lihatlah.

Hanya dengan Ara lah Aarav akan menunjukkan sisi terlemahnya, tangisannya, badannya yang bergetar memerlukan belaian lembut untuk menenangkannya, butuh support, dan di dengar. Jujur saja Aarav awalnya merasa malu saat dulu pertama kali menangis di hadapan Ara, namun sekarang dia akan menyukai kebiasaannya ini.

Bukankah itu tandanya dia mulai menerima dirinya sendiri?

"Aarav?" Ara hendak melepaskan pelukannya.

"Tunggu sebentar, jangan di lepas dulu," Aarav mengusap wajah basahnya karena air mata, iya dia malu.

"Hehehe," Ara terkekeh saat merasakan Aarav melakukan hal tersebut. Tidak lama Aarav melepaskan pelukan mereka, dia segera merapikan duduknya sedangkan kepalanya dia toleh kan ke jendela mobil

"Tenang, tetap ganteng, kok," goda Ara.

"Hah...Jangan berkata seperti itu," ucap Aarav tambah malu, dia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya, telinganya kelihatan memerah.

"Ahahaha, iya, iya. Aku senang kamu mau terbuka denganku, lain kali jangan sungkan mau bercerita denganku, aku akan mendengarkan," ucap Ara sambil tersenyum, Aarav mengerling menatap Ara, dia hampir tidak bisa menahan senyumnya yang mengembang.

"Ekhem, oke kita lanjut pulang, sudah hampir jam 8 lewat," ucap Aarav, kemudian menyalakan mesin mobil dan mulai melaju.

.

.

.

Aarav turun lebih dulu, kemudian membukakan pintu mobil untuk Ara. See? Aarav sosok yang benar-benar gentleman. Ara hanya tersenyum menanggapi aksi Aarav.

"Ara?" sebuah suara yang familiar di telinga Ara membuatnya segera menoleh.

"Mama?" tanya Ara.

"Bukannya kamu bilang ingin menginap di rumah Aya?" tanya mamanya.

Ara menampilkan wajah sedikit terkejut, astaga lupa. Benar, rencananya, kan mau menginap di rumah Aya, aku bahkan belum mengabari Aya apa pun seperti yang dia minta tadi, Batin Ara.

"Ini.." Mama Ara menoleh pada Aarav yang tengah tersenyum.

"Selamat malam, tante. Saya Aarav, pacar Ara," dengan senyum ramah, Aarav mengenalkan dirinya pada Mama Ara.

"Ah! Pacar Ara, ya ampun, nak. Mama gak tahu kalau ternyata pacar Ara setampan ini!"

Aarav hanya tersenyum, dia senang karena ibu Ara seramah ini.

"Bagaimana kalau kita makan malam bareng saja sekarang? Tante baru saja beli seafood tadi, adik kamu katanya mau seafood Bang Cecep," ucap mamanya, Seafood bang Cecep yang sangat di sukai keluarga mereka memang dekat dengan rumahnya sehingga mamanya lebih sering berjalan untuk membelinya, katanya mau sambil cari angin.

"Bagaimana Aarav kamu mau?" tawar Ara. Aarav mau menjawab namun dipotong mama Ara.

"Gak perlu ditawari lagilah Ara, ayo langsung masuk ke rumah!" ucap mama Ara sambil membuka pagar rumah kemudian berjalan masuk.

INARA AND THEM(END)Onde histórias criam vida. Descubra agora