CHAPTER 18

1.6K 119 8
                                    

Ara melamun di perpustakaan, buku yang sejak tadi dia buka tidak terbaca sedikit pun. Pikirannya berada di tempat lain, yaitu terus-terusan memikirkan kejadian kemarin dan kejadian pagi tadi.

Flashback

Ara tidak melihat ada Aarav di gerbang sekolah untuk melakukan pemeriksaan pakaian, ya memang tidak setiap hari Aarav yang melakukannya karena memang ada pergantian gilirannya. Oleh sebab itu, saat menaiki tangga, dia berpas-pasan dengan Aarav, Ara hendak menyapa tangannya sudah terangkat, namun dia tidak tahu siapa yang mengambil alih karena Aarav hanya melewatinya begitu saja, tanpa berniat menyapa ataupun, ya Ara berharap Aarav mau meluruskan kejadian kemarin.

Meninggalkan Ara yang terdiam di tempat kebingungan, "Apa aku salah? Karena tidak menjawab pertanyaannya kemarin?" gumam Ara.

Ara berbalik melihat punggung Aarav yang semakin menjauh, diperhatikannya tangan kanannya sudah tidak dibalut perban lagi. Namun, dia yakin kalau Aarav belum sembuh.

Flashback off

Dan Ara yakin Aarav menghindarinya seharian ini, kenapa Ara merasa begitu? Sesuai pengalamannya, semakin dia menghindar semakin mereka akan sering bertemu. Namun, bukannya sedih karena sikap Aarav yang seperti itu, lebih tepatnya Ara menjadi marah.

Flashback

Saat jam pertama, OSIS meminta sumbangan ke kelas-kelas karena ada salah satu orang tua siswa yang meninggal, Ara melihat Aarav, Aya, dan Enzi memasuki kelas mereka. Dan Ara mendapati Aya yang mengacungkan jempol ke arahnya, sepertinya Aya lah yang merencanakan agar Aarav memasuki kelas Ara.

Saat Aarav menyodorkan kotak dengan membuang muka, namun terlihat canggung dan sedikit merasa bersalah, sepertinya dia Elios. Ara menatap intens Elios, lalu menyerahkan uang. Dengan cepat Elios berlalu tanpa sepatah kata pun.

Kemudian saat jam istirahat pertama, Ara sedang meminum susu kotak sambil berjalan menuju kelasnya sehabis dari kantin. Namun, di kejauhan dia melihat Aarav yang berjalan semakin dekat namun tidak terlalu memperhatikan karena hanya membaca sesuatu di kertas yang ada di genggaman tangannya. Tak lama dia mengangkat kepalanya menatap jalan dan terkesiap saat melihat Ara yang tidak jauh di hadapannya. Setelah terdiam sebentar, segera dia berbalik dan kembali berjalan seakan-akan tidak melihat Ara.

Ara menyesap susu kotaknya sedikit gusar, Ara tidak menyukai ini.

Flashback off

"Hah..." Ara menghembuskan napas, entah kenapa sekarang dia merasa lelah. Di tutupnya buku, lalu bersandar di kursi perpustakaan sambil bersedekap. Ara akhirnya memutuskan untuk keluar perpustakaan namun ada seorang guru yang mencegatnya di depan ruang guru.

"Nak!"

Ara berbalik merasa terpanggil, karena hanya dirinya sekarang yang berjalan di sekitar sini.

"Saya?" tanya Ara meyakinkan pemikirannya.

"Iya, bawakan ini ke kelas XI IPS 1," ucap Pak guru yang sedikit berumur itu sambil menyerahkan sebuah tas laptop dan buku presensi kelas beserta kotak pensil.

"Eh? Kenapa saya, pak?" wajar Ara bertanya seperti itu, karena Ara kelas IPA, bukan IPS.

"Kamu IPS, kan? Sudah! Bapak mau ke toilet sekarang! Bawakan!" ucap Pak guru tersebut segera berlari meninggalkan Ara.e

Ara hanya bisa pasrah, segera memenuhi permintaan gurunya tersebut. Tidak lama akhirnya Ara sampai ke kelas IPS 1, tepatnya kelas Aarav.

Apa dia ada di kelas? pikir Ara.

Sebelum masuk Ara melihat isi kelas yang ternyata kosong, yah karena sekarang jam istirahat siang, kebanyakan peserta didik memilih untuk keluar kelas, Ara memperhatikan koridor sekitar, benar-benar sepi. Ara menjadi bingung, apakah suasana lantai 3 sesepi ini?

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now