SPECIAL CHAPTER, Bagian 3 (Cosplay)

998 73 4
                                    

Ara tahu kalau Arvin menyukai animasi. Tidak hanya kartun tetapi juga anime. Karena menurutnya, animasi lebih menarik dari pada film yang dimainkan oleh manusia.

"Ara pernah nonton anime ini?" tanya Arvin pada Ara, saat ini Ara tengah mencuci piring sehabis mereka makan siang tadi. Selagi Ara mencuci piring, Arvin menonton anime di ponselnya.

"Tidak, emangnya anime apa itu?"

"Kaicho wa maid-sama," jawab Arvin, "Anime ini kisahnya tentang seorang ketua OSIS perempuan yang bekerja menjadi seorang pelayan di cafe, tapi pekerjaannya itu suatu hal yang harus dirahasiakannya, tapi malah ketahuan sama salah satu siswa di sekolahnya."

Ara mengangguk-anggukan kepalanya, "Lalu?"

"Keinginan dihari ulang tahunku."

Ara mengangkat alis bingung. Apakah Arvin ingin menonton anime itu bersamanya?

"Kamu ingin nonton anime itu sama aku?"

Arvin menggeleng, lalu menarik Ara yang sudah selesai mencuci piring sejak tadi menuju lemari di kamarnya.

Klak

Lemari terbuka dan Arvin menunjukkan sesuatu yang membuat mata Ara membulat dan mulutnya menganga.

"Ta da!"

Ara mengerjapkan matanya, "Apa maksudmu?"

"Aku ingin Ara cosplay jadi tokoh perempuannya, jadi pelayan! Tentu saja Ara harus melayani aku sampai Nathan mengambil alih nanti!"

Ara memegang kepalanya dan menunduk, wajahnya memerah. Kemudian, ia menatap pakaian pelayan dan sebuah bandana telinga kucing.

"Bisakah yang lain saja?" pinta Ara, jujur saja dia cukup malu untuk memakai pakaian itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisakah yang lain saja?" pinta Ara, jujur saja dia cukup malu untuk memakai pakaian itu.

Arvin menurunkan tangannya yang mengangkat pakaian tadi, wajahnya murung. Membuat Ara jadi tidak tega, mengingat pakaian itu sudah tersedia di lemari, sepertinya Arvin sudah berencana sejak lama untuk membuat Ara memakainya.

Ara mengambil pakaian yang Arvin pegang, "Baiklah aku pakai. Tapi, janji jangan tertawa, ya?"

Arvin kembali riang, lalu mengangguk-angguk, "Aku tunggu di luar, ya?"

"Iya."
.
.
.

"Wah! Kawai!" teriak Arvin kegirangan, lalu segera memeluk Ara.

Ara hanya pasrah dengan wajah yang memerah malu.

"Oke! Tugas pertama, Ara aku mau minum susu coklat dengan biskuit," perintah Arvin lalu duduk di kursi meja makan dan mulai bertingkah layaknya pelanggan.

"Iya, Arvin..."

Ara akhirnya melakukan apa yang Arvin minta. Ara awalnya sedikit terpaksa, tapi entah kenapa dia mulai menikmatinya karena ia merasa senang melihat Arvin yang girang. Arvin jarang keluar, ditambah usianya yang makin dewasa, tentunya jika orang menyadari sikapnya yang seperti ini, tentu saja akan membuat orang mencemoohnya. Oleh karena itu, setidaknya tidak apa-apa untuk sekali-kali menuruti kemauan Arvin.

Namun, sejak tadi Ara benar-benar tidak berhenti melakukan tugasnya melayani Arvin. Mulai dari membuat susu tadi, kemudian memijit bahu Arvin, diminta menjawab dengan bahasa jepang, bersuara seperti kucing, mengusap kepalanya, bernyanyi dan lain-lain berbagai tugas yang sebenarnya sepele.

"Ara lihat sini," pinta Arvin.

Ara yang saat ini tengah membawa buah di piring, menatap Arvin.

Cekrek

"Eh? Jangan di foto! Pasti jelek!" ucap Ara malu-malu.

Cekrek

Tanpa mengindahkan ucapan Ara, Arvin terus memotret Ara, banyak ekspresi lucu yang Arvin abadikan.

"Whahahaha! Ara menggemaskan sekali!"

Komentar Arvin semakin membuat Ara blushing, "Oke! Berhenti sekarang!" Ara berusaha merebut ponsel Arvin, namun apalah daya, tinggi mereka yang terpaut hampir 30 cm dan tangan Arvin yang cukup panjang membuat Ara tidak akan sampai mengambil ponsel Arvin.

"Arvin..."

"Heheheh."

Ara terkejut ketika tiba-tiba Arvin menangkap kedua tangannya lalu mendekatkan wajahnya, sebuah kecupan singkat pun mendarat di bibir Ara.

"Sebagai hadiah karena sudah mau memenuhi keingananku," ucap Arvin.

Membuat Ara terdiam dan tersipu malu. Arvin menyatukan jidat mereka, menatap Ara dalam.

"Terima kasih," ucap Arvin.

Ara menghembuskan napas pelan, lalu tersenyum, "Sama-sama."

Arvin kembali mencium Ara dan dibalas oleh Ara.

Serandom apapun Arvin, Ara akan tetap mencintainya.
.

.

.

Bersambung...

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang