CHAPTER 45

1.1K 98 7
                                    

"Rav," ucap Enzi.

"Ya?"

"Lo...punya kembaran?"

Entah karena kelelahan, Aarav mengerjapkan matanya bingung, mencerna sesaat pertanyaan Enzi.

"Ah..." tersadar dari kebengongannya, Aarav mulai menyadari 'kembaran' yang dimaksud Enzi mungkin adalah alter ego yang lainnya.

Tapi bukannya menjawab Aarav hanya diam menatap Enzi, lebih tepatnya dia tidak tahu harus mengatakan apa. Dulu, ketika orang menyadari keanehannya dia akan mulai ketakutan berkeringat dingin. Tapi, entah ini karena yang menyadarinya adalah Enzi atau mungkin pertanyaannya yang diluar dugaan Aarav, dia menjadi bingung tidak tahu menjawab seperti apa atas pertanyaan Enzi.

"Hei, kenapa diam?" Enzi menuntut jawaban.

"Kembaran, apa maksud lo?" Aarav memilih pura-pura tidak tahu.

"Hah..." Enzi menegakkan badannya lalu berdiri, memutar badannya dengan pelan seakan memikirkan sesuatu.

"Rav, ada yang aneh dengan lo kemarin," ucapnya kembali menghadap Aarav.

Aneh.

Kata itu sudah lama tidak Aarav dengar lagi, awalnya dia tidak merasakan apa-apa ketika Enzi membawa topik ini, tapi setelah mendengar kata 'Aneh' tubuhnya merespon membuat Aarav merasa tidak tenang, seperti gelisah.

Badannya mulai terasa dingin, napasnya mulai tidak beraturan, keringat mulai bermunculan dipelipisnya.

"Gue yakin gak salah dengan, lo dan Ara di lorong juga di ruang seni," tambah Enzi tanpa memperhatikan kondisi Aarav yang mulai berubah.

Bukankah Aarav sudah mulai menerima dirinya? Kenapa tubuhnya merespon perkataan Enzi? Aarav menarik napas dalam lalu menghembuskannya pelan. Berusaha mengontrol dirinya.

"Rav, Lo sepertinya perlu menjelaskan sesuatu," ucap Enzi lagi sambil menolehkan pandangannya ke arah Aarav, "Eh? Lo kenapa?" Enzi segera mendekati Aarav dan mengecek keadaannya. Aarav menepis pelan tangan Enzi yang ingin menyentuh dahinya.

"Aku tidak apa-apa, tapi apa yang sudah lo dengar kemarin?"

"Gue tidak sengaja menguping, maafkan gue. Jadi, yang kudengar itu, apa benar lo punya kembaran? Jadi selama ini kalian datang bergantian ke sekolah?"

Aarav sempat bingung, kemudian tertawa.

"Ahahaha!"

Enzi bingung kenapa Aarav tiba-tiba tertawa, "Hei apa yang lucu?"

"Lo berpikir gue ada berapa orang?"

Enzi berusaha mengingat perkataan seseorang yang bernama Arvin kemarin.

"Aku hanya meniru Aarav, Aciel, dan Elios! Karena setiap mereka melakukannya wajah Ara jadi merah dan aku suka! Jadi mau coba juga, hehehe,"

"Empat orang?"

Aarav mencoba menghentikan tawanya, "Lo benar, gue ada kembaran. Tapi bukan 4, 5 orang," Aarav memutuskan memberitahu Enzi, karena dia sebenarnya sudah menyiapkan hal itu, namun dia tidak tahu terbongkarnya akan jadi seperti ini, dengan kesalahpahaman seorang Enzi.

Enzi membelalakkan matanya,"5 orang? Kembar 5? Bagaimana ibu lo melahirkan 5 orang anak sekaligus? Kalau benar kalian bergantian sekolah, bagaimana bisa mirip semua? Kecuali sifat kalian tentunya, apa gue sudah bertemu dengan semuanya? Dan kenapa gue baru menyadarinya? Itupun secara tidak langsung!" Enzi berucap cepat tanpa henti.

Aarav tertawa, "Lo salah lagi," ucapnya.

Enzi mengerutkan kening.

"Sebenarnya..." Aarav berhenti sebentar, walaupun dia sudah menyiapkannya tapi untuk mengucapkannya membuat lidahnya kelu. Enzi menanti jawaban dengan mengangkat kedua alisnya.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now