CHAPTER 23

1.7K 124 19
                                    

Today is D-Day.

Hari yang Ara tunggu, yaitu dia akan jalan-jalan bareng dengan Aarav. Namun cowok itu belum ada menghubunginya sama sekali semenjak kemarin setelah Aciel meneleponnya, membuat Ara uring-uringan selalu memperhatikan ponselnya berharap ada pesan maupun telepon darinya dan sedikit khawatir kalau terjadi sesuatu saat proyek Aarav berlangsung, namun saat dia terbangun dan membuka ponsel di pukul 06.00 pagi, Ara dulu jarang membuka berita mengenai perbisnisan, namun karena sekarang pacarnya adalah seorang pembisnis muda, dia mencari berita mengenai acara show room desain interior yang Aarav kerjakan selama 1 minggu lebih. Dan benar saja, wajah Aarav tertampang di berita itu.

"Ganteng banget," gumam Ara, tidak henti-hentinya dia memperhatikan foto Aarav, ngomong-ngomong soal foto, sepertinya mereka berdua tidak pernah berfoto berdua, Ara segera bangkit duduk di kasurnya, seakan baru sadar.

"Iya juga, ya? Kita tidak pernah foto bareng," gumam Ara, lalu melihat ponselnya lagi, "Kalau hari ini jadi jalan-jalan bagaimana aku ngomongnya, ya?" tanyanya bermonolog, lalu bibirnya sedikit cemberut, "Dia bahkan tidak menghubungiku, apa aku terlalu berharap?" tambahnya lagi, ternyata seperti ini rasanya uring-uringan karena tidak mengetahui kabar orang yang di suka, Ara dulu selalu kesal mendengarkan Aya yang uring-uringan karena Enzi lama tidak mengabarinya, ternyata rasanya benar-benar tidak enak, Ara menjadi semakin cemberut.

"Bibir Ara itu candu, kalau cemberut maunya ya begitu,"

Terlintas kembali memori Ara saat Aciel mengucapkan hal tersebut, membuatnya berhenti untuk cemberut, wajahnya menjadi memanas karena merasa malu memikirkan hal tersebut.

Drrt Drrt

Getar panjang terdengar dari ponsel Ara, membuatnya dengan cepat meraih ponsel dan mengangkatnya.

"Ha halo?"

"Morning cantik," sahut suara di seberang sana, siapa lagi yang bisa menggodanya secara terang-terangan selain Elios.

"Pagi..." sahut Ara pelan, wajahnya memerah mendengar Elios mengatakan hal tersebut.

"Gue baru bangun tidur, hehe. Gue tahu Ara pasti nugguin kepastian janji jalan-jalan hari ini."

"Gak, aku gak begitu," kilah Ara.

"Yaudah gue percaya deh, Acara kemarin selesai jam 9 malam terus di lanjutkan sama pesta kesuksesan acara, sampai jam 12 malam, gue sebenarnya tidak mau ada di pesta itu, tapi karena aku ketua pelaksana proyek, mau tidak mau stay di sana juga, itu sangat melelahkan," Elios curhat.

"Kalau begitu seharusnya kamu tidur lagi, kenapa bangun pagi sekali?" Kini Ara merasa bersalah karena berpikir yang tidak seharusnya tadi.

"Hari ini hari spesial, jadi gue mau bangun pagi."

"Hari spesial?"

"Iya, gue mau nyulik lo dulu dari pagi sampai malam," jelas Elios.

"Eh?"

Terdengar kekehan Elios di seberang telepon, "Ahahaha, tenang Ara, sesuai janji gue gak bakal ngelakuin hal macam-macam, pagi sampai malam, tapi gak nginap berdua, kok. Tapi kalau Ara mau gue gak akan nolak," ucapnya, Ara yakin Elios sedang menyeringai kesenangan.

"Jadi, kenapa menelepon pagi-pagi?" ucap Ara berusaha mengalihkan topik, dia sudah cukup malu sekarang.

"Jam 8 pagi, datanglah ke apartemen gue, tidak perlu sarapan di mana-mana, sarapannya di sini."

"Sarapan di apartemenmu?"

"Iya, gue tunggu ya, sayang."

"Elios!" Ara tidak tahan lagi menanggung malu, segera dia matikan telepon sepihak. Di tatapnya cermin di kamarnya yang memperlihatkan wajahnya yang memerah bak kepiting rebus.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now