CHAPTER 30

1.7K 101 9
                                    

Ara menutup pintu rumahnya, kemudian bersandar di sana. Memegang dadanya yang berdetak sangat cepat, dia tidak tahu kalau Nathan bisa begitu. Benar-benar membuat jantungnya tidak baik-baik saja. Kemudian dia membuka tirai jendelanya untuk melihat apakah mobil Nathan sudah pergi atau belum. Mobil itu sudah menghilang.

"Kenapa Ra?" suara ibunya menginterupsinya, membuat Ara kaget.

"Ya ampun mama, bikin kaget saja."

"Bagaimana?" tanya ibunya.

"Bagaimana apanya?" tanya Ara sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, ibunya mengekori.

"Ya kencan kamu lah, memangnya apa lagi?"

Ara terdiam sebentar, selain semua hal yang membuat jantungnya mau berhenti rasanya, yang mereka lakukan sangat menyenangkan bagi Ara.

"Um, menyenangkan," ucapnya sambil menggulung rambutnya karena merasa gerah.

Ibunya tersenyum, lalu tanpa sengaja mendapati hal ganjal di leher putrinya, paham akan hal itu, ibunya mendekati Ara dan mengusap rambut Ara pelan, Ara menatap ibunya.

"Ibu tidak masalah kalian berkencan, tapi ingat ya. Jangan lewat batas," pesan ibunya sambil mengerlingkan matanya menunjuk tanda kemerahan di leher Ara. Ara yang awalnya bingung, kemudian paham akan maksud ibunya, wajahnya memerah. Ara segera melepaskan gelungan rambutnya.

"Iya, ma," ucapnya sambil malu-malu.

"Dengar ya Ara, carilah laki-laki yang membuatmu merasa aman saat bersamanya bukan hanya rasa berdebar karena kamu senang bersamanya," pesan ibunya lagi.

Ara tersenyum, "Sampai sekarang, dia orang yang bertanggung jawab, pintar, peduli dengan Ara dan ngetreat Ara like a queen, ma. Dia juga selalu menolong Ara dan membuat Ara merasa aman dan nyaman juga berdebar, hehe," ucap Ara dengan wajah bersemu, memorinya selama mereka bertemu seakan kembali berputar.

Aarav sosok yang membuat Ara seperti ratu.

Elios walaupun suka menggodanya, dia sosok yang care dan peduli secara terang-terangan.

Arvin walaupun suka bertindak seperti anak-anak, namun dia berusaha membuat Ara bahagia dengan kesederhanaannya.

Aciel walaupun pendiam, namun dia selalu membuat suasana menenangkan saat bersamanya.

Dan Nathan, walaupun awalnya dia kasar, tapi sekarang dia peduli dengan Ara dengan gayanya sendiri.

"Sepertinya, dia cowok yang baik-baik, Ara senyum-senyum terus mikirin pacarnya," ucap ibunya. Membuat Ara semakin malu.

"Kapan-kapan ajak ke rumah, sana mandi, lalu bersiap tidur. Besok senin, dan bentar lagi ujian kan?"

"Iya mama," Ara mengecup pipi ibunya dan mulai berjalan menaiki tangga untuk ke lantai dua di mana kamarnya berada.

.

.

.

Drrt Drrt

Ponsel Nathan bergetar, ada pesan masuk.

Setelah mengetahui siapa yang mengirim pesan, Nathan menampilkan wajah datar.

Bunda : Aarav, besok sore jadwal kamu ke psikolog, jangan lupa itu.

Nathan hanya membacanya tidak ada niatan untuk membalas. Kemudian dia mencari sebuah nomor ponsel di kontakknya.

"Halo?" Nathan menyapa seseorang di seberang telepon.

"Selamat malam, maafkan saya menelepon di jam malam seperti ini. Bolehkah saya membuat janji temu pukul 5 sore besok?" tanyanya.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now