CHAPTER 19

1.7K 117 10
                                    

"Gawat," ucap Ara. Membuat Aarav perlahan mulai sadar dan menatap Ara yang sekarang berada dalam pelukannya.

"Sepertinya aku jatuh cinta?" ucap Ara pelan dengan wajah yang memerah.

Aarav terkejut, sepertinya dia sudah tersadar.

"Ara?"

"Bagaimana ini?" mata Ara berkaca-kaca.

Aarav terdiam melihat Ara.

"Maaf," ucap Aarav, "Ara, maafkan gue kemarin bahkan sampai hari ini, gue mengabaikan lo, gue menghindar."

Ara tidak menyahut, air matanya menetes.

"Dan gue membuat lo menangis," ucap Aarav sambil mengusap air mata Ara.

"Lo benar, gue tidak akan pernah terbiasa dengan rasa sakit itu, oleh karena itu, gue takut Ra," ucap Aarav sambil memegang kedua belah pipi Ara, "Gue takut, lo akan meninggalkan gue, seperti orang tua gue, kakak gue, karena gue tidak akan pernah terbiasa dengan perasaan ditinggalkan, rasanya sangat sakit," Aarav menghela napasnya.

"Kesepian," sambung Aarav, "Dikelilingi banyak orang, namun berakhir sendiri lagi."

Aarav meneteskan air mata, dia menjadi sangat emosional, selain karena demamnya, kepalanya juga sakit, badannya terasa berat, dan dia merasa malu karena harus menampilkan sisi terlemahnya kepada Ara.

Jika Nathan bersikap dingin dengan orang lain, itu karena dia tidak ingin berhubungan dengan siapa pun lagi.

Jika Elios bersikap cari perhatian, itu karena dia merasa kesepian.

Jika Arvin bersikap kekanakan karena dia butuh seseorang untuk menjaga dan menemaninya.

Jika Aciel tidak pernah keluar, karena dia tidak percaya dengan siapa pun lagi.

Jika Aarav bersikap ramah namun menjaga jarak, itu karena dia ingin menghindari ikatan yang tidak ingin dia rasakan lagi.

Bersama, kemudian ditinggalkan

Lalu sendiri lagi

Perasaan itu sering dia rasakan namun tidak akan pernah terbiasa merasakannya.

Oleh karena itu, kehadiran Ara membuat mereka berharap lagi, namun takut secara bersamaan.

Apa yang Ara pikirkan tentang mereka?

Apakah Ara sama dengan orang lain?

Apakah Ara akan menerima mereka?

Apakah Ara akan meninggalkan mereka?

Apakah Ara akan selalu bersama mereka apa pun yang terjadi?

Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat Aarav semakin takut untuk mengetahui jawabannya.

Mendengar Ara mengatakan kalau dia jatuh cinta dengannya, bukan dalam salah satu list pertanyaannya, sehingga membuatnya terkejut.

"Tanganmu masih sakit?" tanya Ara mencoba memecah keheningan.

Aarav mengerjapkan matanya, lalu mengangkat tangan kanannya dan baru saja merasakan sakitnya.

"Akh, baru terasa sakit," ucapnya sambil mengangkat tangannya ke atas.

"Ahahah," Ara tertawa pelan, "Baru 4 hari, masa terkilir sudah sembuh? Apalagi kulihat kamu selalu sibuk, memangnya bisa cepat sembuh kalau kamu selalu memaksakan keadaanmu?" tanya Ara.

Aarav tersenyum, bebannya sedikit terangkat..

Ada seseorang yang mengkhawatirkannya.

"Kalau begitu, bolehkah gue menarik kata-kata gue 4 hari yang lalu?" tanya Aarav sambil mendekatkan wajahnya lagi, posisi mereka masih berbaring di kasur.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now