CHAPTER 5

2.4K 142 5
                                    

"Ternyata putri tidur sudah bangun," suara itu membuat Ara kaget dan segera menoleh ke samping dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati Aarav yang sedang menopang dagu sambil menatapnya dengan seringaian.

"Ini, minum dulu," ucap Aarav sambil menyodorkan segelas air putih. Ara memang benar-benar haus, tapi dia ragu untuk menerimanya, karena yang di hadapannya sekarang adalah Aarav yang berbahaya?

Aarav yang melihat Ara tak kunjung menerima air tawarannya berucap, "Mau diminumin atau minum sendiri, hm?" setelah berucap seperti itu sambil mendekatkan badannya pada Ara, Ara segera menerima gelas air putih tersebut dan segera menegaknya sampai habis, dia benar-benar kehausan.

Aarav menjauhkan badannya sambil terkekeh, "Bagaimana?" tanya Aarav sambil menyandarkan punggungnya ke kursi lalu melipat kedua tangannya di dada.

Ara sempat bingung dengan pertanyaan Aarav, bagaimana apanya? batin Ara.

"Mm, air putihnya, terima kasih," ucap Ara pelan.

"Bukan itu."

Ara mengerutkan keningnya, terus apaan? batin Ara lagi, "Mm, bagaimana apanya?"

"Pernyataan gue," ucap Aarav melebarkan seringaiannya, menurutnya Ara terlihat lucu sekarang, karena kebingungan. Di lihatnya Ara terdiam sebentar seperti memikirkan sesuatu, lalu wajah pucatnya yang tidak sepucat tadi memerah, dan Ara menundukkan wajahnya, Damn, why she's so cute! Aarav menutup mulutnya sambil memalingkan wajahnya ke samping.

"Kamu, aneh."

Aarav ber sweat drop sekarang, "Aneh apannya?" tanyanya kembali mendekatkan dirinya ke ranjang Ara dan menopang dagunya dengan sebelah tangan.

"Kita belum terlalu kenal, dan kamu ngajak itu..,Mm," Ara tampak malu mengatakannya.

"Ngajak itu? Pikiran gue jadi kemana-mana, lho. Hahaha, bicara yang jelas, sayang..." kalimat terakhirnya itu bernada aneh bagi Ara.

"Hentikan, itu terdengar cringe," ucap Ara membuat Aarav tertawa, baginya baru pertama kali ada cewe yang mengatakan dia cringe, Benar-benar menarik, pikir Aarav.

"Gue jadi makin ingin milikin lo."

Apa-apaan ini?! Ara terdiam, dia benar-benar malu sekali sekarang, dia yakin wajahnya sudah sangat merah, pipinya panas.

"Pipinya jangan ngeblush terus dong, jadi ingin gue cium lagi."

Ara menjadi teringat kejadian di depan toilet, dia pun menutup kedua pipinya dan segera menggeleng-gelengkan kepala pelan. Aarav kembali tertawa.

"Jangan macam-macam!"

"Bagaimana? Jadilah pacar gue."

"Mana bisa begitu, aku tidak mau. Minggir, mau lewat!" Ara berusaha turun, saat akan melewati kursi yang di duduki Aarav, tiba-tiba saja pinggangnya di tarik, Ara terduduk di paha Aarav dengan membelakanginya.

"Hei, lepaskan!" Ara berusaha melepaskan tangan Aarav yang melilit pinggang rampingnya.

"Tenang, gue gak bakal ngapa-ngapain, kok. Asal lo mau jadi pacar gue."

"Kan, aku bilang gak mau..." Ara sangat, sangat super duper malu. Ini pertama kalinya Ara duduk di paha seorang cowok, rasanya Ara mau nangis saking malunya.

Tiba-tiba...

Bruk

Ara terdorong pelan ke depan dan jatuh, "Aw," lututnya dan telapak tangannya sakit, kenapa, sih dengan cowok ini? pikir Ara.

"Cih," suara decihan tersebut membuat Ara segera membalikkan badannya untuk melihat Aarav yang sedang duduk sambil melipat kedua tangan, kaki di silang, dan wajah arogan terkesan sarkas. Jika ini anime mungkin aura hitam pekat keunguan sudah memancar di sekitar tubuhnya.

INARA AND THEM(END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora