CHAPTER 39

1.2K 89 1
                                    

Nayra merasa kesal akhir-akhir ini, itu semua semenjak dia mengetahui Aarav pacaran dengan Ara. Dua sejoli itu menjadi sering terlihat di pandangannya, membuat rasa kesalnya menumpuk.

Kenyataan bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengatasi kekesalannya membuatnya semakin frustasi. Dia selalu berpikir apa yang Aarav lihat dari Ara?

Mereka bahkan tidak pernah terlihat akrab di sekolah.

Menurutnya Ara itu cuma menang dalam hal fisik saja, Nayra lebih kaya dari Ara, Nayra juga lebih aktif dalam akademik, bahkan presentasi dia bertemu Aarav lebih banyak daripada dengan Ara.

Dan yang pertama kali bertemu dengan Aarav adalah Nayra.

4 Hari sebelum kejadian...

"ck," Nayra berdecak kesal.

"Kenapa, Nay?" tanya Nula-sahabat Nayra.

Saat ini mereka, Nayra, Ola, Nula, dan Lia sedang makan di kantin, namun pandangan Nayra selalu tertuju dengan 4 orang di meja yang lumayan jauh dengan meja mereka, lebih tepatnya pandangannya tertuju pada pasangan yang akhir-akhir ini selalu menunjukkan kemesraan mereka.

Lihatlah sekarang, Aarav-alias Aciel, sedang memperhatikan Ara makan, pandangannya penuh damba mengagumi setiap inci wajah Ara, sedangkan Ara yang makan tanpa tahu sedang di tatap seperti itu, dia hanya sedang makan sambil membaca suatu buku.

"Lo selalu menatap mereka," ucap Ola.

"Mengesalkan," gumam Nayra.

"Mau bagaimana lagi, apa yang bisa kita lakukan dengan hal itu," sahut Lia.

Nayra bangkit, "Gue mau ke toilet."

"Mau di temenin?" tanya Nula.

"Gue sendiri saja."

Akhirnya Nayra menuju toilet untuk mencuci muka lalu setelah dia selesai dan ingin mengeringkan wajah lalu memakai lipstik seseorang yang tidak di duganya memasuki toilet.

Ara terdiam sebentar lalu berjalan masuk menuju wastafel yang bersebelahan dengan Nayra.

Dengan keheningan mereka melakukan kegiatan masing-masing, karena tidak tahan Nayra bersuara.

"Foto kemarin," ucapnya.

Ara yang merasa di ajak bicara menghentikan aksinya menyapu wajahnya dengan tisu, dia yakin dialah yang di ajak bicara karena tidak ada siapa pun si toilet saat ini selain mereka berdua.

"Foto itu?"

"Iya," Nayra berbalik, menyandarkan pinggulnya di wastafel dan bersedekap.

"Gue menunjukkannya pada Aarav."

Ara menatap pantulannya di cermin, lalu kembali menyapu wajahnya, "Lalu? Apa yang dia katakan?"

Nayra menyernyitkan alisnya sebentar, merasa tidak puas dengan balasan Ara.

Karena kemarin Aarav tidak menceritakan lebih detail mengenai foto itu dan bagaimana hubungannya dengan Ara, dia memilih untuk menjawab asal pertanyaan Ara dengan harapan mendapatkan info apa pun itu.

"Dia bilang itu orang penting baginya."

Ara membuang tisu ke tempat sampah, lalu menatap Nayra, "Iya, itu memang orang penting."

"Bukankah mereka serasi? Tampan berwibawa dan cantik elegan, gue rasa mereka cocok?" Nayra menyeringai, dia tidak tahan untuk tidak membuat Ara merasa rendah diri, "Mereka sama-sama kaya, dan dari keluarga yang baik juga pasti."

"Apa maksud kamu bicara begitu?" Ara paham Nayra sedang membandingkannya dengan gadis yang ada di foto itu, walaupun dia sebenarnya tahu siapa gadis yang ada di foto itu adalah Kak Vanya, namun dia menanyakannya hanya karena ingin tahu alasan Nayra menanyakan hal yang tidak ada hubungannya dengan hal tersebut.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now