CHAPTER 9

2K 136 9
                                    

"Aku bukan Aarav, juga bukan Elios! Jahat sekali, aku juga mau berkenalan sama Ara," ucapnya lalu segera berpaling dan berjalan menuju sofa ruang tamu, kemudian duduk sambil melipat kedua tangannya terkesan merajuk.

Ara memiringkan kepalanya karena sedang kebingungan. Keningnya berkerut dengan mulut yang sedikit ternganga.

Dia pasti bukan Nathan, lalu siapa lagi?! Batin Ara terkejut.

Ara yang mengira Aarav hanya ada 3 kepribadian, ternyata masih ada lagi. Sekarang siapa? Sifatnya seperti anak kecil dia bahkan tidak memakai gue-lo tetapi menggunakan aku dan menyebut nama.

Ara berusaha mengontrol keterkejutannya, lalu berjalan mendekati Aarav dengan kepribadian yang baru ditemui Ara. Ara pun duduk di sampingnya, dia tidak bergeming, masih melipat tangan dan menutup mata dengan wajah yang terlihat kesal, tapi entah kenapa terkesan lucu bagi Ara.

"Mm, Maafkan aku, ya?"

"...," tidak ada sahutan.

"Kalau begitu mari kita kenalan dulu," ucap Ara sambil mengulurkan tangannya. Aarav pun membuka sebelah matanya menatap uluran tangan Ara, lalu menatap Ara. Berselang 1 menit dengan hanya memandangi tangan Ara, akhirnya dia menyambutnya, "Arvin Ivander," ucapnya.

"Hai Arvin, aku Ara, ternyata nama-nama kalian keren, ya?" ucapan Ara tersebut membuat Arvin segera tersenyum bangga.

"Iya dong! Namaku keren, hehehehe."

"Kalau boleh tahu siapa yang bikin?"

"Aarav yang bikin," ucapnya sambil menyalakan tv dan mengambil konsol game.

"Kamu mau apa?" tanya Ara.

"Mau main game."

"Bukannya tadi mau nonton film?"

"Itu Aarav, aku mau main game, Ara bisa main?" Ara menggeleng.

"Ya sudah kalau begitu, Ara duduk di atas sofa, aku mau duduk di lantai. Ara lihat aku main saja, ya?"

Ara hanya tertawa kecil dan menuruti keinginan Arvin, entah kenapa rasanya dia berasa bersantai bersama seorang adik, apalagi dia juga mempunyai seorang adik laki-laki yang berada di kelas 1 SMP, vibesnya terasa mirip. Tapi...

Tidak dengan posisi ini...

Arvin mulai memainkan gamenya dengan posisi duduk di karpet dan bersandar di antara kaki Ara yang sedang duduk di sofa. Ini membuat Ara malu. terlebih lagi dia hanya menggunakan dress berwarna biru denim selutut, sehingga dia bisa merasakan helaian rambut halus milik Arvin yang menggelitik lututnya.

"Ara," tiba-tiba Arvin bersuara, namun tangan dan pandangannya masih fokus dengan game yang ia mainkan.

"Hm?" Ara menyahut.

"Aku mau Ara elus-elus rambutku," ucapnya innocent.

Ara ngeblush, dia tidak pernah mengelus rambut laki-laki mana pun selain ayah dan adiknya.

"mm, tapi..,"

Arvin mempause gamenya, lalu berbalik dan mendongak menatap Ara, "Please.."

Ya ampun! Kenapa sekarang dia bisa bersikap seimut ini? batin Ara.

Akhirnya Ara pun mengalah, dia mulai mengelus pelan rambut Arvin.

Wah, ternyata lembut sekali dan tebal. Aku penasaran perawatan rambut apa yang dia gunakan, batin Ara terkejut saat menyentuh rambut Arvin yang halus dan tentu saja wangi.

Tidak lama, Ara merasakan ada sesuatu yang sedikit tidak rata di bagian belakang kulit kepala Arvin, saat dia lihat lebih jelas, tampak seperti bekas jahitan yang sudah memutih.

INARA AND THEM(END)Where stories live. Discover now