SPECIAL CHAPTER, Bagian 5 (Deep Talk)

927 73 1
                                    

Waktu sudah berganti menjadi malam hari, saat ini Ara dan Aciel tengah makan malam.

"Sshh," Ara mendesis kesakitan ketika dia tidak sengaja membuat sendoknya membentur bibir bawahnya yang terluka. Aksi Ara itu membuat Aciel terkekeh.

"Sudah kubilang, jangan menggodanya,"  ujar Aciel sambil menyuap makanannya.

Ara menghela napas. Benar, dia mendapat hukuman karena sudah menggoda Nathan, selain bibirnya yang terluka akibat ciuman Nathan, lehernya juga memiliki banyak tanda kemerahan. Nathan memang keterlaluan.

"Lalu, Aciel menginginkan apa?" tanya Ara, kemudian menyuap makanannya lagi.

"Tidur denganmu," jawab Aciel lugas, membuat sesendok makanan yang sempat Ara suap tadi mendesak keluar kembali, "Uhuk!" Ara tersedak, Aciel segera mendekati Ara dan membantu Ara minum sambil mengusap-usap punggungnya.

"Ahahaha! Apa yang kamu pikirkan? Bukan 'tidur'  yang itu, tapi cuma tidur bersama sambil berbincang."

Ara menutup mulutnya menggunakan punggung tangannya. Wajahnya memerah padam selain karena tersedak tapi juga karena ketahuan memikirkan makna lain dari ucapan Aciel.

"Kamu meragukan," ujar Ara, karena ia tidak pernah yakin Aciel tidak akan melakukan apapun kepadanya. Bahkan, kemarin malam saja dia sempat ragu tidur di hotel berdua dengan kekasihnya, walaupun pada akhirnya keraguannya hilang karena mereka tidur di ranjang yang terpisah dan memang tidak terjadi apa-apa.

Aciel mendekatkan jari kelingkingnya, "Janji, tidak lebih."

Ara bolak-balik menatap wajah Aciel dari jari kelingkingnya, lalu menghembuskan napas pelan dan menautkan jari kelingking mereka.
.
.
.
Di sinilah Ara dan Aciel berada sekarang, di kasur Aciel rebahan setelah  berganti pakaian tidur dan gosok gigi sehabis makan malam

Aciel memeluk Ara erat, "Aku tidak menyangka akan bersamamu seperti ini, kami bahkan sudah melamarmu dan akan menikahimu."

Ara balas memeluk Aciel sambil mengusap kepalanya, walaupun dengan malu-malu, "Aku juga."

"Dulu, jangankan berpacaran memikirkan mencintai seseorang saja tidak, tapi sekarang malah lebih seperti ini, aku bersyukur."

Ara tersenyum sambil memandangi wajah Aciel yang menatapnya teduh.

Aciel memainkan jari Ara dan mengangkatnya ke atas, memperhatikan cincin yang ia berikan tersemat sempurna di jari manis Ara, "Saking tidak percayanya aku sempat berpikir kalau aku mengalami delusional dan menciptakanmu dalam pikiranku," tambahnya.

Ara menggenggam tangan Aciel dengan tangan sebelahnya yang bebas, menangkup tangan Aciel yang lebih besar darinya, "Aku di sini, bukan khayalanmu, paham?"

Aciel tersenyum, menurunkan tangan mereka lalu mengecup cincin yang ada pada jari manis Ara.

"Ngomong-ngomong soal pernikahan, kita akan mengadakannya sesusai wisuda, bagaimana? Apakah terlalu cepat untukmu?"

"Terserah saja, aku serahkan pada kalian."

"Tenang saja, aku tahu selesai s1 kamu pasti ingin melakukan banyak hal lain. Tapi, kami tidak akan mengekangmu," ujar Aciel sambil mengusap kepala Ara yang hanya mengangguk senang, "Lalu, apa mau kamu lakukan?" tanya Aciel lagi.

"Aku mau bekerja."

Jawaban Ara membuat Aciel mengangkat sebelah alisnya bingung, "Aku kaya, kenapa kamu harus bekerja?"

Ara terkekeh, merasa lucu dengan jawaban Aciel walaupun memang kenyataannya dia kaya raya.

"Aku menikmati pekerjaan kecilku di klinik tante Tania."

"Baiklah kalau begitu, lalu kamu ingin pernikahan yang seperti apa?"

Ara mengerjap, lalu berpikir.

"Hm...Aku suka yang sederhana saja, sih. Tapi, mengingat kamu penerus ke empat perusahaan besar. Kurasa tidak akan mungkin sesederhana itu."

"Maaf, aku tidak bisa mengatasi hal itu."

Ara terkekeh pelan, "Aku mau pernikahan di taman yang indah."

"Taman?"

Ara mengangguk, "Dengan gaun berwarna putih tulang, modelnya sederhana saja, tapi terlihat elegan."

Aciel tersenyum, "Gaun apapun yang akan kamu pakai pasti akan cantik."

Ara tersenyum malu. Aciel mengusap pelan bibir Ara, "Masih sakit?"

Ara blushing dan menggeleng pelan. Aciel membangkitkan setengah tubuhnya dan menatap Ara, "Aku akan melakukannya dengan pelan," ucapnya lalu mencium bibir Ara lembut.

"Mhh," Ara tidak bisa berbohong. Bibirnya nyeri.

"Sakit?" pertanyaan Aciel mendapat anggukan dari Ara.

"Hah..." Aciel menghela napas dan merebahkan dirinya kembali di samping Ara kemudian memeluk erat gadisnya, "Nathan sialan," gumamnya.

Gumaman Aciel membuatnya tertawa pelan, sehingga Aciel menampilkan wajah datar.

"Berhenti tertawa," pinta Aciel sambil menangkup kedua belah pipi Ara yang masih tertawa. Aciel tersenyum, lalu mengecup kening Ara.

"Selamat tidur, Ara."

.

.

.

Bersambung...

Note :

Lho?

Kok masih bersambung?

Hehe, jadi hari ini update 2 bagian.

Next adalah last chapter...

INARA AND THEM(END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora