Chapter 12

2.3K 396 8
                                    

Tentang mas Azzam
.
.
.
🍁🍁🍁

"Mas Azzam!" Aku berjalan mendekati mas Azzam. Matanya berkaca-kaca. Aku tidak tahu apa yang sedang ada di pikirannya. Namun, dari raut wajahnya, dia sungguh ingin menjelaskan sesuatu.

"Da.. maafin mas.." aku mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian mas Azzam berjalan menuju kursi yang berada tidak jauh dari kami. Aku mengikutinya lalu duduk di sampingnya.

Mas Azzam mengacak rambutnya.

"Kenapa, mas?"

"Maaf mas gak cerita sama kamu." Aku semakin tidak mengerti. Mas Azzam menundukkan kepalanya.

"Itu anaknya mas Azzam?!" Akhirnya aku mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi berputar di kepalaku. Mas Azzam membelalakkan mata seolah terkejut bahwa aku mengetahuinya.

Beberapa saat kemudian mas Azzam mengangguk. Astaghfirullahaladzim! Sejak kapan mas Azzam-

"Lebih tepatnya anak dari perempuan itu."

"Mas? Kalau memang mas Azzam sudah menikah, kenapa mas Azzam masih ngelamar Maida? Mas gak mikirin perasaan istri mas dan Maida?" Aku meremas rok plisket ku untuk menahan diri agar tidak menangis.

"Mas memang cinta sama kamu, Maida." Aku tersenyum tipis. Cinta bisa menjadi tidak berguna jika diciptakan dengan cara yang salah.

"Mas gak tahu kalau kejadiannya bakal serumit ini. Percayalah, Mas bener-bener cinta kamu. Mas gak niat mempermainkan kamu." Aku sungguh tidak mengerti apa yang dikatakan mas Azzam.

"To the point aja, mas?" Pintaku agar tidak bertele-tele.

"Tepat lima bulan yang lalu, mantan pacar mas Dateng ke rumah, Namanya Namira. Perempuan yang kamu lihat di dalam kamar rumah sakit itu. Dia adalah perempuan yang baik, cerdas, Bahkan memiliki dasar agama yang baik."

"Mas bener-bener kagum sama dia. Kami bahkan sempat berpacaran. Tapi di suatu hari, dia selingkuh dengan temen se KKN nya. Mau gak mau mas harus mutusin dia, karena perselingkuhan adalah hal yang tidak bisa ditoleransi dalam sebuah hubungan. Meskipun mas bener-bener berniat mau nikahin dia,"

"Lalu setelah itu, di suatu hari, mas jatuh hati sama kamu. Kamu satu-satunya perempuan pertama yang bisa buat mas move on dari perempuan itu. Namun, takdir seperti tidak pernah mengizinkan kita bersama." Aku memijit-mijit kepalaku.

"Setiap Mas mau ngungkapin perasaan ke kamu, tidak pernah ada waktu yang bener-bener pas. Sampai saat itu,  mas berani bilang bahwa mas akan melamar kamu. I never mess with girls, Maida." Aku menghela nafas.

"Mas bener-bener gak tahu apa maksud kedatangan Namira saat itu. Ternyata Namira hamil, dia diperkosa oleh selingkuhannya. Dia menangis dan meminta mas menikahi dia. Umi dan Abi mas tahu bahwa bukan aku pelakunya.."

"Terus mas nikahin mbak Namira?" Aku menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca. Benar-benar cerita yang tidak pernah aku ketahui. Mengapa aku tidak curiga sama sekali dengan mas Azzam? Kupikir mas Azzam adalah—ah sudahlah.

Aku menghela nafas.

"Namira udah lama Deket sama keluarga mas. Abi juga merestui pernikahan kami, tapi tidak dengan Umi. Umi selalu ingin mas menikahi kamu. Sedari dulu. Umi tidak pernah setuju aku dengan Namira." Aku menutup wajahku dengan tanganku. Rasa laparku sudah hilang sejak tadi.

FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang