Chapter 27

2K 407 57
                                    

Masalah WiFi
---

Hari ini aku bersiap untuk keluar dari rumah sakit setelah dirawat tepat satu Minggu lebih satu hari. Aufar yang membantuku bersiap itu masih menggunakan baju kantornya. Dia melirikku sesekali.

Bi Suni yang baru datang itu langsung tergopoh-gopoh menarik tas yang sedang dibereskan Aufar. "Udah bi, gue aja." Kata Aufar tersenyum tipis. Bi Suni mengerutkan kening lalu menatapku. Aku hanya mengedikkan bahu lalu menggeleng.

"Bi, bantuin Zay jalan ya. Gue telepon Farez dulu. Lama banget monyet satu." Aku terkekeh mendengarnya menyebut monyet pada Farez. Bi Suni mengangguk patuh.

"Kok bisa sih non?" Tanya bi Suni setelah pria itu menghilang dari pintu. Aku mengerutkan kening, "bisa apa bi?" Aku malah balik bertanya sambil terkekeh.

"Bisa berubah tiga ratus enam puluh derajat gitu." Aku semakin terkekeh melihat ekspresi bi Suni yang sangat serius membicarakan pria itu. Aku menggeleng.

"Yang aku tahu, Allah itu maha membolak-balikkan hati. Jadi, hal-hal kayak gitu sebenarnya gak perlu di pertanyakan." Jawabku tersenyum. Sebenarnya aku pun merasakan apa yang dirasakan bi Suni. Bertanya-tanya mengapa dia bisa begitu cepat berubah.

"Farez udah sampe. Administrasi udah aman. Yok!" Pria itu tiba-tiba muncul dari balik pintu. Bi Suni Segera membawa tas berukuran sedang itu lalu menggandengku.

"Bi Suni duluan aja, gue bareng Zayna." Kata Aufar ketika melihat bi Suni sedikit kesusahan. Bi Suni tersenyum lalu segera berjalan cepat. Tangan Aufar kini menggandengku. Aku berjalan pelan-pelan karena memang badanku masih lemas.

Ditambah pegangan dari tangan pria itu, membuatku semakin lemas. Pria itu fokus melihat kedepan. Jalannya menyamaiku seakan dia benar-benar suami yang baik.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami berhasil keluar dari rumah sakit itu. Terlihat Farez yang sudah siap dengan mobil hitamnya. Farez membunyikan klakson membuat Aufar mengumpat kecil.

"Lama amat jalan lu kayak siput." Ejek Farez tepat saat kami sampai didepan mobilnya. Aufar tersenyum miring.

"Gue nuntun istri gue. Gak usah Be A BA Ce O COT Bacot!" Farez tertawa, setelah itu pria pemilik nama Aufar itu membukakan pintu untukku. Kulihat bi Suni sudah duduk didepan, tepat disebelah Farez, si supir.

Aufar segera berlari mengitari mobil lalu membuka pintu sebelah kananku dan duduk disitu.

"Udah?"

"Udah."

"Yaudah turun!" Farez malah mengajaknya bercanda.

"Gue toyor juga kepala Lo nih!" Farez terkekeh, lalu setelah itu ia menginjak gasnya. Lalu mobil itu berjalan pelan.

***

"Lo istirahat dulu aja. Lagian masih masa pemulihan." Kata Aufar lalu menuju kamar mandi. Aku mengangguk. Merebahkan badanku selama satu Minggu justru membuatku semakin pusing.

"Kalau ada apa-apa bilang bi Suni aja. Gue balik kantor dulu." Katanya setelah membasahi rambutnya. Aku mengangguk. Aufar segera bersiap untuk menuju kekantor.

"Mau nitip apa?" Tanyanya.

"Gak deh. Nitip kamu pulang dalam keadaan sehat." Jawabku tersenyum. Aufar tersenyum tipis.

"Untung gue orangnya gak baperan." Katanya, sejujurnya aku tidak sedang meng-gombali nya. Itu adalah bagian dari do'a.

"Gak baperan tapi GeEr an." Kekehku, dia tidak menghiraukan ejekanku dan langsung berjalan keluar kamar. Aku menggeleng-gelengkan kepala melihatnya.

FARWhere stories live. Discover now