Chapter 34

1.8K 375 14
                                    

Mempertemukan mereka
---

Setelah melewati beberapa Minggu, akhirnya Aufar mengambil cuti seminggu. Katanya, dia ingin bertemu dengan anak-anak panti yang sering aku ceritakan. Ilmu agamanya juga sudah semakin bagus. Bahkan, terkadang malah dia yang mengingatkanku.

"Kalau aku ajak mas Azzam, gak papa?" Tanyaku membuat Aufar mengerutkan kening.

"Gimana, ya. Sebenernya gak papa. Cuma.. nanti kamu..?" Dia malah balik bertanya membuatku tertawa.

"Aku kenapa? Suka lagi sama mas Azzam?" Aufar mengangguk pelan.

"Jangan mikir aneh-aneh deh, ya. Sekarang kamu itu udah jadi MAS SUAMIKU. Mana mungkin aku suka sama MAS SUAMI ORANG." Aufar tertawa.

"Heleh, sama mas WiFi aja udah meleleh. Apalagi sama cowok yang jadi idamanmu bertahun-tahun?!" Cibir Aufar membuatku tertawa keras.

"Ya Allah, masih aja dibahas. Kan udah aku bilang, foto itu mau aku kasih ke adekku. Kamu ni, gak percaya an banget."

"Emang." Aku berdecak membuat Aufar tertawa. "Yaudah, gak papa ajak mas Azzam. Tapi, ajak Nanda juga?" Aku mengerutkan kening.

"Konsep nya beda, mas. Aku ajak mas Azzam karena mas Azzam suami dari mbak Namira. Mbak Namira itu juga pengajar disini. Sedangkan Nanda?Mantan pacar kamu? Kamu aja gak ikut andil dalam mengajar mereka." Celetukku membuat Aufar tertawa.

"Ya, gak papa, kan? Buat ngeramein. Emang gak boleh?"

"Gak!"

"Kenapa? Cemburu?"

"Aku kan istri kamu. Ya iya lah cemburu. Nanda juga belum punya suami." Jawabku membuat Aufar tertawa lagi.

"Iya-iya lagian bercanda doang, kok!" Dia berdiri lalu mengambil buku.

"Bercandanya gak lucu."

"Lucu kok. Kayak wajah kamu." Aufar terkekeh lalu mencubit pipiku. Dia memang manusia aneh. Aku mendengus.

"Aku mau tanya deh. Menurut kamu, Farez tu orangnya gimana, sih?" Tanya Aufar tiba-tiba. Aku mengerutkan kening.

"Farez? Baik, kadang akhlaknya kayak roller coaster, perhatian, penuh misteri. Ya kayak kamu, banyak rahasianya." Aufar mengangguk-angguk. "Ganteng?" Aku mengangguk.

"Emm, iya. Tapi yang jadi nilai plus nya tetep bukan itu." Kataku membuat Aufar mengangguk.

"Gue tuh, eh aku tuh pengen banget cariin cewek buat Farez. Masalahnya, dia tu orangnya ogah-ogahan kalau masalah cewek. Padahal, dia udah mapan, menurutku juga udah cocok jadi ayah, perhatian, ramah, ganteng lagi. Kurang apa coba?!" Aku tertawa.

"Tapi, mas. Gak semua hal itu bisa dipaksakan. Mungkin yang kamu lihat, dia udah siap. Tapi gak tau kan, apa dia sudah siap atau belum. Pernikahan itu bukan sesuatu yang main-main. Gak kayak yang dulu kamu bicarakan." Aku terkekeh membuatnya mendengus.

"Gak usah ungkit masa lalu, deh."

"Ya lagian, dulu kamu bilang pernikahan itu cuma status. Aku boleh pacaran sama siapa aja, begitu juga kamu. Padahal, pernikahan itu sesuatu yang lebih dari sekedar status." Aufar tersenyum.

FARМесто, где живут истории. Откройте их для себя