Chapter 28

747 147 2
                                    

Nggak biasanya, aku merasa aneh duduk disamping Saga di dalam mobil. Saga memakai pakaian simpel tapi ia kelihatan berbeda. Tapi Saga memang selalu tampak berbeda. Saga selalu tampak menonjol di antara kerumunan. Bahkan walaupun Saga hanya memakai seragam SMU.

Sementara aku tampak biasa. Aku masih memakai bajuku yang tadi. Saga menolakku ganti baju. Ia ingin segera pergi. Jadi aku di perintah untuk masuk kedalam mobil segera setelah Saga selesai menelpon ibuku.

Aku memakai celana panjang dan kaus putih di balik kemeja flannel Saga. Tapi aku nggak protes sama sekali, aku suka harum kemeja Saga. Rasanya seperti di peluk Saga.

Sekarang, satu tangan Saga sedang memegang setir mobil dan satunya lagi memegang tuas perseneling. Saga beberapa kali menoleh menatapku sambil tersenyum singkat. Tapi saat ia menoleh lagi menatap jalan, wajahnya berubah kembali menjadi cemas.

Aku nggak tau apa yang ada di pikiran Saga. Tapi aku sadar, Saga sedang khawatir padaku. Wajar lah. Setelah dia nggak sengaja dengar aku nangis melolong-lolong begitu. Memalukan ya.

"Kamu kenapa lihat aku terus?" Tanya Saga saat mobilnya berhenti di lampu merah.

"Saga ganteng ya.." Pujiku tanpa sadar. Dan langsung malu setengah mati. Suara hatiku keluar. Padahal seumur hidup aku sama sekali nggak pernah ngomentari fisik Saga sedikitpun.

Saga mengangkat alisnya. Pasti Saga sudah bosen di bilang ganteng makanya reaksi Saga biasa saja. Tapi yang tidak kusangka. Saga mendadak tersenyum lembut sambil menarik jariku mendekati wajahnya.

Jantungku langsung terpacu dengan cepat ketika jemariku menyentuh wajah Saga. Aku bisa merasakan di ujung jariku, kulit wajah Saga yang lembut, hidungnya yang mancung, rahangnya yang keras, kaku dan tegas. Bahkan lengkungkan bibirnya ketika Saga mulai tersenyum.

Aku buru-buru ingin menarik tanganku menjauh dari wajah Saga. Tapi tenaga Saga kuat sekali. Aku nggak berkutik. Atau mungkin karena aku nggak bisa mengeluarkan tenaga maksimal. Karena, aku menikmatinya juga. Menyentuh wajah Saga. Wajah yang membuat hampir semua anak perempuan menahan nafas ketika melihatnya pertama kali.

Mau nggak mau pipiku merona. Merah semerah-merahnya. Hampir seperti kepiting rebus. Aku malu, malu setengah mati. Terutama karena fakta, Saga selalu bisa membaca bahasa tubuhku.

Aku tambah gelagapan karena Saga mulai menyentuhkan jariku ke bibirnya. Aku nggak tau harus melakukan apa. Jadi aku hanya membeku. Nyaris beku betulan. Karena jariku ikut berubah dingin.

Perlahan Saga mencium jariku kemudian menyunggingkan senyum kecil favoritku. Kali ini aku sungguhan menarik tanganku sekuat tenaga. Aku nggak kuat lagi.

Jantungku bisa rontok.

Melihat reaksiku, tawa Saga pecah. Ia tertawa terbahak-bahak. Aku buru-buru melipat lengaku di depan dada dan pura-pura ngambek sambil mengalihkan pandangan ku ke jendela.

"Kamu lucu Johan." Ucap Saga sambil menepuk-nepuk puncak kepalaku.

Lagi-lagi dengan memalukanya, aku dengan cepat luluh. Aku melirik Saga pelan-pelan. Hanya untuk mendapati Saga tersenyum sebegitu lebarnya. Berusaha membuatku ikut tersenyum padahal aku tau ia sedang gelisah.

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now