Part 5

1.4K 237 2
                                    

"Eh Saga. Cewekmu sejak kapan jadi pinter?" Teriak Abimayu begitu melihat Saga datang menghampiriku di kelasku saat jam istirahat. Ngomong-ngomong Saga masuk kelas 11-IPA-4. Kelas Saga tidak begitu jauh dari kelasku.

"Si Johan tadi bisa ngerekap laporan praktikum Fisika tanpa nyontek dan benerin trafo yang mau jebluk sendirian." Ujar Abimayu. Ia melirikku sambil tertawa.

Aku yang berdiri di samping Saga langsung ngangkat alis. Seingatku tadi aku yang paling heboh minta contekan waktu mengerjakan laporan praktikum Fisika dan bukan aku juga yang betulin trafo mau jebluk. Aku tau maksud Abimayu cuma ngeledek atau.... jangan-jangan maksudnya itu nyindir?

"Oh ya?" Tanya Saga.

"Abimayu bohong." Aku buru-buru menggelengkan kepala malu.

Abimayu tertawa ngakak, "Tapi kalau soal Johan selingkuh itu beneran."

"Selingkuh?" Kening Saga langsung berkerut.

Aku meringis kecut, "Minjem baju praktikum itu bukan selingkuh kali Abi."

"Tapi termasuk salah satu modus PDKT kan?" Ledek Abimayu.

"Iih, nggak."

"Iyaaa. Udah ngakuuu ajaa!"

"Sudah." Potong Saga datar. Tau-tau ia sudah berdiri di antara aku dan Abimayu. Menutupi wajahku dari Abimayu dengan badannya yang besar, "Ayo kita makan ke kantin Jo."

"Aku boleh ikut nggak?" Tanya Abimayu tau-tau melongokan kepala dari belakang punggung Saga.

"Nggak." Tolak Saga sambil menarik tanganku keluar dari dalam kelas.

"Heh Saga. Kamu kalau pacaran cuma berduaan yang ketiga itu setan." Seru Abimayu.

Saga mendengus, "Di kantin banyak orang."

"Saga jangan percaya apa kata Abimayu." Kataku begitu aku dan Saga melewati lorong sekolah menuju ke kantin.

"Aku tau dia cuma bercanda. Abimayu memang nggak bisa serius."

Aku menggigit bibir canggung, "Tapi soal pinjem baju jas praktikum itu bener sih. Tadi aku nggak bawa jas praktikum, jadi aku pinjam anak cowok kelas 11-2 yang kebetulan di depan kelas. Tapi tanpa maksud apa-apa. Beneran."

"Terus siapa nama cowok yang kamu pinjam jas praktikumnya?" Potong Saga.

Aku mengerutkan kening kemudian mengangkat bahu, "Eh? Aku nggak tau."

Tawa langsung menghiasi wajah Saga yang rupawan, "Sudah kukira begitu."

Aku tertegun sesaat melihat cara Saga tertawa. Entah karena efek pencahayaan matahari di lorong sekolah atau rasa sukaku pada Saga bertambah. Karena di mataku sekarang, tawa Saga terlalu sempurna.

"Kenapa tiba-tiba diam?" Tanya Saga.

"Karena wajah Saga." Ujarku dan dua detik kemudian menyesal. Karena aku kedengaran seperti lagu dangdut. Gara-gara salah tingkah aku buru-buru mengalihkan pembicaraan, "Udara hari ini enak ya."

"Kamu ngomong apa sih? Hari ini udaranya panas tau." Saga melirikku sambil tersenyum geli kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap keringat di keningku.

Tanpa sadar aku memundurkan tubuhku dua langkah ke belakang. Kalau wajah Saga membuatku gugup maka tangannya membuatku super gugup. Dulu aku meremehkan rasa suka Lintang pada Saga. Tentang Lintang yang heboh cuma gara-gara melihat Saga minum air putih. Sekarang aku malah salah tingkah setengah mati cuma gara-gara melihat tangan Saga. Apa ini normal? Gugup karena melihat tangan? Seingatku dulu aku nggak pernah segugup ini setiap melihat tangannya. Apa karena sekarang aku pacar Saga? Tapi memangnya ada hubungannya?

Dunia Jo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang