Part 43

487 104 1
                                    

Baru pertama kali ini aku ngerasa sebegitu bahagianya keluar dari dalam mobil. Rasanya kayak baru keluar dari wahana roller coaster. Roller coaster yang penumpangnya mati-matian pura-pura tidur,-aku.

Senjata rahasiaku yang Bella dan Yano nggak tau. Selain karena aku nggak tahan dengan cara nyetir Yano yang bar-bar. Juga karena aku nggak tahan dengan pertanyaan Bella yang walaupun di tanyakan sambil ketawa, tetep aja, konteksnya sebenernya nggak sopan.

Bella tanya aku pernah pergi kemana aja dengan Saga, biasanya aku dan Saga ngobrolin apa, apa aku diem aja di ajak ngobrol Saga, dan yang terakhir yang paling membuatku bertekad untuk bodoh amat kalaupun harus pura-pura merem selama berjam-jam, sewaktu Bella tanya, aku dan Saga pernah ngelakuin apa saja.

Awalnya aku cuma angkat alis ngerutin kening. Dalam otakku, cuma terpikir pernah makan, minum, nonton film, belajar. Tapi Bella malah melanjutkan nyeletuk, "Kalian pernah ciuman kan?"

Aku sampai keselek air ludahku sendiri dan langsung di balas Helen sambil ketawa ngakak.

"Berarti pernah kan? Pernah yaaa? Iyaaa kaaann??" Ledeknya.

Ucapan Helen hanya kubalas dengan senyum. Sudah begitu Helen masih juga ketawa-tawa. Dia mungkin nggak sadar, semakin Helen tertawa, ia semakin jauh di bawah standartku untuk mengategorikan dia sebagai teman.

Tak berapa lama, standart Helen dimataku malah semakin terjun bebas lagi. Tepat saat Helen tertawa terbahak melihat Bella tidak sengaja memuntahkan susu yang baru dia minum di bajuku dalam perjalanan. Bella mungkin tidak sengaja. Bukan salahnya, tapi salah Yano yang tipe naik mobilnya adalah gas pol rem pol. Untungnya aku bukan anak yang gampang mabuk perjalanan. Kalau iya, mungkin aku yang bakal muntah duluan ke muka Bella.

Baju seragamku sukses basah kuyup. Bau muntah susu. Bau yogurt basi. Mobil Yano pun sukses jadi bau. Senjata makan tuan. Yano dan Helen sendiri akhirnya ikutan mual. Aku nahan ketawa, walaupun akulah yang paling mual dan pusing dibanding yang lain.

Tak berapa lama, akhirnya mobil Yano sampai ke rumahnya. Rumah Yano cukup besar. Sebesar rumah Saga. Tapi terkesan dingin dan sepi. Tidak ada banyak tanaman bunga seperti rumah Saga. Hanya bangunan cat putih besar dan beberapa pohon Cemara yang di potong simetris.

"Jo? Ganti pakai bajuku ya? Badanmu bau bangettt." Seru Yano ketus sambil menutup pintu mobilnya.

Aku mengernyitkan kening curiga. Tapi buru-buru kutepis karena aku sudah bertekad untuk mengikuti permainan ini, "Boleh. Kalau memang ada."

Bella mengangguk-angguk semangat, menarikku duluan masuk ke dalam rumah Yano sebelum Yano sendiri membukanya. Bagian dalam rumah Yano seperti luarnya, sama-sama dingin, putih dan sepi. Bella menarikku masuk ke dalam satu ruangan. Ruang keluarga Yano. Kami duduk di sana selama beberapa menit sebelum Yano muncul dengan Helen membawa celana pendek dan kaus pink. Sejenis baju yang bahkan nggak pernah kupakai sekalipun di rumah dan nggak ada orang yang lihat.

"Kenapa? Baju ini kekecilan buatmu?" Tanya Yano setelah baju pilihannya kutolak. 

Aku mengangguk, "Iya."

Bella mendengus, "Kenapa nggak di coba dulu?"

"Nggak usah, Bel. Udah kelihatan kok." Jawabku yakin.

Memang benar, Di kepalaku sekarang, aku sudah membayangkan baju ini saat dipakai bisa membuat sebagian bawah perutku kelihatan, tapi kalau baju itu kutarik agak kebawah menutupi perut, maka dari atas dadaku yang bakal menjuntai keluar.

"Kalau gitu sebentar. Aku ambil yang lain." Gerutu Yano.

Yano menghilang selama lima belas menit dan kembali membawa dua buah baju terusan, salah satu dari dua baju itu baunya agak tengik. Baju tua. Yang kalau Yano bilang itu baju milik nya yang sudah lama di gudang dan kadang di pakai buat keset kaki, aku pasti langsung percaya.

"Makasih Yano." Aku mengangkat baju terusan satu lagi yang berwarna hitam dengan model sederhana polos. Ini baju ternormal yang di tawarkan Yano padaku. Tapi karena warnanya hitam, justru aku harus waspada, aku memang berencana ikut permainan tapi bukan berarti aku mempertaruhkan nasibku tanpa pikir panjang, "Aku pakai seragam yang ini dulu aja."

"Loh kenapa?" Tiba-tiba raut ramah wajah Bella berubah masam, "Terus kamu mau main sama kita pakai baju bau muntah gitu?! Kan jijik!!!"

"Iya. Memang bau. Tapi ini muntahmu juga kan?"

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now