Part 44

499 117 11
                                    

Jawabanku sukses membuat Bella meradang marah dan disaat yang sama, tiba-tiba muncul seorang ibu-ibu sudah agak tua berpakaian sederhana membawa senampan makanan, disaat yang paling tidak tepat.

"Mbak Yano. Kentang goreng dan minumannya saya letakan disini ya?" Ucap beliau dengan nada agak takut-takut sambil meletakan sepiring Kentang dan beberapa gelas minuman ke atas meja.

"Nggak usah, balikin aja itu semua ke dapur. Siapa juga yang mau makan di sebelah orang bau muntah?" Gerutu Yano.

"Beliau ibumu, Yano?" Potongku cepat walaupun aku tau jawabannya sudah pasti bukan. Tapi aku nggak tahan, mendengar nada suara Yano yang nggak sopan ke orang yang lebih tua.

"Nggak mungkin lah." Seru Yano malah makin kesal, "Masa' modelan begini jadi ibuku?!"

Aku menggigit bibir, "Apa ibu atau papamu ada di rumah?"

"Hah?" Yano membelalakan mata. Wajahnya tampak heran sekaligus jengkel. Seperti pertanyaanku barusan kedengaran super aneh di kupingnya. Menyulut emosi. Anehnya lagi, Helen ketawa-tawa di samping Yano seperti nggak bisa membaca situasi, "Mereka nggak pernah di rumah." Jawab Yano makin ketus.

"Oh."

"Kenapa? Mau ketawa?" Tantang Yano.

"Nggak." Aku menggeleng. Situasi ini makin absurd. Aku nggak bakal ketawa karena memang nggak ada yang lucu. Justru yang ketawa Helen. Tapi ajaibnya nggak ada yang mempedulikan suara tawa Helen.

"Nggak usah pura-pura sok jadi anak baik lah." Kali ini Bella menyeringai sementara tangannya dengan kasar melempar segenggam kentang goreng ke rambutku.

Aku tersentak. Selama beberapa detik, aku cuma bisa mematung sementara kentang goreng mulai jatuh satu persatu dari kepalaku. Berminyak, berbumbu, sedikit panas. Ketika kesadaranku sudah kembali. Aku mendongakkan kepalaku, menatap berani Helen, Yano dan Bella.

"Aku nggak pernah pura-pura baik." Ucapku berusaha dengan nada setenang mungkin walaupun tentu aja raut wajah ini susah di kontrol.

Yano mendesis dan ia tau-tau menumpahkan sisa kentang goreng dari piring hadapannya ke wajahku, "Kamu hebat banget Helen, bisa tahan duduk berbulan-bulan sama anak sok alim kayak gini?"

"Helen aja bilang, duduk di sampingmu bosen banget. Nggak seru." Ledek Bella.

Aku melirik Helen. Helen kini sudah berhenti tertawa untuk menatapku, "Aku nggak benci kalian." Ucapku sambil mengunci pandanganku ke mata Helen, "Aku juga nggak benci kamu Helen. Aku suka duduk di sebelahmu di kelas. Aku juga nggak tau kalau selama ini kamu mikir kayak gitu."

Dalam sekejab mereka memasang ekspresi jijik. Aku jadi kasihan dengan mereka. Pengalaman hidup semacam apa yang mereka alami sampai mereka nggak tahan untuk mendengar kata-kata yang baik?

"Aku juga doain kalian yang baik-baik setiap hari supaya kalian bahagia."

"Ihhhh....." Ekspresi Yano tampak makin ngeri. Bahkan ia memasang wajah mau muntah juga.

"Karena kalau kalian bahagia kalian nggak akan ngelakuin hal buruk ke orang lain kan?"

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now