Chapter 21

1.7K 220 30
                                    

Mimpiku aneh sekali. Aku melihat diriku sewaktu masih kecil. Berjalan bersama sekelompok orang di pinggir jalan dengan pohon rindang melengkung ke tengah di kanan kiri. Aku kenal betul tempat itu. Itu jalan yang tidak jauh dari gedung SMPku.

Aku rasanya tidak kenal dengan orang-orang yang ada di depanku kecuali satu orang dengan seragam pramuka. Ia menoleh kebelakang sambil tertawa melihatku. Dia Abimayu. Aku tidak tau kenapa ia tertawa. Padahal harusnya aku yang mentertawakan Abi karena wajahnya penuh tepung dan lumpur.

Kemudian pemandangan di depanku berubah. Aku berada di gedung SMP ku. Aku sedang menatap ke pintu kaca perpustakaan sambil mengelap sesuatu di bibirku. Tiba-tiba Abi menjulurkan kepalanya dari balik pintu. Aku berjengit kaget. Abi tertawa sementara di belakangnya Saga menatapku tanpa ekspresi.

Tiba-tiba aku sudah berada lagi di tempat yang berbeda. Butuh beberapa lama sampai aku menyadari dimana aku berada. Aku baru teringat setelah melihat hiasan kayu di pojok kanan dekat jendela menghadap langsung ke taman sekolah. Aku sedang di kantin.

Abimayu duduk di sebelahku, sibuk mengomentari potongan tomat yang ada di mangkuk sotonya. Abimayu benci tomat. Semua orang anehnya tau info paling tidak penting itu. Aku juga tau. Aku sendiri tidak ingat aku tau darimana.

Karena aku lapar dan kasihan melihat Abimayu cemberut nggak mau makan seperti anak kecil jadi aku menarik mangkuk Abimayu. Memakan semua potongan tomat di mangkuknya tanpa komentar kemudian meletakannya lagi ke depannya.

"Padahal aku mau mesen lagi." Protes Abimayu

"Kan eman-eman uangnya." Jawabku.

"Dia emang cerewet banget soal makanan Jo. Terlalu pilih-pilih. Repot kalau makan sama dia." Potong Yugo.

"Tau nggak? Abimayu seumur hidup nggak pernah makan makanan pinggir jalan macam siomay, martabak apalagi cilok." Sahut Adnan yang duduk tepat di depan kami.

Yugo tertawa, "Orang kayaaa beda." 

"Beneran? Kamu nggak pernah makan yang kayak gitu?" Tanyaku heran.

"Kenapa Jo?" Abimayu menyeringai seakan-akan akulah yang aneh bukannya dia.

"Tapi martabak kan enak."

"Kita beda Jo. Aku nggak kayak kamu. Daun aja di makan." Abimayu menoleh menatapku yang sedang makan selada dari nasi goreng seperti aku kambing sedang makan rumput.

"Ini sayur bukan daun." Protesku.

"SAMA aja." Potong Abimayu sambil tertawa.

Potongan kejadian berganti kembali. Seperti kilasan film. Berputar-putar dengan cepat. Aku melihat diriku sendiri mengulang kejadian yang telah berlalu. Hal-hal yang sangat sepele.  Aku memimpikan ekspresi Abi setiap kali ia melihat isi bekal makananku kalau kebetulan yang ku membawa jajanan tradisional. Menurutku Abimayu aneh. Dia nggak tau satupun jenis makanan tradisional. Ia selalu memintaku menjelaskan makanan yang kubawa sambil asal mencomot isi bekalku.

Setiap aku mencoba menjelaskan. Abi cengar-cengir sambil bergerak kesana-kemari. Aku nggak yakin ia betul-betul mendengarkan. Tapi setiap aku berhenti bicara Abi protes menyuruhku bicara lagi. Padahal aku kadang bingung sendiri bagaimana  menjelaskan makanan dengan cara panjang lebar.

Pemandangan terus berganti. Aku melihat guru olahragaku berteriak-teriak mengatakan sesuatu dari lapangan basket sekolah sementara aku berdiri di depan kelas 10 ku. Aku tidak bisa mendengar apapun yang di katakan beliau. Jadi aku hanya tersenyum bingung. Mendadak Abimayu berjalan mendekat ke depanku. Aku mendongak sementara Abimayu tertawa terbahak sambil menepok jidatnya, "Kenapa kamu di panggil di suruh kelapangan malah cengar-cengir sambil ngelambai-in  tangan?!"

"Aku nggak tau. Jadi aku di suruh kesana?" Wajahku panas saking malunya.

"Iya!" Ujar Abimayu gemas. Ia seperti mati-matian menahan diri supaya tidak mengataiku bego.

Potongan-potongan mimpiku sangat aneh seperti film yang dipercepat. Kilasan ingatan yang pernah terjadi. Mendadak aku terbangun dari tidur karena suara ketukan pintu bercampur suara hujan. Mungkin ibuku baru pulang dari supermarket dan lupa membawa kunci depan, pikirku linglung sambil berjalan ke depan pintu. 

Kantukku langsung hilang begitu mendapati Abimayu yang berdiri di depan pintu bukannya ibuku. Di hadapanku, Abimayu nyengir sambil menunduk menatapku sementara air menetes-netes dari rambut dan kemejanya.

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now