Part 42

473 102 3
                                    

Seperti kata pak Rendra aku benar-benar di panggil guru BK hari itu. Anehnya aku merasa tidak apa-apa. Kan aku memang harus bertanggung jawab atas tindakanku.

Di ruang BK, aku cuma di ceramahi selama setengah jam, di beri 50 poin hukuman, lalu di minta menulis surat pernyataan. Sepanjang di ceramahi itupun kepalaku di tepuk-tepuk seperti aku anak TK. Guru BK ku pun tidak marah juga. Setiap memandang wajahku, Bu Ika malah menatapku keibuan. Padahal biasanya beliau terkenal galak.

Hukuman guru BK bener-bener nggak membuatku sebegitunya sedih. Sedikit sedih iya, karena aku kehilangan sumber penghasilan. Menyesal juga, karena benar kata pak Rendra, aku membuat teman-temanku jadi nggak mau berusaha mengerjakan tugasnya. Tapi itu semua nggak sebanding dengan ekspresi Helen ketika melihatku balik ke kelas dari ruang BK dengan wajah biasa-biasa saja.

Ekspresi Helen seperti orang kaget, tidak suka.... Ekspresi benci.

Aku membalas raut wajah Helen dengan tersenyum selembut mungkin. Senyumku mengagetkan Helen. Ia seperti pencuri ketahuan maling. Gelagapan sendiri.

Aku jadi patah hati lagi. Padahal aku berusaha untuk selalu memikirkan yang baik-baik tentang Helen. Semua tentangnya. Tapi kalau gelagatnya sekelihatan itu, aku kan jadi susah juga untuk pura-pura biasa aja.

"Eh Jo. Kamu mau nggak? Hari ini pulang sekolah main sama aku?" Tanya Helen di tengah kegelagapannya.

Senyumku berubah jadi tawa, ngetawain nasibku, "Dengan Yano dan Bella juga?"

Helen terdiam sesaat sebelum mengangguk ragu-ragu, "Mau nggak? Tapi...uhh hari ini kamu pulang sama Saga ya..."

"Setiap hari aku pulang sekolah dengan Saga."

"Kalau Saga tau kamu pulang sekolah nanti mau pergi denganku dan Bella, reaksi Saga bakal gimana?" Tanya Helen, nada suaranya terdengar takut walaupun aku tau, Helen sudah berusaha menyembunyikannya.

"Apa aku nggak usah ngasih tau Saga?" Pancingku.

"Mending gitu sih."

"Oke." Aku mengangguk.

Kemudian sepulang sekolah, aku benar-benar mengikuti Helen dan Bella menuju ke halaman parkir mobil tanpa memberitau Saga. Karena Saga, seperti kata Helen, tidak akan mungkin memperbolehkan ku pergi dengan Helen apalagi Yano dan Bella. Tapi seenggaknya aku memberitahu ibuku aku pergi dengan Helen.

Aku mengirimkan pesan singkat pada beliau dan sedikit berharap, Yano, Bella dan Helen nggak merencanakan rencana jahat. Seenggaknya yang nggak jahat banget kayak di mobil aku di tusuk pisau terus di buang ke hutan atau di sandera kayak korban penculikan.

Bella dan Helen membawaku berjalan langsung menuju mobil mini merah Yano. Aku mendengus kecil. Yano bahkan sudah menunggu di dalam mobilnya ketika aku sampai. Padahal aku tau betul Yano dan kawan-kawannya adalah geng nongkrong yang kalau belum sore banget nggak bakal pulang ke rumah.

"Hai Johaaan." Sapa Yano ramah. Seramah yang membuatku tanpa sadar bergidik.

"Ayo masuk Jo. Kita duduk belakang yaaa." Ucap Helen sambil setengah mendorongku masuk ke jok belakang mobil sementara Bella langsung duduk di Jok depan mobil di samping Yano.

"Kita mau kemana?"

"Kerumahku." Jawab Yano cepat.

Aku memaksakan diri tersenyum sambil mengangguk. Kerumah Yano itu mimpi burukku yang jadi kenyataan. Tapi ini semua keputusanku. Aku harus menyelesaikan semua ini, sendirian.

Dengan caraku.

Dunia Jo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang