Part 4

1.5K 248 7
                                    

"Ngapain itu anak kelas 10? Mereka pikir kamu anak kelas 10 juga apa?" Tanya Helen ketika melihatku buru-buru lari saat serombongan anak laki-laki kelas 10 tau-tau mencegatku didepan rumah kaca. Sebagian dari mereka cengengesan.

"Apa aku kelihatan aneh?" Tanyaku bingung memperhatikan penampilanku dari atas kebawah.

"Bego, bukan kamu yang aneh tapi mereka yang lagi pada cari perhatian!" Seru Helen disampingku sambil mengintip kedalam ruang praktikum Fisika, memastikan bu Retno belum ada didalam sebelum memandangku lagi lalu bergumam, "Tapi memang aneh sih, mana ada anak kelas 11 selain kamu yang digodain sama anak kelas 10?"

Aku meringis. Belum sempat aku balas komentar, Bu Retno berdeham mengagetkan kami dari belakang.

Aku dan Helen buru-buru menuju ke meja praktikum kelompok kami masing-masing. Kelompok praktikum Fisika tidak berdasarkan pilihan siswa tapi berdasarkan nomer urut. Setiap kelompok terdiri dari lima orang. Namaku berawalan huruf J, Johan Navsar. Makanya absentku 16 dan masuk kelompok tiga. Satu-satunya anak yang kukenal dikelompokku selain Helen hanyalah Abimayu, nama panjang Abimayu itu Heidar Abimayu, ia absent 14. Abimayu menggeser posisinya supaya aku dan Helen bisa duduk di kursi tersisa dimeja kami.

"Itu bukan baju praktikummu kan?" Tanya Abimayu saat melihatku buru-buru memakai jas praktikum milik anak kelas sebelah yang gendut.

"Iya. Aku lupa bawa." Ujarku sambil memandang penampilanku sendiri. Ya ampun, aku kayak kuntilanak saking baju besarnya baju praktikumku.

Alis Abimayu terangkat satu, "Itu jas praktikum laki-laki kan?"

Aku mengangguk.

"Kenapa nggak pinjam punya anak perempuan?" Selidik Abimayu.

Soalnya kebetulan cuma ada anak cowok gendut yang sedang berdiri didepan kelas 11-IPA-2 disaat-saat terakhir ketika aku baru sadar kalau tidak membawa jas praktikum. Tanpa menungguku, Helen langsung berteriak meminta anak cowok itu meminjamkan baju praktikumnya kepadaku. Bukti kalau Helen buta mode, baginya yang penting aku pakai jas praktikum, ukuran sih bukan masalah.

"Nggak sempet waktunya." Jawabku, sibuk melipat bagian lengan jas itu tanpa memandang Abimayu.

"Wah pelanggaran. Gimana kalau Saga cemburu?" Mata Abimayu berkilat usil.

"Asal kamu nggak ember. Saga nggak bakal tau." Helen membelaku.

"Oh nggak bisa. Aku udah teken kontrak sama Saga untuk ngelaporin apapun kelakuan si Johan."

"Astaga. Saga nitipin Johan ke kamu gitu? Nggak ada yang lain yang bisa dititipi apa ya?" Ledek Helen sambil memainkan rambut ikal sebahunya.

"Beh, temen Johan di kelas ini siapa lagi kalau bukan aku? Siapa lagi yang mau mantengin kelakuan Johan? Ini anak kecil-kecil begini musuhnya banyak." Kata Abimayu sambil menunjuk-nunjuk mukaku.

"Aku kan juga temennya Johan." Sungut Helen.

"Iya. Monggo atuh kalau berani ngelaporin soal keseharian Johan ke Saga."

Helen tertawa hingga lesung pipitnya terlihat, " Idih nggak mau. Saga terlalu ganteng sih. Ntar kalau pas laporan aku malah baper gimana?"

"Abi, jangan ngobrol terus kek. Tolong tancepin kabel penghubung ke transformator stepdown dong. Eh, kamu juga Jo bantuin Abi. " Seru Judith, salah satu anggota kelompok praktikum Fisikaku yang lain, membuyarkan pembicaraan Helen dan Abimayu.

Abimayu tengok kanan kiri sambil cengengesan sementara aku diam cengok. Dulu waktu kami masih kelas 10, kelas kami jarang praktikum Fisika. Pak Yasmin, guru Fisikaku waktu kelas 10, lebih suka menyiksa muridnya dengan latihan soal. Beliau hampir nggak pernah membawa muridnya ke laboratorium. Makanya wajar kalau aku dan Abimayu nggak familiar dengan penggunaan alat-alat Fisika. Bu Retno barusan sudah menjelaskan cara penggunaan alatnya sih. Lain kali aku harus mengingatkan diriku dan Abimayu, jangan bengong atau ngomong sendiri kalau guru sedang nerangin.

"Eh! Kamu masang kabelnya kebalik Abi, yang itu harusnya ditancepin ke bagian output!" Kata Judith dan Dika, salah satu teman kelompokku yang lain lagi, bersamaan.

Aku buru-buru memasang kabel penghubung ditempat yang ditunjuk Dika untuk membantu Abimayu. Disaat yang sama Helen berkata tanpa mengangkat kepalanya dari lembar laporan praktikum, "Abi bisa sekalian pasang power supply sama atur tegangannya?"

"Huh? Kok jadi aku semua yang ngelakuin? Apa aku kelihatan jago ya? Padahal enggak." Gerutu Abimayu sambil mengotak-atik power supply yang memang terletak persis di hadapannya.

Detik berikutnya, tau-tau transformator stepdownnya panas dan berdengung aneh. Membuatku,
Judith, Dika dan Helen membelalakkan mata takut.

Aku seperti biasa diam mengamati dengan muka bodoh sementara Abimayu cengengesan, "Kalau sampai jebluk aku yang suruh ganti ya?" Gumam Abimayu santai.

Aku panik tapi otakku tidak jalan. Kalau panik, aku tidak bergerak gelisah tapi mematung keringatan dingin. Kuperhatikan, Abimayu malah satu-satunya yang malah kelihatan gembira. Aku yakin dari semua teman sekelompokku cuma Abimayu paling sebodoh teuing. Mungkin baginya kalau mau meledak, ya meledaklah. Aku bisa membayangkan seandainya beneran meledak, pasti Abimayu yang pertama lari sambil masih bisa ketawa ngakak.

"Anjir. Ini gimana ya?" Tau-tau lengan Abimayu menyenggol-nyenggol lenganku terus masih sambil ketawa-ketiwi.

"Coba di puter-puter itu tombol." Bisikku tanpa sadar.

"Yakin? Kalau sampai meledak jadi tanggung jawabmu loh."

"Nggak jadi deh." Aku buru-buru menggeleng dan berharap seandainya Saga ada disini. Saga selalu tau apa yang salah dan selalu bisa di andalkan.

Disaat yang sama tau-tau Abimayu tersenyum riang gembira sambil berseru, "Weilaah ternyata bener. Tinggal di atur tegangannya aja. Nggak asik neh. Nggak jadi meledak."

"Kamu apain itu trafo barusan?" Tanya Dika.

"Atur tegangannya bos."

"Tumben kamu pinter Abi." Ledek Helen.

"Yang tumben pinter itu Johan. Dia yang barusan bisik-bisik ngasih tau kalau tegangannya harus di atur karena kebutuhan arus bebannya lebih besar dari arus output." Jawab Abimayu sambil menepuk-nepuk bahuku.

Teman-temanku menatapku kagum sementara aku melongo bingung, lah kapan aku bilang kalimat secanggih itu? Seingatku aku cuma bilang 'itu tombol di puter-puter'. Omonganku jelas nggak sekeren yang diumumkan Abimayu ke semua orang.

Dunia Jo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang