Part 9

1.3K 233 3
                                    

"Selain taman bermain dimana lagi tempat yang kamu suka?" Tanya Saga sambil memasang seatbelt mobilnya padaku.

"Pantai?" Jawabku.

"Selain pantai?"

Aku mengangkat bahu, "Aku jarang jalan-jalan. Jadi aku kurang tau."

"Kamu pernah datang ke kawasan kota tua?"

"Belum."

"Disana banyak makanan, kamu pasti suka." Saga mulai mengeluarkan mobilnya dari halaman parkir sekolah, "Kamu sudah ijin ibumu kan?"

"Sudah." Aku mengangguk, "Kalau tempat yang Saga suka dimana?"

"Aku suka dimanapun yang nggak terlalu ramai."

"Selain itu?"

"Museum. Kawasan kota tua. Tempat penjualan barang antik."

"Beneran? Aku baru tau." Tanpa sadar aku mulai menyambung-nyambungkan sifat Saga yang dewasa dengan seleranya.

Saga memang seperti orang tua. Cara pikir, selera dan jalan pikirannya terkadang lebih dewasa dari umurnya. Yang kutau, Saga selalu tenang, tidak pernah mengeluh, sabar, sopan dan bertanggung jawab pada tugas-tugas. Nggak pernah tuh, kulihat Saga cengengesan atau bikin ulah kayak Abimayu.

"Kenapa Saga bisa sahabatan sama Abimayu. Padahal selera Saga dan Abimayu jauh beda. "

"Darimana kamu tau selera Abimayu kayak gimana?"

"Karena aku lihatnya begitu." Kataku lalu mulai menceritakan ke Saga segala yang kutau tentang Abimayu.

"Selama ini di kelas Abimayu selalu duduk di sebelah mana?" Potong Saga.

"Dia biasanya duduk di meja depanku atau di belakangku."

Saga mendengus, "Selalu?"

"Sejauh ini, iya." Jawabku jujur.

"Apa jadwal piket harianmu juga sama dengan Abimayu?"

"Tiap piket, Abi nggak pernah mau kerja. Aku pasti yang nyapu satu kelas dan buang sampah."

"Kelompok praktikum Fisika dan Kimiamu kalian juga sama?"

"Iya." Aku mengangguk-angguk lagi, "Soalnya kelompok praktikum selalu sesuai urutan absen."

Mendadak Saga menginjak rem mobilnya sampai aku terdorong sedikit ke depan. Hanya sedikit tersentak kedepan karena aku memakai seatbelt dan lengan Saga langsung terjulur ke depanku menahan tubuhku secara reflek. Saga menghela nafas. Di saat yang sama wajahku memerah karena tangan Saga begitu dekat dengan wajahku dan karena ibu-ibu penyebrang jalan yang nyaris tertabrak mobil Saga berteriak marah pada kami.

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now