chapter 33

663 141 3
                                    

Anehnya walaupun aku suka tiduran seharian tanpa melakukan apa-apa, ternyata lama kelamaan aku bosan juga. Aku nggak biasa duduk diam di rumah sementara pikiranku melayang sekolah, memikirkan pelajaran yang kutinggal.

Jadi kuputuskan pagi ini aku berangkat sekolah. Aku sudah mengabari Saga malam sebelumnya, juga mengabari ibuku mendadak di pagi hari ini. Soalnya aku tau, kalau ku beritau sehari sebelumnya, ibuku pasti tidak bakal setuju. Kecuali aku sudah siap dengan seragam sekolah lengkap di hadapan beliau sampai beliau tidak punya pilihan lain lagi selain mengiyakan.

Sayangnya, ternyata Saga berpendapat sama dengan ibuku. Dari pagi Saga sudah berdiri di depan rumahku. Disaat aku masih sarapan. Mereka malah kompak berkerjasama menyuruhku untuk libur seenggaknya dua hari.

"Cuma dua hari." Ucap Saga dengan raut wajah tidak puas untuk ketiga kalinya sambil memeriksa lenganku yang memar kemarin.

"Tapi aku pingin sekolah." Rengekku sambil memasang raut sememelas mungkin.

Saga menghela nafas, "Kalau kamu takut ketinggalan pelajaran, malam ini aku bakal di rumahmu. Kita belajar bareng."

"Aku nggak suka ngerepotin Saga." Ucapku kemudian berbisik menakut-nakutinya, "Lagian ibuku nanti malam ada acara loh. Nanti Saga cuma berdua sama aku di rumah. Saga nggak mau kaan?"

"Kalau gitu, kamu belajar di rumahku."

Aku bergidik ngeri membayangkan mempertontonkan kebegoanku di depan keluarga Saga, "Nggak mau." Aku menggelengkan kepala keras-keras kayak anak kecil, "Pokoknya aku maunya sekolah."

Ibuku dan Saga kompak saling melirik.  Pada akhirnya ibuku duluan yang mengeluarkan suara. Bukannya membelaku atau gimana. Ibuku malah cerita soal kejadian memalukanku pagi ini pada Saga. Saat aku baru bangun tidur. Aku terbiasa langsung bergerak membuka jendela kamar. Waktu itu aku masih terngantuk-ngantuk, jadi aku nggak begitu sadar bagaimana ceritanya sampai jariku kecepit pintu jendela kamar. Aku menjerit kaget sampai ibuku yang baru selesai mandi lari tergopoh-gopoh kekamarku.

Setelah mendengar ibuku selesai cerita, Saga menatapku dengan mata semakin menyipit. Membuatku garuk-garuk rambut salah tingkah.

"Aku nggak bakal kenapa-napa. Serius." Ujarku dibawah tatapan tak percaya Saga dan ibuku.

Mungkin dalam otak mereka, aku bakal menjepit sisa jariku yang lain, sekalian jempol kaki di jendela kelas atau nggelundung lagi di tangga sekolah.

Ibuku menghela nafas berat, "Johan memang begitu, dia jadi sembrono, ceroboh dan sering bengong kalau sedang ada masalah. Tapi juga selalu pura-pura baik-baik aja. Apalagi dia juga nggak suka cerita masalahnya ke ibu. Jadi, ibu minta tolong. Titip Johan ya, Saga?"

Dunia Jo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang