Part 13

1.3K 227 7
                                    

"Johan! " Panggil Saga cukup keras dari depan pintu kelasku saat jam istirahat pertama.

Aku mendongak kaget dari kesibukanku mencorat-coret sketsa wajah Abimayu yang duduk di depanku sambil cengengesan. Begitu melihat raut wajahku dan Abimayu sekarang, Saga langsung masuk kedalam kelasku kemudian duduk di kursi Helen yang kosong tanpa senyum.

"Kamu minta apa ke Johan?"

Cengiran di bibir Abimayu malah tambah lebar. "Minta Johan gambarin aku bareng Barbara Palvin." Ujar Abimayu dengan nada suara sok polos.

Mata Saga berkilat, "Harus sekarang? Kenapa nggak gambar fotomu nanti?"

"Aku nggak punya foto. Kamu kan tau Ga, dari dulu kita sama-sama nggak suka di foto."

Saga menggertakan gigi, ia mengeluarkan ponselnya kemudian memotret Abimayu saat itu juga.

"Wah curang bos." Protes Abimayu tanpa berkurang riangnya, kemudian tanpa basa-basi menarik buku sketsa yang sedang kugambari, "Eh Jo, sejak kapan aku punya tanduk ya?" Tanya Abimayu begitu melihat gambar yang kubuat, "Terus ini siapa lagi? Ini mah bukan Barbara Palvin. Ini mah ibu kantin yang jual gorengan kan?" Abimayu garuk-garuk kepala geli.

"Aku nggak tau Barbara Palvin itu yang mana." Aku akhirnya mengaku.

"KENAPA NGGAK BILANG DARI TADI?? Tapi masa' kamu beneran nggak tau Barbara Palvin yang mana? Emang selama ini kamu tinggal dimana Jo? Di goa?!"

"Aku beneran nggak tau." Jawabku sambil garuk-garuk kepala. Wajar kan? Barbara Palvin nggak seterkenal Kate Winslet atau Beyonce.

"Barbara Palvin itu yang sexy Jo. Nggak kayak kamu."

"Oh. Barbara Palvin rambutnya banyak nggak?"

"Hah?" Abimayu nyaris tersedak gara-gara mendengar pertanyaanku yang tidak terduga.

Saga memotongku percakapan dengan berkata, "Johan ngitung harga gambar yang dia buat berdasarkan jumlah rambut artisnya."

Abimayu terdiam sebentar sebelum tertawa. "Gila. Terus kalau aku minta gambarin monyet. Kamu bakal minta bayaran berapa Jo? Sejuta?" Seru Abimayu sementara jemarinya lagi-lagi hendak menggapai rambutku.

"Berhenti." Gertak Saga sambil menepis tangan Abimayu yang menyentuh rambutku. Aku dan Abimayu langsung sama-sama terdiam.

Dengan tidak sabar Saga menghela nafas. "Nanti aku yang buat gambar, Bi." Ujarnya lalu tatapan mata Saga teralih padaku, "Johan, ayo kita ke kantin"

"Saga? Saga? Berhenti." Kataku. Aku nyaris tersandung sepanjang jalan menuju ke kantin karena Saga berjalan cepat.

Akhirnya Saga berhenti berjalan dan ketika aku sadar, aku dan Saga tidak berada di kantin, tapi di taman belakang perpustakaan. Saga menoleh menatapku hingga tampak olehku raut wajah gusarnya.

"Tadi kamu nyaris di cium Abimayu?"

Mataku terbelalak kaget, "Hah? Cium? Nggak Saga. Betulan! Saga dengar darimana?"

Saga menunduk menatapku dengan mata berkilat tidak suka. Ia mengabaikan pertanyaanku. Secepatnya aku segera menceritakan kejadian tadi pagi. Menurutku kejadian pagi itu yang di maksud Saga. Karena yang mana lagi?

"Abimayu megangin pipiku tapi aku nggak di cium." Ucapku terbata-bata. Gagap di bagian di kata mencium. Aku malu sendiri mengucapkannya.

Untuk beberapa saat Saga mematung gelisah sementara aku hanya bisa menatapnya takut. Tidak tau harus melakukan apa.

"Johan?" Panggil Saga.

"Ya?" Aku buru-buru mendongak.

"Kamu harus tau. Hal kayak tadi pagi gampang jadi bahan pembicaraan orang lain." Saga mengalihkan pandangannya dariku.

Aku buru-buru mengangguk patuh.

"Aku juga minta maaf. Karena seharusnya aku tanya padamu dulu sebelum marah." Lanjut Saga muram.

Dunia Jo (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz