chapter 31

807 158 10
                                    

"Sudah siap pulang?" Tanya Saga.

Aku menggeleng, "Nggak."

"Apa badanmu makin kerasa sakit? Apa sekarang susah untuk jalan?" Tanya Saga dengan cepat sambil menatapku khawatir.

"Bukan itu maksudku. Aku suka disini. Aku nggak mau pulang."

"Kalau gitu kita naik bianglala satu kali lagi sebelum pulang?" Tawar Saga sambil mengulurkan jemarinya kedepanku.

Aku bangkit berdiri sambil menggenggam tangan Saga. Kembali dengan semangat mengikutinya. Tapi di tengah jalan Saga mendadak berhenti. Ia mengubah haluan ke tempat lain membuatku menarik-narik tangan Saga heran.

"Saga, kalau mau ke bianglala lewat sana." Ujarku sambil menunjuk kearah belakang.

"Aku mau minum kopi."

"Tapi Saga sudah minum kopi tadi. Jangan minum kopi kebanyakan." Ujarku.

Bukannya menjawab, Saga malah menarik tanganku lebih kuat. Aku mengerjapkan mata bingung, tapi aku mengikuti juga. Hingga akhirnya Saga berhenti di salah satu stand kopi. Ia memintaku berdiri di depannya sementara Saga berdiri di belakangku. Membuatku heran karena Saga seperti menutupiku dari sesuatu.

Kecurigaanku terjawab beberapa menit kemudian, ketika Saga sedang mengambil kopi pesanannya dan menyelesaikan pembayaran, aku melihat Helen berjalan tidak jauh dari kami, dari arah wahana bianglala.

Bukan cuma Helen, tapi juga Bella, Yano dan beberapa anak lain. Aku mematung. Kenapa harus ketemu mereka di sini. Kenapa harus dengan Helen. Di tempat yang paling kusuka. Kenapa harus ada yang namanya kebetulan? Tapi, ini bukan kebetulan yang luar biasa sih. Daritadi aku juga bertemu dengan satu dua teman satu sekolah ku. Wajar mereka ada disini. Tempat sebagus ini. Mana mungkin cuma aku dan Saga yang tau.

Padahal lagi harusnya aku bersembunyi di balik badan Saga. Tapi yang ada aku malah menatap Helen tak berkedip. Aku terdiam ketika Helen balik menatapku. Sama sepertiku. Untuk beberapa detik, Helen juga membeku kaget. Reaksinya membuat Bella dan Yano ikut menoleh menatapku. Bedanya, ekspresi mereka tampak kesal.

"JOHAN." Saga memanggil namaku dengan tegas.

Aku mendongak kaget. Wajahku pucat pasi. Detik itu, Saga sudah berdiri di depanku. Ia menunduk menatapku sebelum merangkulkan lengannya di punggungku dan menarikku pergi.

"Barusan ada Helen, Saga." Bisikku pelan, "Ada Yano dan Bella juga."

"Ya. Aku lihat." Jawab Saga galak.

Nada suara Saga membuatku mengkeret. Selain itu otakku juga terlalu sibuk memikirkan hal lain. Soal hari esok. Aku nggak sanggup membayangkan bertemu tatap muka dengan Helen besok.

"Kamu sungguhan masih nganggap Helen temenmu?" Tanya Saga begitu kami sampai di mobil.

"Iya." Jawabku jujur.

Saga terdiam. Alisnya bertaut. Ia menatapku seperti menilaiku dalam-dalam.

"Maksudku, bukan salah Helen temenan dengan Bella dan Yano. Itu hak nya. Helen berteman dengan aku juga haknya." Aku menelan ludah begitu melihat ekspresi tidak suka Saga sebelum menambahkan berkata, "Selama ini juga Helen baik sama aku, Saga. Dia nggak pernah ngomong aneh-aneh."

"Kamu yakin?" Saga memincingkan matanya tak percaya.

"Mungkin juga Helen bisa jadi jalanku buat baikan dengan Yano."

Saga menggertakan gigi keras, "Setelah kamu dibuat nggelundung di tangga dan tanganmu cendera permanen?!"

Aku meringis, "Tapi nggak mungkin aku musuhan sama Yano sampai tua. Aku juga nggak bisa selamanya ngumpet di balik punggung Saga."

"Kamu nggak selalu sembunyi di belakang ku kan? Aku juga nggak selalu bisa ngelindungi kamu. Sekarang aku yang nggak bisa, Jo. Biarin kamu ngadepin ini semua sendirian."

"Aku bisa." Jawabku keras kepala, "Saga selama ini selalu ngelindungi aku kok. Saga aja yang nggak sadar. Saga itu keren. Kayak papa."

Mata Saga menatapku tajam, "Kamu nganggap aku papamu?"

Aku mengangguk sambil bergumam Hmm kecil.

"Papamu nggak akan ngelakuin ini kan?" Ujar Saga. Dengan cepat ia bergerak mendekatiku. Dan hal yang terakhir kuingat. Bibir Saga menyentuh bibirku.

Dunia Jo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang