Part 11

1.4K 242 11
                                    

"Saga, kalau suatu saat ada cewek cantiiik banget bilang suka sama Saga, gimana?" Tanyaku setelah kami menyerahkan daftar makanan yang kami pesan ke waiters.

Mata Saga berkilat dan ekspresinya berubah lucu seperti berbinar-biar menahan tawa, "Cewek itu cantik, pekerja keras, lucu, manis, kayak anak kecil?"

Aku meringis khawatir, "Ya begitulah."

"Cewek itu kamu kan?" Saga menatapku lembut.

Aku terpana. Lagi-lagi Saga membuatku salah tingkah. Padahal aku dan Saga sudah berpacaran selama berbulan-bulan lamanya. Ternyata efek Saga tidak pernah pudar sekalipun aku jadi pacarnya,

"Bukan-bukan. Maksudku cewek yang lain. "

"Memangnya ada?"

Aku merengut, "Ada. Banyak malah."

"Tapi anak perempuan kayak kamu nggak ada kan?"

"Aku serius Saga."

"Aku juga serius." Nada suara Saga berubah tegas, "Gimana kalau kamu? Gimana kalau ada anak laki-laki bilang suka ke kamu?"

Aku mengerutkan kening, "Belum pernah ada anak laki-laki bilang suka sama aku selain Saga."

"Oh ya? Aku ingat pernah ngeliat kamu di tembak di depan kelasmu waktu kita masih kelas delapan."

Keningku berkerut semakin dalam, "Eh? Oh ya? Aku nggak ingat."

Saga berkata, "Nama anak laki-laki yang waktu itu bilang suka ke kamu, Arsyad."

"Arsyad?" Aku mencoba mengingat-ingat, "Memangnya ngasih pin itu berarti nembak?"

Saga tersenyum sambil menceritakan kembali yang ia lihat. Waktu itu Saga melihatku duduk di depan kelasku saat jam istirahat. Tiba-tiba Arsyad (teman sekelasku, di 8B) dengan malu-malu memberiku pin dengan tulisan berbahasa Inggris yang waktu itu nggak kutau artinya. Tanpa berpikir aneh-aneh, aku tanya arti tulisan yang tertera di pin itu ke Dita (teman sekelasku juga, ingat kan cewek yang naksir Saga?), yang kebetulan duduk di sampingku.

Dita dengan suara sekeras toa membacakan arti tulisan itu didepan seluruh anak yang berdiri di lorong. "Maukah kau menjadi milikku?" Teriak Dita sambil tertawa ngakak menunjuk ke mukaku.

Wajah Arsyad langsung berubah jadi hitam kemerah-merahan. Dengan cepat ia merebut pin itu dari tangan Dita. Tapi terlambat, toh semua anak sudah mendengar dan melihat sendiri. Langsung saja aku dan Arsyad jadi bahan olok-olokan. Aku dan Arsyad (yang masih shock) tau-tau di kerubungi siswa lain. Arsyad dan aku makin pucat pasi karena anak kelas sebelah juga ikut-ikutan nonton.

Bukannya melakukan sesuatu supaya siswa lain berhenti mengolok-ngolok kami, Arsyad malah nangis. Yah, dia nangis. Aku nggak mungkin ikut nangis juga kan? Jadi yang kulakukan selama lima menit selanjutnya adalah sibuk minta maaf padanya. Lalu dengan mata sembab dan hidung merah, Arsyad menyerahkan balik pin yang tadi ia rebut dari Dita kepadaku di hadapan semua anak yang menonton di lorong. Kesalahan besar. Setelah itu dimata semua anak, aku adalah pacar Arsyad, seenggaknya calon pacarnya.

"Saga kok bisa ingat soal itu semua?" Tanyaku heran.

"Karena aku betul-betul merhatiin kamu. Daridulu."

Aku menggigit bibir ragu. "Tapi kayaknya waktu itu Arsyad nggak betul-betul bermaksud untuk bilang suka."

Saga tertawa kecil, "Kamu memang nggak akan pernah sadar kalau nggak dikasih tau secara frontal."

Aku meringis. Aku sadar aku memang orang paling tidak peka sedunia. Pantas Saga jarang berbasa-basi padaku karena ia pasti juga sadar kalau aku anak super telmi.

Perlahan Saga mengetuk-ngetukan jemarinya di atas meja makan marmer putih restauran yang kami datangi seperti menimbang-nimbang sesuatu. "Sebetulnya aku memang berharap kamu nggak akan pernah sadar hal-hal kayak begitu."

"Hal-hal kayak begitu apa?"

"Soal siapa saja anak laki-laki yang suka kamu di sekolah."

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now