Chapter 37

695 138 4
                                    

"Kenapa kamu nggak cerita kalau hari ini kamu ada pelajaran olahraga?" Tanya seseorang dari depanku yang langsung membuatku mendongak kaget.

Jantungku rasanya mau copot ketika melihat Saga sudah berdiri menjulang di tembok dekat kelasku dengan lengan terlipat di depan dada ketika aku berjalan menuju kelasku selesai marathon. Wajah Saga tampak tanpa ekspresi bagi orang lain. Tapi bagiku, aku bisa melihat urat-urat lengannya menegang dan matanya yang sedikit menyipit. Itu tanda Saga jengkel walaupun hampir tidak ketara. 

"Saga." Aku menelan ludah salah tingkah, "Maaf aku lupa kasih tau Saga tadi pagi. Tapi aku nggak apa-apa kok. Badanku nggak kerasa sakit sama sekali. Beneran."

"Oh ya?" Tatapan tajam mata Saga langsung menusukku sampai aku megap-megap. Bodohnya, bukannya sadar situasi, Helen dengan jumawa nya malah merangsek maju dari belakangku langsung berdiri di depan Saga.

Helen nyengir, "Johan nggak kenapa-napa kok, Saga. Tadi kita jalannya pelan-pelan."

"Siapa yang tanya kamu?" Saga menelengkan kepalanya sedikit ke samping sambil tersenyum mematikan ke Helen.

Gawat. Aku mengigit bibir canggung sementara lututku mulai gemetaran panik. Aku hampir nggak pernah melihat Saga marah, bicara kasar, apalagi marah dengan anak perempuan. Aku juga jarang melihat Saga berekspresi di hadapan orang lain kecuali aku. Saga juga belum pernah bersikap se mengintimidasi ini. Karena biasanya, setauku, Saga lebih suka tidak menanggapi sesuatu yang tidak ia suka atau menahan ekspresinya supaya tetap tenang.

"Uhmm, Saga. Aku harus ganti baju dulu. Nanti jam istirahat keburu habis. Soalnya habis ini kelasku pelajaran Matematika." Kataku buru-buru karena nggak tahan menghadapi aura yang mencekam dari Saga. Bahkan saking takutnya aku sampai nggak berani melihat matanya.

Untungnya, tanpa ku komando Helen juga ikut lari terbirit-birit bersamaku kedalam kelas mengambil kemeja seragam sebelum ke kamar ganti.

"Kenapa pacarmu serem amat sih?! Saga memang daridulu kayak gitu?" Protes Helen saat kami berganti baju.

"Dia cuma khawatir."

"Kenapa segitunya? Kamu kan memar doang. Bukan patah tulang atau retak."

"Ya, soalnya Saga takut aku kenapa-napa. Takut kalau aku sampai retak tulang lagi."

"Emang kamu pernah retak tulang?"

"Pernah." Aku berdeham kecil, sambil mengangkat pergelangan tanganku yang pernah retak. "Waktu berantem sama Yano dan Bella di tangga."

Helen sontak bergumam canggung tidak jelas. Tanpa mempedulikan reaksi Helen aku buru-buru berganti baju. Aku ingin segera kembali ke kelasku lagi. Mungkin Saga masih ada disana. Aku harus ngobrol dengan Saga. Seenggaknya membuat Saga tidak terlalu jengkel lagi denganku. Walaupun Saga tadi bikin aku takut, aku lebih takut aku punya masalah dengan Saga.

Benar saja, ketika aku berlari-lari kecil kembali ke kelasku. Aku melihat Saga masih berdiri di tempat yang sama. Sayangnya perasaan legaku hanya bertahan lima detik sebelum aku bergidik horor, karena aku melihat Saga berdiri di samping.... Abimayu.

Dunia Jo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang