Chapter 30

782 164 10
                                    

Aku berhasil memasuki hampir semua wahana yang bisa kutemui. Juga melihat hampir semua stand makanan lucu yang sebetulnya di hari biasa, aku nggak bakal tertarik. Aku nggak suka kopi, tapi bahkan malam ini aku ingin mencoba minum kopi. Walaupun pada akhirnya kopi yang kubeli hanya kuminum sedikit dan sisanya diminum Saga.

Hampir selalu seperti itu. Aku mencoba kue ini itu yang dijual. Mulai dari cupcakes sampai muffin. Aku membeli itu semua sendiri, karena aku paling anti di belikan makanan selama aku masih mampu. Aku bahkan membeli macaron mint. Aku nggak suka rasa mint. Tapi aku nekat beli hanya untuk kugigit satu kali dan sisanya dihabiskan Saga.

Normalnya Saga pasti memintaku untuk berhemat. Jangan hambur-hambutkan uang untuk sesuatu yang nggak kumakan dan biasanya prinsip ku juga sama. Tapi khusus hari ini, aku melanggar semuanya.

Setelah dua jam bergerak terus menerus akhirnya aku mulai sadar, badanku nggak sesehat biasanya. Tempat-tempatku terbentur tadi mulai terasa makin sakit. Aku berhenti bergerak dan duduk di salah satu kursi kayu panjang di dekat rumah berbentuk kue yang di hias lampu-lampu kecil. Berusaha tampak biasa saja tapi Saga selalu tau. Saga langsung mengecek kaki dan tanganku. Juga memar di lenganku sebelum bergumam sedih, "Maaf."

"Kenapa Saga minta maaf? Kan bukan Saga yang buat aku jatuh."

"Bukan itu." Saga menoleh menatapku, separuh wajahnya disinari lampu lampion. Wajahnya membuat nafasku tertahan, sebegitu mempesonanya sampai seperti tidak nyata, "Aku minta maaf untuk semuanya."

Mendadak kebahagiaanku hilang secepat munculnya. Perasaan takut perlahan muncul, khawatir Saga akan mengatakan sesuatu yang paling kutakutkan.

"Ada apa Saga?"

"Kamu sudah mau cerita?" Tanya Saga hati-hati, "Maaf kalau aku minta kamu cerita sekarang."

"Bagian yang mana yang Saga mau tau?" Tanyaku was-was.

"Semuanya."

Aku menggigit bibir dan mulai menceritakan soal Helen, Bella dan  kejadian tadi pagi termasuk kata-kata bekas Johan. Semuanya.

Saga mencengkram kursi kayu dengan keras. Aku bisa melihat urat nadi di tangan nya menegang. Membuatku menelan ludah. Antara takut dan khawatir. Takut aku terlalu jujur cerita semuanya.

Saga baru berhenti mencengkram kursi ketika ia menyadari aku menatapnya dengan ekspresi ketakutan. Lagi-lagi Saga bergumam maaf singkat sebelum berkata, "Nggak usah peduli apa kata orang lain tentang kita."

Aku buru-buru mengangguk sebelum Saga menghela nafas kasar dan melanjutkan berkata, "Aku juga harus belajar untuk nggak peduli apa kata orang lain tentang kamu dan Abimayu."

Aku tersentak, "Tapi nggak ada apa-apa antara aku sama Abimayu."

"Aku tau. Aku percaya kamu Johan. Tapi aku yang nggak percaya aku bisa buat kamu tetap disampingku." Gumam Saga gusar, "Sebetulnya ada gunanya juga Abimayu naksir kamu kan? Ada yang jaga kamu di saat aku nggak bisa. Tapi itu yang buat aku lebih khawatir. Kalau ternyata, Abimayu lebih bisa jaga kamu daripada aku."

"Nggak! Abimayu nggak akan bisa kayak Saga." Protesku.

"Oh ya?" Alis Saga terangkat satu dan perlahan Saga mulai memaksakan diri tersenyum.

Aku mengangguk dengan cepat. Ekspresi wajahku seketika membuat Saga tertawa singkat.

"Aku nggak pernah nyangka, aku bisa suka orang lain sampai kayak gini." Ucap Saga di tengah senyumnya.

"Maksud Saga?"

"Maksudku, aku sayang kamu, Johan. Sejak dulu. Daridulu."

Dunia Jo (Completed)Where stories live. Discover now